Bersama jajaran Manajemen dan Karyawan yang dibawahinya.

Liburan bersama keluarga

Bersama istri tercinta "Laniati Dewi".

Hidup hanya sekali...Hiduplah dengan Luar Biasa !!

Bersama manajer pelumas "Sutoyo Wijaya" salah satu divisi yang dibawahinya

Kamis, 14 September 2017

Tujuan Hidup



Nama De beers mungkin tidak asing lagi bagi penggemar permata terutama ibu-ibu karena tidak jarang tampil iklannya di majalah wanita. Ada kisah menarik tentang berdirinya De beers yang sampai kini masih eksis menguasai pasar industri berlian dunia walaupun usia bisnis ini sudah lebih dari satu abad.

Di antara orang-orang yang berburu tambang berlian ke Afrika Selatan ada seorang pemuda berusia 18 tahun yang bernama Cecil Rodhes. Meskipun tidak punya modal, hanya berbekal mimpi untuk sukses, ia berangkat dari Inggris bersama kakaknya. Tetapi karena tujuannya jelas, ia dapat merencanakan dengan baik misi  kepergiannya ke sana.

Ia sengaja memboyong peralatan pembuat es dari Inggris sehingga dapat berjualan es pada para pekerja tambang yang sering menderita karena panas. Dari hasil itulah kemudian ia bisa membeli sedikit demi sedikit area lokasi tambang di situ, sampai akhirnya membuat ia mampu mendirikan perusahaan De beers pada tahun 1880 yang kemudian dikenal sebagai produsen berlian terbesar di dunia.

Kita semua pasti punya tujuan dan keinginan dalam hidup ini. Bahkan kadang banyak sekali sehingga tidak jelas mana yang utama mana yang bukan. Tapi ketika kita memiliki tujuan yang jelas, kita terdorong untuk berimajinasi, merancang rencana-rencana apa yang harus dilakukan seperti yang dilakukan oleh pemuda itu. Semakin jelas tujuan, semakin besar hasrat kita untuk mewujudkannya. Orang yang tidak memiliki tujuan hidup tidak akan mencapai apa yang diinginkan.

Tujuan hidup yang tidak jelas, samar-samar, lama-kelamaan akan mati terabaikan. Itulah mengapa kita perlu menetapkan tujuan yang tidak hanya asal tujuan, tapi tujuan yang jelas dan serinci mungkin. Daripada menetapkan ' saya akan berlatih catur', bukankah lebih baik menetapkan ' saya akan berlatih catur 4 jam setiap hari ?'

Setiap orang tentu memiliki tujuan hidup tapi tidak setiap orang mau menghidupi tujuannya.

Menentukan Prioritas

Kita pasti sering mendengar bahwa kesuksesan adalah hasil kerja keras. Namun kenyataannya tidak selalu demikian. Itulah kenapa saya lebih menekankan bahwa bukan seberapa keras kita bekerja tapi seberapa cerdas, seberapa efektif kita bekerja.

Efektif adalah dasar untuk kesuksesan. Terlalu banyak orang yang tidak dapat meraih potensi tertingginya karena keliru atau tidak bijaksana dalam menentukan prioritas sehingga bekerja tidak efektif. Kita harus tahu beda antara mana yang tidak penting dan yang penting, dan mana yang tidak mendesak dengan yang mendesak.


Sering kali, menentukan prioritas bukan hanya soal hitam atau putih, tetapi abu-abu, karena tidak ada panduan yang jelas dan selalu dapat berubah-ubah. Hal yang sering terjadi adalah kita sering tidak secara sadar memutuskan mana-mana yang harus didahulukan. Jika prioritas kita benar sesuai dengan urutannya, mungkin kita bisa memperoleh hasil yang lebih cemerlang.

John C Maxwell dalam bukunya ' Developing the leader within you ' menceritakan tentang bagaimana seorang pemain biola muda yang sukses karena mampu menentukan prioritas. Ketika wawancara setelah konser, pemuda itu menjelaskan, " Sewaktu masih sekolah, banyak hal yang menguras waktu saya. Setelah selesai sarapan, saya masih harus merapikan tempat tidur, membersihkan ruangan, menyapu lantai dan membenahi apa yang terlintas. Kemudian baru bergegas latihan biola. Ternyata tidak ada kemajuan yang berarti, jadi saya membalikkan urutannya.  Saya abaikan soal lain sampai jam latihan berakhir. Saya yakin itulah kunci sukses saya.

Terlalu banyak orang hidup dengan prioritas yang salah. Kita harus benar-benar bijaksana dalam memanfaatkan waktu kita. Seni dari menjadi bijaksana adalah seni mengetahui apa yang harus diprioritaskan.            

Nol Demi Nol

Selangkah demi selangkah atau sedikit demi sedikit, mungkin sudah terlalu sering kita dengar, sehingga tidak terlalu kita perhatikan lagi, walaupun aturan ini masih tetap berlaku untuk sebuah kemajuan. Sebagai gantinya, aku mencoba istilah baru yaitu nol demi nol. Coba sekarang kita tulis penghasilan atau gaji kita di atas kertas kemudian kita tambahkan nol satu di belakangnya. Lalu tanyakan pada diri sendiri apakah tindakan kita sekarang memungkinkan kita mencapainya dalam lima tahun ke depan ? Jika jawabannya ya, tambahkan satu nol lagi di belakang sampai mendapat jawaban tidak. Di angka itu, kita menciptakan batasan-batasan kita sendiri. 



Penghasilan adalah hanya sekadar contoh. Pemikiran ini dapat kita terapkan pada tujuan lain seperti peraihan karier, kesuksesan bisnis, atau apa pun yang menjadi tujuan kita. Misalkan, sebagai atlit catur kita bisa gunakan pendekatan berbeda. Kita dapat menuliskan seperti ini : juara kabupaten, jika ya bisa lanjut ke juara provinsi, berikutnya ke juara nasional, juara asia dan seterusnya sebagai gantinya nol sampai mendapatkan jawaban tidak. Di situlah kita menetapkan batasan di dalam pikiran kita. Tugas kita adalah menghilangkan batas-batas pemikiran itu, kemudian mengembangkannya sebesar mungkin. Itulah kenapa pada tahun 1954 Roger Bannister mematahkan batasan yang selama ribuan tahun dipercaya bahwa berlari sejauh 1,6 km tidak mungkin di bawah 4 menit. Itulah kenapa rekor renang 100 m dari Weissmuler selama 17 tahun dipecahkan oleh seorang bocah perempuan berusia tiga belas tahun ! Saat kita mampu menghilangkan batas pemikiran yang membelenggu, barulah kita mampu melampauinya. Tentunya dengan melakukan tindakan selangkah demi selangkah, sedikit demi sedikit, nol demi nol.