Bersama jajaran Manajemen dan Karyawan yang dibawahinya.

Liburan bersama keluarga

Bersama istri tercinta "Laniati Dewi".

Hidup hanya sekali...Hiduplah dengan Luar Biasa !!

Bersama manajer pelumas "Sutoyo Wijaya" salah satu divisi yang dibawahinya

Selasa, 30 Januari 2018

Jangan Menunggu



Mereka yang unggul tidak pernah menunggu segalanya berjalan sempurna baru kemudian bergerak maju. Mereka tidak menunggu soal aral rintangan atau masalahnya menghilang. Mereka juga tidak menunggu ketakutannya mereda atau kepercayaan dirinya memuncak. Tapi mereka terus berupaya untuk mengambil inisiatif, mengambil langkah mulai, kemudian bergerak maju. Tujuan kita tidak ditentukan di mana memulai tetapi apakah kita memulainya.

Memang tidak ada jaminan bahwa orang-orang yang memiliki inisiatif dan bekerja keras pasti sukses. Tapi, siapa pun yang tidak mempunyai inisiatif hampir dapat dipastikan lebih mungkin gagal atau tertinggal. Memiliki bakat saja tidak pernah akan cukup untuk meraih kesuksesan. Dibutuhkan faktor-faktor pendukung lain dan salah satunya adalah mengambil inisiatif atau bersikap proaktif.

Elisha Gray melalui pengacaranya kalah ketika mengajukan nota keberatan di pengadilan atas klaim hak patent penciptaan pesawat telepon oleh Alexander Graham Bell. Sejarah mencatat penemu telepon adalah Bell, karena Gray kalah cepat, terlambat berinisiatif untuk mengajukan hak patent atas penemuannya. Talenta yang  sangat baik sekalipun, jika tidak diikuti inisiatif tindakan, tidak akan pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.

Terkait dengan inisiatif menurut John.Maxwell ahli kepemimpinan dan manajemen hanya ada 4 jenis manusia :

        1. Orang yang berbuat benar tanpa harus diminta.
        2. Orang yang berbuat benar saat diminta.
        3. Orang yang berbuat benar saat diminta lebih dari sekali.
        4. Orang yang tidak pernah melakukan apa pun dengan benar.

Siapa pun Anda jika ingin lebih unggul sudah seharusnya berusaha untuk menjadi jenis orang yang pertama.

Salah satu sebab kurangnya inisiatif, mungkin karena kita terlalu memusatkan perhatian pada  esok hari dibandingkan saat ini. Sikap ini jelas akan menyulitkan karena waktu yang bisa kita kendalikan hanyalah saat ini. Ide tentang esok hari memang menggiurkan. Aku pernah cerita di depan para karyawan, jika di spbu dipasangi papan tulisan ' Hari ini bayar, besok gratis ' bisa jadi orang akan terkesan tetapi setelah berpikir  tentu akan tersadar. Jika mereka datang esok hari dan papan tulisan tetap sama seperti itu, maka esok hari akan tetap menjadi esok hari.

Seorang nelayan memegang sebatang dinamit yang sumbunya terbakar lalu menyodorkannya pada temannya yang ketakutan seraya berkata, "Anda mau duduk saja atau menangkap ikan ?" Orang-orang sukses tidak memerlukan sumbu bakar untuk memotivasi diri sendiri. Motivasi mereka muncul dari dalam. Jangan menunggu orang lain memotivasi. Apa yang terjadi ketika pelatih, atasan, atau orang yang menginspirasi tidak muncul ? Jika Anda ingin maju, janganlah menunggu, nyalakan sumbu semangat dalam diri Anda untuk senantiasa mengambil inisiatif.

Mengubah Kata-Kata

Kalau ada orang yang meminta saranku untuk memperbaiki hidupnya yang berantakan, maka saran pertama yang kuberikan adalah cobalah untuk mengubah caranya dalam berkata-kata. Kenapa ? Karena ketika kita semua berbicara, menulis, bahkan berpikir, selalu dalam bentuk kata-kata. Itulah kenapa cara kita menyajikan sesuatu di dalam pikiran menjadi soal penting dalam menentukan bagaimana perasaan kita terhadap hidup yang kita jalani.

