Kalau ada orang yang meminta saranku untuk
memperbaiki hidupnya yang berantakan, maka saran pertama yang kuberikan adalah
cobalah untuk mengubah caranya dalam berkata-kata. Kenapa ? Karena ketika kita
semua berbicara, menulis, bahkan berpikir, selalu dalam bentuk kata-kata.
Itulah kenapa cara kita menyajikan sesuatu di dalam pikiran menjadi soal
penting dalam menentukan bagaimana perasaan kita terhadap hidup yang kita
jalani.
Kata-kata, memiliki kuasa untuk menguatkan
atau melemahkan, menciptakan perdamaian atau memulai perang, membangun
sekaligus juga dapat menghancurkan. Konon ceritanya, Winston Churchill memiliki
kemampuan unik mempergunakan kata-kata dalam berperang. Konfusius juga menambah
lengkap manfaat kekuatan kata-kata dengan berkata, " Tanpa mengetahui
kekuatan kata, mustahil untuk memahami manusia."
Seorang penguasa yang keliru dalam
berkata-kata bisa dicopot jabatannya, bahkan ada yang sampai berurusan dengan
penjara. Napoleon Bonaparte bergumam, " Ma sacre toux," yang artinya
adalah batuk sialan karena ia memang sedang batuk ketika meninjau tawanan
perang, perwiranya salah dengar Massacrez Tous yang artinya bunuh semua. Maka
terjadilah sejarah peristiwa tragis, tawanan sebanyak 1200 orang yang
seharusnya hendak dibebaskan akhirnya terbunuh semuanya.
Dahulu aku sering marah, bahkan kadang tidak
terkendali. Tapi semenjak aku mengganti kata 'marah' dengan 'kesal', maka
emosiku menjadi terkendali. Hanya dengan mengubah satu kata perubahannya luar
biasa. Bagaimana perasaan kita terhadap sesuatu itu dibentuk oleh makna yang
kita berikan kepadanya. Pilih sebuah kata yang biasanya membuat kita negatif,
kemudian cari kata pengganti yang lebih positif yang bisa mematahkan pengaruh
buruk terhadap emosi kita atau setidaknya membuat diri kita merasa lebih baik.
Demikian pula ketika aku menghadapi
masalah dalam pekerjaan. Misalnya saat
belum berhasil mendapat tenaga ahli yang kubutuhkan staffku melaporkan, "
Sulit pak, cari tenaga ahli seperti yang bapak inginkan." Aku lebih suka ia
berkata belum menemukan daripada bilang sulit, sebab saat bilang sulit, kita
cenderung menyerah dan putus asa. Berbeda dengan kita berkata belum menemukan.
Di benak kita masih ada harapan, hanya soal waktu kapan kita mendapatkannya.
Sebagian orang menyadari kekuatan kata-kata
yang dimiliki oleh para pembicara atau penulis hebat dalam menyentuh hati
mereka, tapi dari yang sebagian itu tidak semua menyadari akan kekuatan diri
sendiri untuk menggunakan kata-kata yang sama. Sebagian besar dari kita tidak memilih
kata secara sadar, tetapi lebih karena lingkungan atau kebiasaan. Jika kita
sadar dan percaya pada kekuatan kata-kata sendiri, maka kita bisa memilih
kemudian menggunakannya dengan bijaksana. Kata-kata yang kita pilih menjadi
dunia yang kita huni.