Restoran hotel Seri Malaysia masih belum tampak ramai oleh tamu hotel yang sarapan di situ, ketika kami berempat memasukinya. Melihat kami masuk, seorang petugas wanita berseragam segera mencegat kami di pintu masuk, dan menanyakan,” Mana kupon sarapan bapak ?” Lalu saya jawab, “ Saya tidak bawa kupon, tolong dicatat nomor kamar 131 dan 133.”
“ Tidak
bisa, pak...bapak harus bawa kuponnya,” kata petugas itu lagi. Biasanya, kupon
sarapan tidak pernah menjadi masalah, mereka bisa cek di komputer apakah nomor
kamar saya sudah termasuk sarapan atau belum. Jika belum, tinggal ditagihkan ke
tamu yang bersangkutan. Tapi manajemen di hotel ini rupanya sudah ketinggalan
jaman, masih serba manual dan sama sekali tidak ramah.
Saya
agak jengkel dan naik pitam, tanpa terasa setengah membentak, “ Saya tamu di
sini, kalau Anda tidak percaya, Anda cek ke resepsionis, bukan saya disuruh
ambil kupon !” Melihat kejadian itu, istri
saya bergegas ke resepsionis meminta kupon yang memang belum diberikan
resepsionis kepada kami kemarin. Sebagian tamu memperhatikan kami, dan membuat
saya tersadar, kenapa saya jadi marah-marah.
Sambil
sarapan saya berpikir, apakah saya telah salah memilih kata-kata sehingga saya
melewatkan kekuatannya saat berhubungan dengan orang lain, atau memang kendala
bahasa dan budaya karena dia orang Malaysia ? Atau sebaliknya, dia yang tidak dapat
memilih kata-kata yang tepat sehingga membuat saya salah interprestasi ? Saya
merasa’ agak bersalah’ karena telah membuat petugas tadi seperti agak
ketakutan.
Agak
menyesal saya tidak memilih kata-kata dengan seksama dan memperhatikan efeknya.
Bahasa dapat memengaruhi pikiran, dan kata-kata adalah alat yang kita gunakan
untuk menciptakan citra secara mental. Kata-kata dapat digunakan untuk
membentuk dan terkadang mengubah cara berpikir kita. Keterpurukan ekonomi pun
dapat dikatakan lebih baik dengan ‘pertumbuhan ekononomi yang negatif’.
Banyak
hal yang dapat disalahartikan karena pemilihan kata yang buruk. ‘Bukan maksud
saya’ adalah sesuatu yang mungkin sering Anda dengar ketika berargumentasi di
rumah atau di berbagai lingkup kehidupan Anda. Pilihlah kata-kata secara
hati-hati ketika kita ingin menyampaikan pesan kita untuk orang lain guna
menghindari hal-hal yang menjengkelkan.
Guru
keterampilan di sekolah selalu memberitahu kita untuk mengukur dua kali, potong
sekali ketika ia mengumpulkan potongan kayu yang telah kita potong dengan salah
karena kita tidak memeriksa kembali ukurannya sehingga tidak sama panjang.
Perumpaan tentang ‘Ukur dua kali, potong sekali’ tepat sekali digunakan tetapi
akan sulit diterapkan ketika berhubungan dengan orang, dibandingkan berhubungan
dengan kayu.
Pertama-tama,
cobalah untuk mendapatkan kata-kata yang tepat lalu periksa kembali bagaimana
efeknya untuk menghindari kesalahpahaman dan hal-hal yang menjengkelkan. Ini
memang bukan tugas yang mudah, namun dapat dijalani.
Mendekati
kami selesai sarapan, saya melihat dua orang tamu yang baru masuk ke restoran
dan dicegat seperti kami oleh petugas itu, saya tidak dapat mendengar
percakapan mereka karena posisi tempat duduk kami agak jauh. Namun tidak lama
kemudian, tampak petugas itu berjalan ke meja resepionis mengambilkan kupon
sarapan untuk tamu yang baru datang. Rasa bersalah yang membelit saya pagi itu
terasa lenyap seketika, saya menyelesaikan sarapan dengan tersenyum.
Hmm...bermanfaat juga.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.