Selangkah demi selangkah atau sedikit demi sedikit, mungkin
sudah terlalu sering kita dengar, sehingga tidak terlalu kita perhatikan lagi,
walaupun aturan ini masih tetap berlaku untuk sebuah kemajuan. Sebagai
gantinya, aku mencoba istilah baru yaitu nol demi nol. Coba sekarang kita tulis
penghasilan atau gaji kita di atas kertas kemudian kita tambahkan nol satu di
belakangnya. Lalu tanyakan pada diri sendiri apakah tindakan kita sekarang
memungkinkan kita mencapainya dalam lima tahun ke depan ? Jika jawabannya ya,
tambahkan satu nol lagi di belakang sampai mendapat jawaban tidak. Di angka
itu, kita menciptakan batasan-batasan kita sendiri.
Penghasilan adalah hanya
sekadar contoh. Pemikiran ini dapat kita terapkan pada tujuan lain seperti
peraihan karier, kesuksesan bisnis, atau apa pun yang menjadi tujuan kita.
Misalkan, sebagai atlit catur kita bisa gunakan pendekatan berbeda. Kita dapat
menuliskan seperti ini : juara kabupaten, jika ya bisa lanjut ke juara
provinsi, berikutnya ke juara nasional, juara asia dan seterusnya sebagai
gantinya nol sampai mendapatkan jawaban tidak. Di situlah kita menetapkan
batasan di dalam pikiran kita. Tugas kita adalah menghilangkan batas-batas
pemikiran itu, kemudian mengembangkannya sebesar mungkin. Itulah kenapa pada
tahun 1954 Roger Bannister mematahkan batasan yang selama ribuan tahun
dipercaya bahwa berlari sejauh 1,6 km tidak mungkin di bawah 4 menit. Itulah
kenapa rekor renang 100 m dari Weissmuler selama 17 tahun dipecahkan oleh
seorang bocah perempuan berusia tiga belas tahun ! Saat kita mampu
menghilangkan batas pemikiran yang membelenggu, barulah kita mampu
melampauinya. Tentunya dengan melakukan tindakan selangkah demi selangkah,
sedikit demi sedikit, nol demi nol.