Setengah poin lagi, saya meraih gelar Master Nasional kalau saja tidak kalah di babak terakhir ketika mengikuti kejuaraan catur pada tahun itu. Akhirnya, saya harus puas memiliki gelar Master Percasi yang saya sandang selama ini. Apa yang Anda rasakan ketika kalah dalam permainan ? Kita murung, sedih. Kita cemberut. Kita kecewa dan menyesal menjadi seorang pecundang.
Jika
kita gagal dalam mencari pekerjaan, dalam hati kita berkata, “ Bagaimana bisa
perusahaan itu begitu tolol mempekerjakan orang seperti itu, bukan saya.” Jika
gagal dipromosikan, kita berkata,” Apa sich kelebihannya sehingga perusahaan
mempromosikan dia, bukan mempromosikan saya ?” Itu adalah tanggapan normal bagi
para pecundang.
Seorang
pemuda bercerita bagaimana dia mendapatkan pekerjaan yang baik setelah
sebelumnya gagal. Dia, tiga kali termasuk di antara dua puluh tiga puluh
kontestan yang tengah memperebutkan kedudukan bagus. Tiga kali pula pekerjaan
itu diberikan kepada orang lain bukan dia. Akhirnya dia pun menjadi cerdik.
Setelah
dia dikalahkan dalam perebutan pekerjaan untuk ketiga kalinya, dia mencoba
menemukan nama-nama orang yang mengalahkannya pada dua kesempatan terakhir dan
berusaha berteman dengan mereka. Dilanjutkan dengan pertemuan dengan mereka,
menanyakan bagaimana mereka menjawab pertanyaan, bagaimana mereka berpakaian,
pendidikan dan pengalaman mereka, apa tujuan mereka, apa yang mereka tekankan
dan apa yang tidak.
Dia
tidak ingin melewatkan semua hal bahkan perincian yang terkecil sekalipun. Dia
memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya untuk menyempurnakan persiapan dan
menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar pekerjaan. Dalam kesempatan
pertama setelah pertemuan itu, dengan sikap yang benar, semangat baru yang
diperolehnya langsung dari para pemenang, pemuda itu berhasil mendapatkan
pekerjaan yang dipertahankannya sampai hari ini.
Cara
pendekatan ini adalah yang paling sederhana dan masuk akal. Anda tidak mungkin
memperoleh jawaban secara gamblang kenapa Anda gagal dari perusahaan yang
menolak Anda. Akan tetapi lain ceritanya jika Anda bicara dengan calon pemegang
pekerjaan yang sukses. Mereka akan mengatakan kepada Anda mengapa dia mendapat
pekerjaan, sama seperti pemenang lotere yang pasti bangga mengatakan bagaimana
mereka memilih nomor yang menang.
Anda
tidak harus menjadi orang nomor satu, orang yang selalu berhasil mendapatkan
pekerjaan atau promosi. Dalam lomba lari, tempat kedua bukan sekedar orang yang
ikut lari, mereka masuk finis dan mendapatkan uang. Demikian pula dalam
mengejar apa yang Anda inginkan. Kegagalan hanya satu kedipan di layar monitor.
Lakukanlah upaya untuk membalik halaman dan Anda dapat menuliskan akhir Anda
sendiri yang bahagia.
Apa
saja yang Anda usahakan untuk Anda pelajari, bakat apa saja yang Anda usahakan
untuk Anda kembangkan, keahlian apa saja yang Anda usahakan untuk Anda
tingkatkan, apakah itu dalam olah raga, kemampuan bicara, teknik menjual,
kepemimpinan, kita mempelajarinya dengan mengamati para ahli atau orang lain.
Semuanya
kini ada di telapak tangan Anda, cukup dekat bukan ? Setiap pekerjaan yang
tidak Anda dapatkan tentu didapatkan oleh ‘orang lain’. Orang lain itulah para
ahli Anda. Lakukanlah observasi dari dekat, kemudian belajarlah untuk mengambil
kualitasnya.
Gunakan
teknik ini dan jadilah nomor dua. Anda akan mengubah penolakan menjadi isyarat
acungan jempol.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Ngeturaken sugeng Riyadi Pak Han ...
BalasHapusMOHON MAAF lAHIR DAN BATHIN
........
Sami-sami, mas Guruh. Mohon maaf lahir batin, salam kagem keluarga.
Hapus