Siapa pun yang pernah menumpang mobil yang dikendarai oleh sopir tua pribadi saya pasti paham. Saya tidak bisa membayangkan kalau mobil yang dipakainya tidak memakai klakson. Dia punya kebiasaan unik, sebentar-sebentar membunyikan klakson ketika berkendara. Entah ada becak, sepeda, atau motor di klakson, bahkan ada ayam pun diklakson, semua diklakson tidak peduli mereka berjalan dengan baik dan benar atau memang membahayakan. Seolah-olah tidak mempercayai pihak lain.
Klakson
mobil yang paling sering dipergunakan di dunia mungkin hanya di Indonesia,
karena lalu lintasnya yang serba semrawut, pengguna jalan belum memiliki
kesadaran sama sekali sehingga sulit dpercayai oleh pengendara lain. Gara-gara
klakson bisa berantem, seperti pernah diberitakan media bahwa salah satu atlet
bulu tangkis kita berhenti dan turun untuk memukul pengendara mobil yang di
belakangnya.
Kalau
di amerika, membunyikan klakson berkali-kali bisa dianggap sedang marah, orang
sana santun sekali di jalan raya. Tidak perlu terlalu banyak lampu merah di
perempatan. Cukup ada tulisan tanda stop, semua kendaraan yang lewat pasti akan
berhenti sejenak meski jalanan sepi tidak ada apapun. Mereka layak dipercaya,
meskipun tidak ada yang mengawasi.
Soal lampu
rem yang menyala, berarti ada hambatan di depannya. Maka sudah sepantasnya yang
di belakangnya ikut mengerem, tanpa harus membunyikan klakson tanda tidak
setuju.Kendaraan yang paling depan memang tengah menjadi imam, melihat dengan
mata kepala sendiri, paling menguasai data dan informasi. Karena azasnya sudah
tidak dipercaya, maka sering terjadi insiden kecelakaan ketika mobil yang di
belakang menyalip dengan tidak sabaran.
Kalau
memang jalanan macet, sekeras apa pun klakson kita bunyikan, tidak akan membuat
jalanan menjadi lancar. Padahal jika kita mau sedikit bersabar dan terpenting
mau mempercayai kendaraan di depan kita, tentu tidak akan terjadi banyak
kecelakaan. Tetapi memang begitulah keadaan di negeri tercinta ini, orang lain
tidak pernah dibiarkan menjadi imam, walau ia tengah memegang otoritas yang
sesungguhnya.
Inilah
kenapa kita selalu terdorong main klakson terhadap kendaraan di depan kita.
Inilah kenapa dalam hal antrean panjang, leher kita menjulur paling panjang dan
selalu gatal untuk menginterogasi keadaan di depan. Padahal, seringnya tidak
terjadi apa-apa. Pada gilirannya, antrean pasti akan bergerak maju dengan
sendirinya. Jika masih terhenti berarti masih ada persoalan yang harus
ditunggu.
Persoalan,
bagi yang paling depan yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi, sedangkan kita
yang di belakang tinggal mempercayainya saja. Penasaran dan berat ? Memang.
Tapi itulah ongkos hidup bersama di dunia. Ongkos kepercayaan sebagai mahluk
sosial. Ketidakmauan membayar ongkos inilah yang sering membuat kekacauan hidup
bersama.
Para
imam, para pemimpin dan yang berada paling depan itu memang bisa saja
menyelewengkan kepercayaan kita. Kita boleh kecewa tapi tidak perlu trauma.
Karena untuk hidup bersama perlu rasa saling percaya. Soal sesekali tertipu
juga hal yang lumrah tidak perlu diherankan lagi. Anggap saja sedang sial,
karena kita pasti sama sekali tidak bisa luput dari kesialan.
Kalau
sopir tua itu saya ceramahi sampai dower, pasti percuma, dia tetap akan
melakukan kebiasaan membunyikan klakson secara berlebihan kecuali, suatu saat
ketemu atlit bulu tangkis yang temperamen itu.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Kepercayaan adalah modal utama didalam banyak hal atau bahkan semua hal,
BalasHapusSeorang Penulis Buku tentu dia percaya bahwa oranglain akan serius membaca-nya ketika dia serius didalam menulis buku itu, dengan menuliskan-nya dibagian INTRODUCTION; . . .
"I trust that you will be as serious about reading this book as i have been about writing it".
Begitu juga Pak Handojo sebagai seorang BUSSINESSMAN, tentu Bapak Percaya dengan anakbuah Bapak dalam menjalankan tugas-nya, . . .kepercayaan yang INTERDEPENDENT tentu-nya,
Kita boleh saja percaya kepada siapapun tetapi hendak-nya Kepercayaan yang INTERDEPENDENT, maksud-nya adalah kita percaya kepada oranglain tetapi tidak bergantung kepada orang tersebut,
hanya Orang-orang yang INDEPENDENT sajalah yang bisa INTERDEPENDENT,
Luar Biasa Pak, ini Catatan yang makna-nya sangat dalam, . . .
Awal-nya juga saya kurang PERCAYA DIRI saat mau mengomentari Artikel ini,
tetapi begitu saya memberanikan diri untuk PERCAYA, akhir-nya Komentar-nya Bisa di RELEASE juga,hehe
SALAM SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Terima kasih atas komentarnya, mas Nuzul. Ternyata coretan sederhana ini bisa membuat Anda lebih percaya diri dalam me release komentarnya. Sama, saya pun harus percaya diri sebelum menayangkan artikel ini. Adalah hal yang wajar kalau terbesit, apakah tulisan ini akan disukai atau malah dikatakan jelek dan lain sebagainya. Hidup adalah tentang tindakan yang harus diterima semua konsekuensinya.
HapusTeruslah berkarya, apabila sudah genap setahun ada rencana, tulisanku akan saya kurangi menjadi 3 artikel setiap minggu dan akan dibuka untuk menayangkan tulisan-tulisan orang lain yang dikirimkan ke blog ini setelah melalui seleksi. Harapannya akan lebih bermanfaat bagi sesama dan menambah kualitas dari blog hidup luar biasa. Bersiaplah jadi kontributor..
Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.