Suatu ketika seorang pelatih football kenamaan yang sudah pensiun dan memilih pekerjaan sebagai komentator olah raga di TV, dihubungi salah seorang sahabatnya untuk menjadi kepala pelatih di sebuah universitas. Dia juga mantan pemain ulung dan secara umum masih dianggap pelatih olah raga terbaik perguruan tinggi di negara itu.
Oleh
karena itu, sang sahabat juga tidak main-main ketika menemuinya, meletakkan
paket gaji yang menggiurkan di atas meja yang merupakan jumlah uang yang besar
sekali. Si pelatih sangat terkesan, sayangnya dia tidak mau langsung menerima
tawaran itu. Katanya, “ Ada beberapa hal yang akan saya pelajari dulu sebelum
memberitahu Anda tentang keputusan saya.”
Seminggu
kemudian sang pelatih menelpon sahabatnya. Dia berkata, “ Tidak ada persoalan
apa pun dengan angkanya. Bahkan lebih baik daripada yang akan saya minta, jadi
jangan berpikir dengan menaikkan penawaran lebih tinggi akan memperoleh jawaban
yang berbeda. Jawaban saya tetap sama. Saya sudah memeriksa dengan teliti
sekali dan memikirkan dengan hati-hati dan saya terpaksa tidak dapat menerima
tawaran itu. Alasannya sangat sederhana, saya merasa tidak akan bisa membawa
kemenangan karena tidak ada komitmen di puncak.”
Pelatih
itu tidak ingin pergi ke tempat mana pun dia tidak bisa menang karena tanpa
dukungan dan komitmen dari para petinggi di universitas itu, dia tidak akan
dapat mengembangkan program yang dibutuhkan untuk memperoleh
kemenangan-kemenangan. Reputasinya tidak dipertaruhkan untuk sebuah komitmen
yang setengah-setengah.
Dan apa
yang dikatakannya benar. Rekor berikutnya dari universitas itu merupakan bukti
kelam bahwa pelatih itu benar. Tidak terhitung banyaknya universitas yang
hebat-hebat, tapi bila tidak ada pesan yang datang langsung dari puncak, mereka
tidak berkomitmen terhadap program pemenang olah raga. Mereka punya prioritas
yang lain.
Dalam
kasus di atas, pesannya menetes ke bawah dengan cara tidak langsung. Mereka
ingin menang jika ada yang membuatnya terjadi tapi tidak punya komitmen. Sikap
dari perusahaan juga dinyatakan dengan cara yang sama, menetes dari atas ke
bawah. Tidak akan ada kemenangan jika tidak punya komitmen dari atas. Semakin
besar tetesannya semakin besar efek riak yang
ditimbulkannya.
Pemimpin
tertinggi ibarat batu yang dilemparkan ke dalam kolam. Setiap ceburan yang
dibuatnya akan menimbulkan riak yang bergerak menyebar ke seluruh organisasi,
melebur ke setiap orang, setiap misi, setiap rencana dan setiap karyawan yang
bekerja. Wawasannya adalah wawasan perusahaan, satu dan sama.
Seorang
pemimpin yang kuat menjalankan kapal yang kedap air dengan menjaga arah yang
tetap. Setiap ceburannya kuat, bisa menghasilkan riak yang bisa dirasakan di
sudut peta perusahaan yang paling jauh. Setiap pesannya menetes langsung dari
atas ke bawah.
Pemimpin
dengan ceburan yang lemah akan membuat riak yang kecil, tidak bisa dirasakan
sampai ke ujung-ujung organisasi. Tidak ada pesan dan isyarat yang jelas untuk
mereka sehingga membuat mereka bergerak sendiri-sendiri atau bahkan diam, siapa
tahu. Hal ini memberi pelajaran, bahwa komitmen yang mendua membuahkan hasil
bermutu rendah, dalam segala hal.
Semenarik
apa pun tawarannya, pelatih itu merasa tidak bisa bekerja di lingkungan seperti
itu. Apakah Anda bisa ?
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.