Kata-kata, memiliki kuasa untuk menguatkan atau melemahkan, menciptakan perdamaian atau memulai perang, membangun sekaligus juga dapat menghancurkan. Konon ceritanya, Winston Churchill memiliki kemampuan unik mempergunakan kata-kata dalam berperang. Konfusius juga menambah lengkap manfaat kekuatan kata-kata dengan berkata, " Tanpa mengetahui kekuatan kata, mustahil untuk memahami manusia."


Seorang penguasa yang keliru dalam berkata-kata bisa dicopot jabatannya, bahkan ada yang sampai berurusan dengan penjara. Napoleon Bonaparte bergumam, " Ma sacre toux," yang artinya adalah batuk sialan karena ia memang sedang batuk ketika meninjau tawanan perang, perwiranya salah dengar Massacrez Tous yang artinya bunuh semua. Maka terjadilah sejarah peristiwa tragis, tawanan sebanyak 1200 orang yang seharusnya hendak dibebaskan akhirnya terbunuh semuanya.

Dahulu aku sering marah, bahkan kadang tidak terkendali. Tapi semenjak aku mengganti kata 'marah' dengan 'kesal', maka emosiku menjadi terkendali. Hanya dengan mengubah satu kata perubahannya luar biasa. Bagaimana perasaan kita terhadap sesuatu itu dibentuk oleh makna yang kita berikan kepadanya. Pilih sebuah kata yang biasanya membuat kita negatif, kemudian cari kata pengganti yang lebih positif yang bisa mematahkan pengaruh buruk terhadap emosi kita atau setidaknya membuat diri kita merasa lebih baik.

Demikian pula ketika aku menghadapi masalah  dalam pekerjaan. Misalnya saat belum berhasil mendapat tenaga ahli yang kubutuhkan staffku melaporkan, " Sulit pak, cari tenaga ahli seperti yang bapak inginkan." Aku lebih suka ia berkata belum menemukan daripada bilang sulit, sebab saat bilang sulit, kita cenderung menyerah dan putus asa. Berbeda dengan kita berkata belum menemukan. Di benak kita masih ada harapan, hanya soal waktu kapan kita mendapatkannya.

Sebagian orang menyadari kekuatan kata-kata yang dimiliki oleh para pembicara atau penulis hebat dalam menyentuh hati mereka, tapi dari yang sebagian itu tidak semua menyadari akan kekuatan diri sendiri untuk menggunakan kata-kata yang sama. Sebagian besar dari kita tidak memilih kata secara sadar, tetapi lebih karena lingkungan atau kebiasaan. Jika kita sadar dan percaya pada kekuatan kata-kata sendiri, maka kita bisa memilih kemudian menggunakannya dengan bijaksana. Kata-kata yang kita pilih menjadi dunia yang kita huni.

Cara Berpikir



Suatu hari saat masih ada acara golden ways nya Mario Teguh beberapa tahun lalu, saya dan istri sedang duduk-duduk di depan tv ketika MT melontarkan pertanyaan kepada audience, " Mana yang saudara pilih, kecepatan atau ketepatan ?" Sebelum mendengar jawaban mereka, kami berdua secara reflek menjawab serempak, " Kecepatan !"

Ketika pertanyaan ini coba kulemparkan pada para karyawanku, hampir seluruh dari mereka memilih ketepatan. Itulah cara berpikir. Kenapa aku memilih kecepatan bukan ketepatan sama seperti mereka ? Karena aku pengusaha yang harus selalu cepat dalam mengambil sebuah keputusan. Lalu ada pertanyaan dari mereka, " Jika cepat tapi salah bagaimana ?" Ya cepat diperbaiki. Pokoknya serba cepat.

Jack Ma pemilik Alibaba group, salah satu dari orang terkaya di Cina juga memberi wejangan jangan berusaha untuk menjadi yang terbaik, tapi berusahalah jadi yang pertama. Pertama untuk berubah, pertama untuk berani dalam menerima tantangan-tantangan. Pertama juga artinya cepat. Jika ingin jadi yang terbaik kita akan menemui banyak kesulitan, akan lebih lambat dan tertinggal dalam berebut peluang pada masa yang bergerak super cepat seperti sekarang ini.

