Hampir setiap hari kita melihat status atau pernyataan yang negatif dari orang-orang sekitar kita di media, mereka secara tidak langsung mengeluhkan orang-orang atau keadaan yang sulit dihadapi. Entah itu pasangannya, orang-orang terdekatnya, atasan atau bawahannya, saudaranya, koleganya atau sahabat. Bahkan ada yang selalu negatif setiap harinya, seolah memang sudah memposisikan dirinya sebagai korban dari hidup yang tidak adil, hidup yang tidak sesuai ekspektasi.
Banyak
survey yang telah dilakukan di dunia kerja, juga menunjukkan alasan utama orang
untuk pindah kerja adalah untuk menghindarkan diri dari orang-orang yang sulit
dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak karyawan keluar dari
pekerjaan karena mempunyai hubungan yang tidak baik dengan lingkungan kerja,
bisa atasannya atau rekan kerjanya.
Biasanya
mereka akan mendapatkan pekerjaan dan kembali menemukan atasan yang sulit
bahkan orang-orang yang lebih sulit lagi dan proses kembali terulang. Mereka
menangis, menjadi frustasi dan mengeluhkan kehidupan yang tidak sesuai dengan
ekspektasi mereka. Ekspektasi kita memang berperan sangat besar ketika kita
berhubungan dengan orang lain.
Kapanpun,
kita mempunyai ekspektasi terhadap sesuatu atau orang lain. Kalau ekspektasi
tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul kekecewaan. Yang menyedihkan,
ekpektasi-ekspektasi tersebut jarang diungkapkan atau dibicarakan dengan orang
lain. Sebagai contoh, Anda mengharapkan bunga dari suami atau pacar Anda. Di
kantor, seorang karyawan mengharapkan manajernya ingat bahwa ia telah enam kali
kerja lembur dalam dua bulan dan perlu segera mendapatkan kompensasi.
Ekpektasi
itu ada di kepala kita. Tidak heran jika kita memberikan label kepada
orang-orang yang mengecewakan kita, sebagai orang yang sulit dihadapi. Dan di
sisi lain, mereka menjadi masalah di mata kita karena kesalahan yang mereka
perbuat walau tanpa mereka sadari, ditambah bagaimana mereka bereaksi ketika
mendengar ketidakpuasan kita.
Ada
benarnya juga pepatah mengatakan,” Jangan mengukur baju orang di badan
sendiri,” karena kita sering menilai sesuatu dengan ukuran kita. Kita sering
menuntut orang lain tahu apa yang kita ekspektasikan dari mereka, kita
menginginkan mereka tahu apa yang sedang kita pikirkan atau tahu dengan
sendirinya. Akibatnya, terjadilah ketidakpuasan pada individu-individu karena
kegagalan pemenuhan ekspektasi.
Biasanya,
jika orang menjumpai masalah di kantor, mereka cederung membawanya keluar
kantor bersama teman atau keluarga. Jika masalahya di rumah, mereka cenderung
untuk membicarakan di luar rumah, atau pasang status di media, mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang tidak langsung, sehingga masalah dengan orang-orang
tersebut tidak pernah terselesaikan.
Jika
Anda kecewa atau berselisih dengan orang lain karena sesuatu yang Anda harapkan
dari mereka atau sebaliknya karena orang itu berharap pada Anda, maka segera
membicarakannya dengan orang itu dapat menjadi solusi dalam memperbaiki situasi
yang ada. Cara untuk memutuskan lingkaran ekspektasi yang tidak realistis dan
gagal terpenuhi adalah menangani masalah dengan orang yang menjadi pelakunya
atau sumbernya secara langsung.
Seperti
kata Shakes Peare, “ Expectation is the root of heartache, “ atau Harapan
adalah akar dari semua sakit hati, maka belajarlah mengelola ekspektasi kita
ketika berhubungan dengan orang agar kita tidak mudah sedih, kecewa dan tidak
bahagia. Belajar pula untuk bisa menjawab ekspektasi orang lain bahkan
melebihkannya agar menjadi pribadi yang tidak mengecewakan orang lain,
sekaligus pribadi seorang pemenang.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.