Senin, 18 Mei 2015

Sumber Kebahagiaan


Perjalanan memberikan motivasi di setiap spbu Gelora Group selama dua minggu penuh memang berat. Menderita radang tenggorokan adalah soal yang biasa terjadi ketika mengalami penurunan stamina. Karena bagian itulah yang bekerja paling berat sepanjang hari. Kalau tidak cuap-cuap ya saya merokok tak ada berhentinya. Tapi meskipun menderita sedemikian rupa, saya memperoleh kegembiraan yang jauh lebih berharga daripada sakitnya.

Maka, ketika tiga bulan lalu saya harus absen karena terlalu banyak pekerjaan yang mendesak dan tidak bisa ditinggalkan, sesungguhnya saya sedih sekali. Karena saat berkeliling setiap tiga bulanan itulah, saya merasa bahagia karena telah berbagi manfaat dengan seluruh karyawan spbu yang  membutuhkannya. Sebagian besar dari mereka sangat menunggu dan mengharapkan kehadiran saya.

Dan ternyata, perasaan ditunggu dan bermanfaat itulah yang membuat saya merasa berharga dan bermartabat. Perasaan bermartabat itu adalah sumber kebahagiaan. Memiliki banyak uang tanpa memiliki martabat tentu bukanlah kekayaan. Uang makin tebal tapi malah membuat kualitas hidup makin menipis. Bahkan banyak sekali bukti jabatan meninggi namun hanya untuk membawa hidup seseorang merendah.

Begitulah kira-kira hidup orang yang bukan pemenang sejati, bukan profesional tapi hanya amatiran belaka. Di tangan seorang pemenang sejati seluruh soal yang ia miliki tak terkecuali uang, kekuasaan, hanya akan membuat hidupnya semakin bermartabat. Menjadi pemenang sesungguhnya hak setiap orang, asalkan dapat mengalahkan diri sendiri. Karena pintu kemenangan sesungguhnya terletak di dalam diri kita sendiri. 

Mengalahkan diri sendiri adalah perang yang tak berkesudahan dan merupakan soal yang paling sulit di dunia. Di dalam diri sendiri ada banyak lawan yang tidak mudah dikalahkan. Lawan yang menurut kita paling enteng sekalipun sudah langsung menjadi lawan yang sulit dikalahkan, contohnya panca indera. Mengendalikan panca indera memang sulit, apalagi semuanya.

Itulah kenapa banyak industri-industri raksasa yang lahir dengan menggarap segmen ini, tujuannya memuaskan panca indera manusia. Soal rasa, misalnya. Perusahaan kelas dunia seperti Unilever juga tergiur untuk terus berinovasi memuaskan tuntutan rasa melalui varian es krimnya seperti Magnum, yang besarnya omset sungguh tak perlu diragukan lagi.

Melawan tuntutan rasa di lidah mungkin masih bisa saya atasi sebab saya tak terlalu mengutamakan soal rasa. Tapi kalau melawan rangsangan pada mata, terus terang perlu perjuangan. Saya ini lelaki yang sudah beristri. Melihat wanita cantik berkelebat rasanya berat untuk tidak tergoda melirik atau mencuri-curi. Saya tidak berani melihat secara terang-terangan karena malu pada diri sendiri. Malu tapi mau, itu persoalan kaum pria pada umumnya.

Jika selama ini saya mencoba bertahan melawan kemauan mata itu lebih karena saya berusaha keras  mengendalikan pengaruhnya. Pengendalian ini sebenarnya menunjukkan betapa lemahnya saya di hadapan panca indera. Jika saya kalah, ada yang merosot mutunya dalam hidup saya. Kemerosotan itu mendatangkan rasa susah. Namun berbeda ketika saya menang, kemenangan itu mendatangkan rasa bahagia.

Jadi jelas bahwa sumber kebahagiaan berhubungan dengan soal mutu di dalam diri kita. Sepanjang kita dapat menjaga dan merawat mutu dalam diri kita, maka hidup kita pasti akan bahagia. 


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar