Setiap kali bepergian ke kota besar, saya pasti menyempatkan mampir ke mall karena di tempat saya tinggal belum ada mall. Bisa sekadar window shopping, memang ingin membeli kebutuhan, atau bisa pula cuma sekadar minum kopi. Saya suka dengan suasana bisnis di sini, karena saya melihat sekujur ruang, tata lampu, ornamen, kerapian, kebersihan hingga keramahan pelayanan yang mencerminkan selera terkini.
Saat
ini, suatu bisnis memang seyogyanya dijalankan demikian. Mulai pintu masuk kita
akan bertemu para karyawan yang semuanya berseragam bersih, rapi, tampak
terpelajar, senyum yang menawan dan sopan santun yang baik. Tapi, kalau
perusahaan belum bisa menampilkan mutunya ke seluruh bagian termasuk watak
karyawannya, maka masih dalam tahapan perlu perbaikan.
Faktor
keberhasilan usaha seperti ini sangat tergantung pada dua pihak, yaitu pihak
perusahaan dan pihak yang dipekerjakan. Kondisi hubungan kemanusiaan kedua
belah pihak ini jadi salah satu faktor penting bagi kelangsungan sebuah bisnis.
Karena itu, sebagai bahan cerita kali ini, saya mencoba membahas tentang empat
jenis kondisi perusahaan.
Jenis
yang pertama adalah perusahaan yang baik memiliki karyawan yang baik. Ini
adalah kombinasi yang sempurna untuk sukses dalam berbisnis. Para karyawan
disiplin dalam menjalankan tugas dan bisa mengembangkan dirinya tanpa tekanan
untuk kemajuan bersama, karena atasannya mau peduli terhadap bawahan dan tidak
berorientasi pada kepentingannya sendiri.
Ada
karyawan yang baik tetapi menjadi buruk karena diperlakukan dengan buruk oleh
perusahaan. Seluruh gerak orang ini sesungguhnya mengisyaratkan kebaikan, tapi
seperti menyimpan sumbatan. Saya sering melihat seseorang yang ekspresinya
ramah tapi penuh tekanan, ia melayani tapi lesu, ia menatap namun kosong.
Mungkin hasil ketakutan mereka terhadap atasan atau keterpaksaan.
Mudah
ditebak, ada hubungan kemanusiaan yang tidak beres antara karyawan dengan
perusahaan. Perusahaan buruk dengan karyawan yang baik, itulah jenis yang
kedua. Selain itu ada pula jenis yang ketiga yaitu, perusahaan baik tapi
mendapat karyawan buruk. Karyawan semacam ini tidak sungkan pamer keburukan
kinerjanya di depan mata kita.
Ia sama
sekali tidak mempunyai apresiasi yang mendalam terhadap perusahaannya bekerja.
Cukup memiliki satu karyawan seperti ini saja nasib perusahaan bisa terguncang,
karena inilah orang yang dapat memaksa pembeli mengeluh habis-habisan dan tidak
kembali lagi. Celakanya akan mengajak dan membujuk teman dan koleganya untuk
tidak ke sana.
Jenis
yang terakhir adalah yang paling buruk, karyawan buruk bekerja pada perusahaan
yang buruk. Semuanya sudah jelas dan mudah dinilai, kapan perusahaan dan
karyawan bangkrut bersama-sama hanya soal waktu. Padahal jenis ini adalah yang
paling banyak terjadi, maka tidaklah mengherankan jika sukses hanya menjadi hak
sebagian kecil pihak.
Di mana
pun posisi kita sekarang ini sesungguhnya tidaklah penting, apakah sebagai
seorang atasan atau bawahan, apakah sebagai pemilik bisnis atau karyawan,
selama kita berpegang pada kebaikan, karena sukses selalu berpihak pada yang
baik.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.