Untuk lebih jelasnya, saya meminjam cerita seorang motivator. Ada 3 orang pemuda yang bersahabat sama-sama pergi mengunjungi TPA. Begitu melihat tumpukan sampah, salah satu berkata, " Wah, bau, kotor...jorok banget." Yang seorang lagi bereaksi lain," Kalau sampah ini dipilah-pilah bisa jadi pupuk kompos dan bisa jadi enerji listrik lho." Dan yang terakhir berkata," Oh..banyak sampah plastik. Sekarang harganya sedang bagus. Bisa aku kumpulkan."

Apa yang mereka bertiga lihat adalah barang yang sama, yaitu sampah. Namun cara berpikir dan yang ada di pikiran Jack Ma pada sampah tentu berbeda dengan kita. Jika kita ingin menjadi juara dunia catur, berpikirlah seperti Magnus Carlsen, Garry Kasparov, Anatoly Karpov, dan lain-lain. Jika kita ingin jadi seorang billioner berpikirlah seperti Jack Ma, Bill Gates, Warren Buffet dan seterusnya.

Jadi, yang terpenting adalah bagaimana cara kita berpikir. Jika kita ingin sukses berpikirlah seperti mereka yang sukses. Setelah sukses ada dalam pikiran, maka gerakan dan tindakan, cara bicara, bahkan aura kita mencerminkan orang sukses. Ketika bertemu dengan mereka akan merasa berada dalam situasi dan kondisi yang sama. Tidak lama setelah itu, kita benar-benar akan sama. Sama-sama sukses. Benahi cara berpikir kita, maka sejatinya kita sedang membenahi hidup kita.

Mengukur Kemajuan

Salah satu faktor motivasi terbesar di dalam hidup ini adalah kemajuan. Kalau kita merasa semakin hari kita semakin maju tentu kita akan lebih bersemangat. Itulah mengapa kita harus mengetahui maju tidaknya apa yang selama ini kita kerjakan. Banyak orang merasa kehilangan semangat, lalu frustasi karena mereka merasa sudah bekerja keras tapi tidak membawa hasil yang sepadan dengan upaya mereka.

Mungkin filosofi berpikir dan sikap kita sudah benar. Mungkin pengetahuan dan keterampilan kita sudah cukup. Sekarang tinggal bagaimana tindakan kita, karena hanya tindakanlah satu- satunya cara untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, yaitu dengan bekerja. Bekerja untuk membangun karier yang lebih baik. Bekerja untuk membangun dan berusaha hidup lebih baik, lebih sehat dan lebih bernilai.



Tujuan sudah ditentukan, dan tindakan sedang dikerjakan. Sembari bekerja, kita perlu belajar mengukur seberapa jauh kita telah melangkah. Kemajuan yang diukur berdasarkan oleh waktu yang wajar dan masuk akal. Jika setiap berapa menit sekali kita menanyakan kemajuan, tentu terlalu pendek. Lima tahun sekali terlalu lama. Ukurlah kemajuan langkah kita secara periodik  dalam jarak waktu tertentu, wajar dan masuk akal.

Mengukur kemajuan belajar anak kita di kelas diukur dengan penerimaan rapor dan kenaikan kelas setiap tahunnya. Kita menuntut anak kita naik kelas setiap tahunnya bukan tinggal kelas. Demikian juga berlaku bagi kita orang dewasa, janganlah tinggal di satu kelas lebih lama dari setahun ketika belajar, apakah itu soal belajar manajemen, kewirausahaan, kepemimpinan atau apapun. Tetap jaga langkah dalam belajar.

Ketika aku mengerjakan proyek hotel setinggi enam lantai dua tahun yang lalu, pada mulanya  mengalami kesulitan. Mengerjakan satu lantai ternyata butuh waktu satu setengah bulan, ini terlalu lama. Kemudian tindakan kusesuaikan, metodanya kuubah sehingga akhirnya bisa lebih cepat. Per lantai berikutnya hanya butuh waktu dua minggu seperti keinginanku.


Jika kemudian kita tahu bahwa kemajuan kita sangat lambat atau sedikit, hadapilah, karena itu adalah kenyataan. Kita tidak harus menipu diri sendiri. Kita terima dan pikirkan bagaimana cara meningkatkan kesehatan yang lebih baik, pendapatan lebih baik, keterampilan yang lebih baik, bagaimana meningkatkan kemajuan kita. Kita tidak perlu mengubah ekonomi, tidak perlu mengubah tujuan, kita hanya perlu mengubah diri kita sendiri.