Apabila Anda datang ke bengkel tokoku pasti akan ketemu Irfan, seorang remaja yang setiap hari duduk di lantai. Kesan pertama Anda mungkin akan menganggapnya gila atau kurang ingatan. Dia sering tersenyum sendiri atau bergerak-gerak melambaikan tangannya yang tidak bisa lurus. Betapa pun, senyum yang menghiasi pelakunya akan memberikan kesejukan bagi penontonnya.
Irfan
adalah seorang remaja yang cacat tubuh dan mental, tetangga kampung yang setiap
hari selalu datang ke bengkel tokoku. Panjang kakinya tidaklah sama, sehingga
cara berjalannya juga agak pincang, wajahnya mencerminkan keterbatasannya,
salah satu tangannya pun agak bengkok tidak sempurna. Mungkin menderita
celebral palsy saat dilahirkan, sehingga dia pun sulit berbicara secara normal.
Meskipun
anak itu dapat dikatakan terbelakang, tetapi karena selalu tersenyum, ada
gambaran damai di wajahnya. Saya malah jarang tersenyum sebanyak dan selepas
itu. Secara kualitas dan kuantitas jelas sekali senyum saya tak seberapa, bukan
tandingannya. Dan yang tak seberapa itu pun lebih banyak berisi senyum-senyum
terpaksa. Bibir tersenyum, tapi pikiran melayang entah kemana.
Setiap
pagi sebelum tokoku buka, dia setia menunggu di depan pintu yang masih tertutup
melebihi karyawanku sendiri yang masih suka datang terlambat. Padahal
jelas-jelas ada aturan perusahaan mengenai jam masuk kerja dan sangsinya bagi
yang terlambat. Semangat kehadirannya membuat kita harus banyak bercermin
tentang siapakah diri kita yang sesungguhnya.
Dia
memang kurang, tetapi mau belajar dan diajari. Dia mau belajar memahami
sesuatu, bagaimana harus bersikap selama berada di tokoku agar tidak mengganggu
pekerjaan. Jika dia diberi air minum, tidak lupa membuang gelas plastik aqua ke
tempat sampah, sekali diajari. Tak seperti kita yang suka mengabaikan dan
meninggalkan begitu saja bekas-bekas kita karena tidak membiasakan diri yang
baik.
Kita
pun termasuk orang yang sulit diajari dan belajar karena menganggap diri
sendiri terlalu tinggi. Ada pepatah kosongkan cangkirnya jika kita ingin
belajar, karena gelas yang kosong bisa menampung isi lebih banyak. Tetapi, pada
kenyataannya yang kita gunakan prinsip cangkir kosong terbalik, hanya pantat
cangkir yang kita sisakan untuk pendapat atau gagasan orang lain.
Banyak
tamu pelanggan yang baru mengenal memberinya uang karena iba dan kasihan,
mungkin menyangkanya butuh uang seperti kita. Uang yang diberikan tamu biasanya
ditinggal begitu saja di atas lantai, sebelum diajari untuk menyimpannya.
Kebutuhannya beda dengan kita, bukanlah uang seperti kebutuhan kita. Kerap
kali, jika seseorang biasa memberi kita uang tip setiap kali bertemu dan suatu
saat lupa untuk memberi lagi, kita menyesalkannya.
Tidak
mudah menghadapi berbagai persoalan hidup dengan senyum. Wajah ini lebih
tertarik untuk melayani soal-soal yang membuat bibir ini cemberut dan kening
berkerut. Tergantung apakah hari sedang cerah. Jika rejeki sedang seret dan
kebutuhan menumpuk lalu datang seseorang yang minta sumbangan setengah memaksa,
bisa mendidihkan uap di kepalaku. Ini persoalan yang cukup serius, padahal
untuk membuat kesal, persoalan sepele saja bisa jadi penyebabnya.
Ada
banyak persoalan hidup yang membuat senyum ini terusir dari wajahku yang kata
orang cukup angker, termasuk di dalamnya adalah persoalan remeh temeh. Banyak
pekerjaaan yang terbengkelai karena ketidakdisiplinan kita, banyak masalah yang
tidak mampu kita atasi karena tidak mau belajar dan dalam banyak hal sejatinya
kita tidak lebih mulia daripada Irfan. Setiap kali melihatnya, saya seperti
menemukan kembali senyum saya yang hilang.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.