Rabu, 06 Agustus 2014

Ada Seorang Lagi


Pengalaman saya yang lalu, kalau naik taksi di bandara KLIA 2, Kuala Lumpur mahal. Waktu itu saya tidak dapat memperoleh taksi meter karena tiba sudah lewat tengah malam. Melihat tarif resmi di loket dari bandara menuju Genting 1200 ringgit sekali jalan, sekitar empat juta rupiah! Akhirnya, saya mencoba mencari taksi di luar bandara. Tarifnya sedikit lebih murah, hanya 700 ringgit atau sekitar dua setengah juta rupiah. Apa boleh buat.

Anda mungkin pernah baca atau mendengar cerita tentang seorang sopir taksi yang sukses, karena dia seorang yang mau membuat perubahan, pejuang yang bersemangat dan mempunyai misi dalam bekerja. Ketika taksi-taksi yang lain kotor dan apa adanya, taksinya betul-betul menarik perhatian calon penumpang karena bersih dan sangat mengkilat.

Ketika bertemu penumpang, dia akan berkata sambil tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan badan, “ Hai, nama saya Wally.” Dan ia akan menyerahkan secarik kertas. Di bagian atasnya tertulis ‘ Mission Statement’ atau pernyataan misi. Pernyataan itu menyebutkan bahwa dia akan mengantarkan Anda kemana saja Anda mau pergi dengan selamat, dengan sopan, dengan nyaman dan dengan cepat serta tepat waktu.

Dalam perjalanan Wally akan memberi isyarat agar Anda jangan malu-malu dan mengambil sendiri buah-buahan yang tersedia di keranjang di jok belakang. Menanyakan musik jenis apa yang Anda sukai untuk dia putarkan di audio taksinya. Wally tidak sekolah apa pun, tapi dia tidak pernah berhenti belajar. Wally membuktikan bahwa tidak ada pekerjaan yang terpaksa dilakukan, yang ada hanya orang yang menghadapi jalan buntu pekerjaan. Penghasilannya dua-tiga kali lipat dari sopir taksi yang lain.

Beruntung , liburan kemarin saya menemukan orang yang sejenis Wally ketika memakai taksi meter malam itu dari bandara. Namanya En Udin, umurnya baru tiga puluhan, ibunya keturunan Medan katanya, walau  ia tidak tahu banyak tentang kampung ibunya. Sepanjang jalan dia berusaha ramah dengan bahasa melayu yang tidak seluruhnya dapat saya tangkap dengan baik, tapi secara garis besar saya dapat memahami ceritanya. Bandara ke hotel, saya hanya membayar 65 ringgit.

Dua hari kemudian, jam sembilan pagi Udin siap menunggu dengan mobilnya untuk mengantarkan kami pindah hotel dari Kuala lumpur ke Genting, di mana saya sudah pesan untuk menginap selama dua malam di sana. Ketika melihat kami di lobby, dengan cekatan dia segera mendatangi untuk mengambil kopor-kopor dan menata di bagasi mobilnya. Membukakan pintu dan membantu ibu mertua naik dengan aman ke dalam kendaraan, melayani dengan baik.

Setelah semua naik, dia menanyakan apakah kami masih memerlukan menukar uang, akan dicarikan money changer yang memberikan nilai tukar tinggi, karena dia tahu nilai tukar di bandara jauh lebih rendah.  Dari money changer, dia mengajak kami pusing-pusing dulu ( putar-putar, maksudnya ), ke tempat oleh-oleh dan wisata, walau pun biaya yang kami sepakati hanya mengantarkan dari hotel sampai ke Genting.

Sepanjang perjalanan, kami banyak bercerita. Taksi yang dimilikinya ternyata sewa beli selama lima tahun, dicicil setiap bulannya. Lalu saya sarankan juga untuk mengambil taksi baru lagi dengan sistim sewa beli tapi mempekerjakan orang lain, asalkan pelayanannya minimal sama seperti yang saat ini ia lakukan, taksinya pasti akan laku keras. Saya pun lebih suka menggunakan jasanya selama berada di sana.

Menurut dugaan saya, jika datang lagi ke Kuala Lumpur dan naik taksi yang seperti ini, sopirnya bisa jadi bekerja untuk Udin. Tapi, yang pasti saya akan meminta Udin untuk menjemput saya lagi.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar