Selasa, 24 Juni 2014

Kurang Greget


Minggu petang, kami sebagai agen resmi pelumas Pertamina mengadakan gathering konsumen yang hampir setiap setahun sekali digelar. Yang kami undang adalah reseller, grosir, toko, bengkel-bengkel yang menjadi outlet-outlet pemasaran dari produk kami dan orang-orang Pertamina selaku pihak prinsipal.

Acara seperti ini biasanya diisi permainan berhadiah sebagai hiburan seperti kim, apresiasi untuk the best reseller, the best outlet dan lain-lain. Dilanjutkan acara mengisi form order, yaitu mengisi form pesanan barang dengan harga spesial gathering. Semakin banyak yang mereka order, mereka akan mendapatkan hadiah yang semakin besar. 

Tapi kali ini agak beda dari tahun lalu, sebab setelah sambutan-sambutan diselipkan motivasi singkat selama tiga puluh menit sesuai tema yang kami pilih, yakni We Love Indonesia, mengedukasi tentang nasionalisme konsumen. Tujuannya agar para konsumen kami, yaitu para pedagang lebih memiliki komitmen untuk menjual produk Indonesia yaitu pelumas Pertamina dibandingkan merek asing.


Secara keseluruhan, penyelenggaraannya boleh dibilang sukses kalau melihat dari hasil yang kami raih dalam penjualan malam itu melampaui target. Namun ada yang terasa kurang greget pada saat motivasi berlangsung. Mungkin karena ini adalah acara yang baru buat mereka sehingga agak mengejutkan, atau bisa jadi karena kurangnya persiapan kami.

Mengapa saya katakan kurang greget ? Karena kurang riuhnya tepukan tangan dari audience. Tepuk tangan padahal dampak dari apa yang saya lakukan, bukan menjadi tujuan saya memotivasi mereka. Gemuruh tepuk tangan merupakan suatu penghargaan atau pujian dari mereka melihat apa yang kita lakukan, biasanya spontan dilakukan ketika berkenan di hati mereka.

Kebiasaan mendapatkan tepuk tangan ketika menjadi motivator untuk karyawan sendiri, membuat saya lupa belajar. Membuat saya terlena karena merasa sudah diatas rata-rata, dan saya sombong,  merasa paling baik, merasa pasti sukses dan yang lebih buruk lagi saya menjadi ingin selalu dipuji.

Menurut saya, persiapan saya amat minim. Menghadapi audience yang beraneka ragam terdiri dari keluarga, bawa anak sampai pembantu memang merupakan tantangan tersendiri, apalagi acara makan bagi yang terlambat hadir dalam satu ruangan. Dan jujur, saya belum pernah menghadapi  situasi seperti ini.

Saya perlu belajar lagi cara-cara yang lebih baik untuk menangani hal semacam ini agar lebih sukses, walaupun menurut keterangan anak saya Yuga yang menjadi Direksi Divisi Pelumas, “ Papih sudah tampil luar biasa malam ini, sangat profesional tidak kalah dengan kek Jamil (motivator terbaik di Indonesia saat ini).” Namun, saya masih merasa kurang greget.

Kurang greget dapat juga diartikan hal yang datar, biasa-biasa saja atau kurang menarik. Boleh juga diartikan kurang berkualitas, tidak berkelas. Hal semacam ini sebenarnya amat wajar, namun dapat sangat mengganggu orang-orang yang memiliki standar pencapaian tinggi dan berorientasi terhadap kualitas pekerjaan. 

Jadi, kalau merasa apa yang Anda lakukan kurang greget, berarti Anda merasa kurang puas dengan kualitas hasil yang Anda peroleh. Segera lakukanlah evaluasi, jangan berdiam diri atau membiasakan mencari kambing hitam atau alasan. Akuilah kekurangan atau kelemahan Anda, pelajarilah apa yang kurang, pikirkanlah strategi untuk membuat apa yang Anda lakukan benar-benar memuaskan, sesuai dengan apa yang Anda inginkan.

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar