Sabtu, 09 Agustus 2014

Tetesan Selalu Ke Bawah


Suatu ketika seorang pelatih football kenamaan yang sudah pensiun dan memilih pekerjaan sebagai komentator olah raga di TV, dihubungi salah seorang sahabatnya untuk menjadi kepala pelatih di sebuah universitas. Dia juga mantan pemain ulung dan secara umum masih dianggap pelatih olah raga terbaik perguruan tinggi di negara itu. 

Oleh karena itu, sang sahabat juga tidak main-main ketika menemuinya, meletakkan paket gaji yang menggiurkan di atas meja yang merupakan jumlah uang yang besar sekali. Si pelatih sangat terkesan, sayangnya dia tidak mau langsung menerima tawaran itu. Katanya, “ Ada beberapa hal yang akan saya pelajari dulu sebelum memberitahu Anda tentang keputusan saya.”

Seminggu kemudian sang pelatih menelpon sahabatnya. Dia berkata, “ Tidak ada persoalan apa pun dengan angkanya. Bahkan lebih baik daripada yang akan saya minta, jadi jangan berpikir dengan menaikkan penawaran lebih tinggi akan memperoleh jawaban yang berbeda. Jawaban saya tetap sama. Saya sudah memeriksa dengan teliti sekali dan memikirkan dengan hati-hati dan saya terpaksa tidak dapat menerima tawaran itu. Alasannya sangat sederhana, saya merasa tidak akan bisa membawa kemenangan karena tidak ada komitmen di puncak.”

Pelatih itu tidak ingin pergi ke tempat mana pun dia tidak bisa menang karena tanpa dukungan dan komitmen dari para petinggi di universitas itu, dia tidak akan dapat mengembangkan program yang dibutuhkan untuk memperoleh kemenangan-kemenangan. Reputasinya tidak dipertaruhkan untuk sebuah komitmen yang setengah-setengah.

Dan apa yang dikatakannya benar. Rekor berikutnya dari universitas itu merupakan bukti kelam bahwa pelatih itu benar. Tidak terhitung banyaknya universitas yang hebat-hebat, tapi bila tidak ada pesan yang datang langsung dari puncak, mereka tidak berkomitmen terhadap program pemenang olah raga. Mereka punya prioritas yang lain. 

Dalam kasus di atas, pesannya menetes ke bawah dengan cara tidak langsung. Mereka ingin menang jika ada yang membuatnya terjadi tapi tidak punya komitmen. Sikap dari perusahaan juga dinyatakan dengan cara yang sama, menetes dari atas ke bawah. Tidak akan ada kemenangan jika tidak punya komitmen dari atas. Semakin besar tetesannya semakin besar efek riak  yang ditimbulkannya. 

Pemimpin tertinggi ibarat batu yang dilemparkan ke dalam kolam. Setiap ceburan yang dibuatnya akan menimbulkan riak yang bergerak menyebar ke seluruh organisasi, melebur ke setiap orang, setiap misi, setiap rencana dan setiap karyawan yang bekerja. Wawasannya adalah wawasan perusahaan, satu dan sama.

Seorang pemimpin yang kuat menjalankan kapal yang kedap air dengan menjaga arah yang tetap. Setiap ceburannya kuat, bisa menghasilkan riak yang bisa dirasakan di sudut peta perusahaan yang paling jauh. Setiap pesannya menetes langsung dari atas ke bawah.

Pemimpin dengan ceburan yang lemah akan membuat riak yang kecil, tidak bisa dirasakan sampai ke ujung-ujung organisasi. Tidak ada pesan dan isyarat yang jelas untuk mereka sehingga membuat mereka bergerak sendiri-sendiri atau bahkan diam, siapa tahu. Hal ini memberi pelajaran, bahwa komitmen yang mendua membuahkan hasil bermutu rendah, dalam segala hal.

Semenarik apa pun tawarannya, pelatih itu merasa tidak bisa bekerja di lingkungan seperti itu. Apakah Anda bisa ? 


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar