Pagi itu saya sarapan cukup pagi di sebuah hotel bintang di Bandung karena mau segera ke rumah sakit menengok cucu yang baru lahir. Selesai sarapan, saya mencari tempat yang bisa untuk ngopi sambil merokok di bagian luar restaurant. Rasanya kecut, kalau sehabis makan tanpa merokok. Suasana di luar juga tampak sepi, hanya beberapa meja kursi kosong.
Tampak
seorang wanita belia yang sedang asyik membersihkan dan menata meja dengan
peralatan makan. Satu per satu dia bereskan dengan cekatan, saat mendekati meja
sebelah dia menyapa dan mengucapkan maaf, sambil tersenyum. Pegawai hotel,
penerbangan dan bank selalu membuat saya kagum, karena mereka terdidik dengan
baik.
Pikiran
saya menerawang, sebentar lagi saya juga punya hotel seperti ini dan pasti
pegawai-pegawai saya juga akan seperti itu. Saya tergerak untuk membuka
pembicaraan,” Sudah berapa lama bekerja di sini, dik ?” “ Baru dua bulan, pak.
Saya di sini PKL dari sekolah, semuanya ada 8 orang,
sedangkan pegawai tetap di FB (Food Beverage) sedikit, hanya 4
orang,” katanya menerangkan.
“ Ada
juga pegawai casual sebanyak enam orang,” tambahnya.
“ Maksudnya
casual ?”
“
Pegawai yang hanya bekerja saat dibutuhkan, hanya kalau ramai saja mereka
dipanggil dan dibayar harian.”
Agak
kaget saya mendengar ini, ternyata perusahaan sebesar ini sangat ketat dalam
mengeluarkan anggaran. Perusahaan hanya membayar mereka berdasarkan jam kerja.
Meskipun demikian para pekerja casual dapat menjalankan tugasnya dengan
profesional, mereka cepat dan terampil, dapat diandalkan. Hanya dalam bilangan
menit mereka akan membereskan meja yang berantakan, sigap dalam melayani para
tamu hotel, meskipun gajinya tidak menentu.
Bahwa
memperoleh gaji yang tidak menentu itu berat, pasti. Tapi bahwa otomatis gaji
yang tidak menentu harus membuahkan hasil pekerjaan buruk, ternyata tidak.
Maka, meskipun gaji kecil itu berat, tidak otomatis menjadi sumber buruknya
mutu pekerjan. Pasti bukan karena jumlah yang diterimanya, tetapi lebih karena
prinsip-prinsip hidupnya.
Mungkin
gaji kecil tidak mencukupi, tetapi tidak menjadi alasan untuk bekerja
seenaknya. Banyak kehidupan meski sederhana, baik-baik saja. Persoalannya,
banyak orang menjadi lemah begitu saja, sudah tahu gajinya cekak bukannya
bekerja lebih baik supaya gajinya dinaikkan, malah semaunya. Jadi meskipun gaji
kecil itu berat, untuk bekerja baik tetap merupakan pilihan.
Lalu
saya coba bandingkan dengan para karyawan di perusahaan saya. Tak seorang pun
yang bekerja casual, mereka mendapatkan upah tetap setiap bulan. Semua pegawai
tetap, sehingga penghasilan mereka juga tetap setiap bulan, tidak terpengaruh
sama sekali dengan fluktuasi omset perusahaan. Tetapi tidak semua bekerja lebih
baik dari pegawai casual, karena upah tetap bukan suatu jaminan.
Tengoklah
para pegawai casual, mereka pasti sadar gajinya kecil dan tidak menentu, tapi
mereka memilih bekerja dengan baik dan profesional. Kecilnya gaji sering
dipersalahkan, padahal biang masalah itu adalah kelakuan.
Terima-Kasih Pak Han,
BalasHapusdisini saya jadi tau,apa itu pegawai casual?,...
Pemilik Perusahaan itu tentunya sangat ANALITIS sekali, dan kelihatan-nya Perusahaan akan banyak diuntungkan dengan Sistem seperti itu...tetapi Kenyataan-nya belum tentu juga. (Biar bagaimanapun tetap saja GELORA GRUP yang terbaik)
Artikel ini sangat Inspiratif sekali,
memang betul sekali yang disampaikan Pak Handojo diatas; . . .Kecilnya gaji sering dipersalahkan, padahal biang masalah itu adalah kelakuan, "They themselves are makers of themselves"
Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.
Terima kasih, mas Nuzul. Hmm...Gelora Group is the best yaa....
HapusSalam sukses, hidup luar biasa !
wow , kerja casual itu kaya kerja borongan yaa .
BalasHapussaya udah setahun lebih sebagai casual atau dw di hotel tapi tidak ada peningkatan kedepannya ,soal forsi kerjaan sama dengan keryawan tetap sedih ini sangat menyedihkan
BalasHapus