Setiap kali ketemu dengan pelanggan yang satu ini selalu mengingatkan saya tentang kakak iparnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Kakaknya, seorang senior sekaligus teman lama yang cukup akrab sewaktu masih bekerja di Pertamina. Pernah sama-sama mengikuti tugas pendidikan selama setahun di Cepu, kalau tidak salah dua kali bareng dalam kurun waktu enam tahun.
Kenangan
kadang tergelar kembali. Ketika kami menonton film bersama di sebuah bioskop
kecil, dia menolak ketika saya mencoba membayarkan tiketnya, tapi dia juga
tidak mau membayari. Cukup fair menurut saya, dibandingkan teman lain yang
selalu cari gratisan. Tapi membahas soal kenangan nanti akan saya tulis
tersendiri, yang mau saya bicarakan adalah soal pengaruh yang dia tinggalkan
sehingga saya tidak mungkin melupakannya.
Suatu
hari dia pernah datang ke rumah berdua dengan teman untuk meminta saran karena
mereka patungan mendirikan sebuah bengkel mobil. Di setiap tahapan kehidupan
kadang kita menemukan kata-kata pujian yang kemudian terpatri di dalam hati.
Saya masih ingat ketika dia memperkenalkan kepada temannya. Katanya sambil
menunjuk saya, “ Orang ini bertangan dingin, dia bisa menjual apa saja, bahkan
kotoran pun laku dijual.”
Seorang
teman senior yang lain juga pernah memberikan pujian untuk diri saya kepada
orang lain yang membutuhkan sebuah komputer. Dia berkata, “ Beli saja sama Han,
dia tidak hanya menjual tapi bisa membuat komputer.” Terlalu dilebih-lebihkan,
memang. Pada saat itu komputer masih barang baru dan belum banyak orang yang
menggunakannya, saya memang sudah berjualan sambil mengajarkan cara
menggunakannya pada pembeli sehingga laku keras.
Seorang
guru SMP saya yang sekarang masih hidup juga pernah berkomentar,” Anak ini
nakal, tetapi sangat cerdas.” Saya hampir tidak mendengar kata ‘nakal ‘ itu.
Yang terdengar hingga hari ini adalah sekadar kata ‘cerdas’. Sungguh satu
pujian dari guru yang seperti
itu akan menancap terus di dalam ingatan dan selalu memotivasi alam bawah sadar
saya hingga saat ini.
Ketika
saya diberi tugas untuk rapat dengan vendor dari perusahaan Amerika di depan
para petinggi Pertamina, ada satu kejadian yang tidak pernah saya lupakan
ketika orang bule itu bertanya kepada peserta rapat,” Siapa saja yang kemarin
berangkat ke manufacturing di Philadelphia ?” Dua orang manajer mengacungkan
telunjuk.” Seharusnya anak ini,” kata orang bule itu menunjuk saya yang hanya
bisa tersipu malu.
Saya
tidak peduli apakah pujian itu merupakan kenyataan diri saya atau bukan, karena
yang penting adalah saya mempercayainya. Ketika kita percaya maka ada semacam
energi yang muncul berusaha membantu mewujudkan kenyataan seperti yang kita
yakini. Kualitas orang percaya sungguh berbeda dengan orang yang ragu-ragu atau
menolak.
Dan
ketika saya mengalami kesulitan, kelemahan, hambatan bahkan keputusasaan maka
saya tinggal membayangkan wajah orang-orang itu yang berperan memberikan sumbangan
yang sungguh tidak ternilai dalam kehidupan saya. Awalnya mungkin sok cerdas,
namun lama-lama menjadi makin besar dorongan itu untuk membentuk kebiasaan
cerdas.
Pernyataan-pernyataan
positif dari mereka menjadi semacam mantera di dalam batin saya. Mereka adalah
sebagian para pemberi sumbangan paling berharga sepanjang hidup saya. Banyak
kehidupan ini berubah menjadi luar biasa hanya karena pengaruh dari kata-kata.
Kenapa kita tidak sesering mungkin menyumbangkan kata-kata itu kepada
orang-orang di sekitar kita ?
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.