Jumat, 01 Agustus 2014

Jadilah Nomor Dua


Setengah poin lagi, saya meraih gelar Master Nasional kalau saja tidak kalah di babak terakhir ketika mengikuti kejuaraan catur pada tahun itu. Akhirnya, saya harus puas memiliki gelar Master Percasi yang saya sandang selama ini. Apa yang Anda rasakan ketika kalah dalam permainan ? Kita murung, sedih. Kita cemberut. Kita kecewa dan menyesal menjadi seorang pecundang.

Jika kita gagal dalam mencari pekerjaan, dalam hati kita berkata, “ Bagaimana bisa perusahaan itu begitu tolol mempekerjakan orang seperti itu, bukan saya.” Jika gagal dipromosikan, kita berkata,” Apa sich kelebihannya sehingga perusahaan mempromosikan dia, bukan mempromosikan saya ?” Itu adalah tanggapan normal bagi para pecundang.

Seorang pemuda bercerita bagaimana dia mendapatkan pekerjaan yang baik setelah sebelumnya gagal. Dia, tiga kali termasuk di antara dua puluh tiga puluh kontestan yang tengah memperebutkan kedudukan bagus. Tiga kali pula pekerjaan itu diberikan kepada orang lain bukan dia. Akhirnya dia pun menjadi cerdik.

Setelah dia dikalahkan dalam perebutan pekerjaan untuk ketiga kalinya, dia mencoba menemukan nama-nama orang yang mengalahkannya pada dua kesempatan terakhir dan berusaha berteman dengan mereka. Dilanjutkan dengan pertemuan dengan mereka, menanyakan bagaimana mereka menjawab pertanyaan, bagaimana mereka berpakaian, pendidikan dan pengalaman mereka, apa tujuan mereka, apa yang mereka tekankan dan apa yang tidak.

Dia tidak ingin melewatkan semua hal bahkan perincian yang terkecil sekalipun. Dia memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya untuk menyempurnakan persiapan dan menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar pekerjaan. Dalam kesempatan pertama setelah pertemuan itu, dengan sikap yang benar, semangat baru yang diperolehnya langsung dari para pemenang, pemuda itu berhasil mendapatkan pekerjaan yang dipertahankannya sampai hari ini.

Cara pendekatan ini adalah yang paling sederhana dan masuk akal. Anda tidak mungkin memperoleh jawaban secara gamblang kenapa Anda gagal dari perusahaan yang menolak Anda. Akan tetapi lain ceritanya jika Anda bicara dengan calon pemegang pekerjaan yang sukses. Mereka akan mengatakan kepada Anda mengapa dia mendapat pekerjaan, sama seperti pemenang lotere yang pasti bangga mengatakan bagaimana mereka memilih nomor yang menang. 

Anda tidak harus menjadi orang nomor satu, orang yang selalu berhasil mendapatkan pekerjaan atau promosi. Dalam lomba lari, tempat kedua bukan sekedar orang yang ikut lari, mereka masuk finis dan mendapatkan uang. Demikian pula dalam mengejar apa yang Anda inginkan. Kegagalan hanya satu kedipan di layar monitor. Lakukanlah upaya untuk membalik halaman dan Anda dapat menuliskan akhir Anda sendiri yang bahagia.

Apa saja yang Anda usahakan untuk Anda pelajari, bakat apa saja yang Anda usahakan untuk Anda kembangkan, keahlian apa saja yang Anda usahakan untuk Anda tingkatkan, apakah itu dalam olah raga, kemampuan bicara, teknik menjual, kepemimpinan, kita mempelajarinya dengan mengamati para ahli atau orang lain.

Semuanya kini ada di telapak tangan Anda, cukup dekat bukan ? Setiap pekerjaan yang tidak Anda dapatkan tentu didapatkan oleh ‘orang lain’. Orang lain itulah para ahli Anda. Lakukanlah observasi dari dekat, kemudian belajarlah untuk mengambil kualitasnya. 

Gunakan teknik ini dan jadilah nomor dua. Anda akan mengubah penolakan menjadi isyarat acungan jempol.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. Guruh Kurniawan eRTe ne . ?@@@@1 Agustus 2014 pukul 20.34

    Ngeturaken sugeng Riyadi Pak Han ...
    MOHON MAAF lAHIR DAN BATHIN
    ........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami-sami, mas Guruh. Mohon maaf lahir batin, salam kagem keluarga.

      Hapus