Selasa, 12 Agustus 2014

Kadang Perlu Membiarkan Terjadi


Hampir dua minggu ini, mata kanan saya bintitan entah kenapa. Pertama terasa hanya satu dan saya pikir sudah sembuh setelah saya obati sendiri, namun ternyata timbul lagi bahkan lebih parah. Cuma tinggal dua pilihan sekarang, dibiarkan saja ( kata orang bisa sembuh sendiri ) atau berangkat pergi ke dokter mata. Akhirnya, saya memutuskan memilih pergi berobat ketimbang membiarkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan dua pilihan seperti tadi, membiarkan sesuatu hal terjadi atau mengambil keputusan untuk bertindak memperbaiki hal itu. Dalam kenyataannya, dengan membiarkan dan tidak bereaksi tetap memiliki dampak. Tidak melakukan apa-apa, tetap saja sedang melakukan sesuatu.

Jika Anda membiarkan orang yang secara terus menerus datang terlambat tanpa pernah ada satu pun konsekuensi, tebak apa yang seterusnya terjadi. Membiarkan seseorang yang terus menerus mengecewakan Anda, maka perilaku tersebut akan terus berlanjut. Membiarkan orang-orang yang memiliki kinerja rendah dalam tim Anda, maka orang tersebut tidak mempunyai alasan berubah.

Terkadang, orang berperilaku dikarenakan ketidaktahuannya, secara terang-terangan dan tidak sadar akan dampak perilaku mereka terhadap orang lain. Dan hal itu tidak akan berubah jika Anda tidak mengatakan atau melakukan sesuatu. Tapi ingat, saat Anda mengkonfrontasi perilaku mereka, tidak serta merta memecahkan masalah. Dalam melakukan hal itu, ada cara yang efektif dan ada yang kurang efektif.

Dengan ‘membiarkan’ semua itu terjadi berarti kita memberikan persetujuan dengan situasi tersebut. Dengan Anda berdiam diri berarti Anda juga telah melakukan sesuatu. Dan ini bisa dipakai sebagai strategi yang mungkin bisa Anda gunakan untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dari sebuah hubungan.

Memilih menyerah dalam keadaan tertentu untuk memenangkan perang secara keseluruhan bisa menjadi sebuah strategi yang efektif. Sementara memilih untuk menjadi tegas setiap saat terhadap setiap permasalahan bisa sangat melelahkan dan membosankan, selain dapat memicu masalah yang lebih luas karena ada perasaan-perasaan terluka dan merusak hubungan.

Pertanyaannya adalah, apakah Anda senang dengan apa yang Anda diamkan saat ini ? Atau apakah Anda hanya mengeluh tentang hal itu tapi tetap menerimanya ?  Jangan mengeluh jika satu-satunya hal yang dapat Anda lakukan adalah ‘tidak melakukan apa-apa’.  Atau sebaiknya Anda berhenti diam, dan mulai berbicara sehingga kemungkinan besar hubungan akan jauh lebih positif. 

Seperti kejadian hari ini, saat siang masuk kantor, saya ditanya oleh manajer, “ Tadi, staff saya sudah berpamitan mengundurkan diri, apakah ia sudah berpamitan dengan bapak ?” “ Belum lho,jam berapa ?” tanya saya. “ Tadi jam sepuluh, ” lanjutnya. Kemudian tampak sang manajer meraih telpon mau memberitahu staffnya yang sudah pulang untuk pamit ke saya, tapi cepat saya cegah, “ Biarkan saja.”

Menjadi benar-benar terbuka mengenai perasaan Anda dalam segala situasi tidak selalu diperlukan. Anda tidak perlu selalu mengatakan apa yang ada di dalam pikiran Anda. Terkadang Anda tidak perlu mengatakan apa pun. Mungkin ada sebuah masalah yang sedang Anda hadapi sedangkan yang terbaik adalah membiarkan luka itu sembuh dengan sendirinya seperti mata bintit daripada terus menerus mengoreknya.

Kadang perlu membiarkan sesuatu hal terjadi karena pilihan yang kita ambil secara sadar. Bukan karena kurang berani atau karena kita tidak ingin dianggap orang yang tidak populer melainkan karena memang mungkin lebih baik begitu.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar