Sebagai pecandu berat rokok, saya mempunyai ketajaman menemukan lokasi-lokasi yang tepat dan aman untuk merokok. Misal, ketika memasuki sebuah restoran yang selalu saya perhatikan pertama kali apakah ada orang yang sedang merokok di situ atau asbak yang tersedia di meja. Jika ragu, saya akan menanyakan kepada pelayan di mana diperbolehkan merokok.
Menemukan
tempat merokok di Indonesia lebih mudah, karena hampir tidak ada larangan
merokok kecuali di wilayah tertentu. Terutama
di area publik seperti di rumah sakit, mall, hotel, perkantoran, kendaraan umum
dan lain-lain. Jika merokok di luar negeri, barulah kita harus lebih waspada
karena beda negara beda aturannya. Melanggar aturan bisa kena denda yang cukup
besar.
Ketika
berada di area terbuka, saya bahkan tidak berani sembarangan merokok, beda
ketika berada di negeri sendiri. Apalagi jika tidak tampak orang yang sedang
merokok. Saya harus memandang ke bawah, mencari buangan puntung rokok orang
lain, sebagai tanda bahwa pernah ada yang merokok di sekitar itu. Setelah yakin
benar-benar aman, baru saya dapat merokok dengan tenang.
Kebiasaan merokok juga menyiksa ketika harus terbang, karena semua penerbangan saat ini adalah penerbangan bebas rokok. Karena itulah, saya selalu mencari tahu di mana lokasi area merokok di setiap bandara yang saya kunjungi. Saya banyak menemukan teman diskusi tak sengaja, berkenalan dengan sahabat baru, cuma dengan nongkrong di lokasi merokok bandara.
Kebiasaan
saya mengobrol, terutama saat sedang melayani pelanggan, mengeram secara
kejiwaan sehingga membuat saya tidak bisa berdiam diri ketika bertemu orang
asing sekalipun. Sama seperti kebiasaan merokok saya yang belum bisa berhenti.
Begitu banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita gali dengan mengobrol di
manapun dengan siapapun dan dalam keadaan apapun.
Lokasi
merokok seperti di bandara ini sangat memenuhi syarat untuk menunggu boarding,
merokok sambil memperoleh informasi-informasi baru karena setiap orang adalah
buku pelajaran. Untuk bisa mendapatkan pelajaran cukup banyak, maka kita harus
melayani mereka ngobrol tentang topik apa saja dengan lebih bersikap sebagai
pendengar dan penanya.
Semakin
mereka didengarkan semakin panjang mereka bercerita dan tugas saya cuma
menyambung dengan pertanyaan lagi, sehingga ceritanya akan bertambah panjang.
Cerita yang datang dari aneka pribadi dengan aneka latar belakang, bahkan aneka
disiplin ilmu dan aneka sudut pandang, sungguh seperti bertemu dosen luar
biasa. Benar-benar dapat memperkaya hati dan pikiran.
Bagi
Anda yang tidak merokok, bisa Anda praktikkan di mana saja. Termasuk saat Anda
duduk sendiri menunggu istri merampungkan urusan di pusat perbelanjaan. Bahkan
di tempat parkir, saya sering ngobrol dengan tukang parkir setempat secara
serius dan seru. Setiap ada kesempatan mendekati atau berdekatan dengan orang
lain di lokasi manapun, kebiasaan ini tentu saya lakukan.
Kebiasaan
baik yang akan terus saya pertahankan, karena mengandung bermacam-macam rezeki
kemungkinan. Sementara kebiasaan buruk merokok ini belum bisa berhenti, maka
lokasi merokok inilah yang sering saya jadikan universitas terbuka ketika
bepergian. Sambil menyelam minum air, sambil merokok dapat pelajaran.
Tapi
namanya kebiasaan buruk, sebaiknya jangan ditiru karena merokok berbahaya bagi
kesehatan.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.