Menjadi seorang pengusaha yang berhasil adalah impian saya sejak kecil. Mungkin karena ayah saya seorang pedagang tembakau yang tangguh dan tidak berada di lingkungan pegawai sehingga kurang mempunyai keinginan menjadi pegawai apalagi membayangkan jadi pegawai negeri yang menerima gaji dan pensiun di hari tua.
Maka,
selepas sekolah menengah saya merantau ke Jakarta. Tanpa modal tentunya sebab
saya tidak punya uang untuk modal usaha. Hanya dengan bantuan teman-teman
akhirnya saya bisa berdagang kecil-kecilan. Awalnya lumayan, bisa untuk makan
dan bayar kontrakan. Tapi, saya hanya modal mau bukan mampu sehingga akhirnya
berantakan.
Besar
tekad dan keinginan saja ternyata tidaklah cukup. Tujuan menjadi seorang
pengusaha terpaksa dibelokkan alam, karena kebutuhan. Anda pasti juga sering
berbelok arah dari tujuan semula karena suatu alasan. Tujuan karena terpaksa
itulah yang akhirnya menjadi sesungguhnya tujuan. Oleh sebab sulit berdagang,
akhirnya saya mencari pekerjaan daripada tidak berpenghasilan.
Dengan
cara apa alam membelokkan tujuan saya ? Dengan cara gagal senantiasa. Menjual
ditolak, nitip jual tidak laku, barang dagangan rusak tidak bisa kembali. Pada
awalnya saya tidak menggubris isyarat ini. Saya berpikir ini adalah ujian untuk
pihak yang ingin maju. Tapi setelah makin lama makin memiskinkan, ia menyadarkan
saya.
Jadi,
sadar itu awalnya bisa karena terpaksa. Tidak bisa saya bayangkan kalau saya
bertahan dengan kondisi makan saja susah di Jakarta. Itulah kenapa akhirnya
saya memilih pulang kampung kemudian bekerja sebagai karyawan Pertamina.
Beruntung ? Mungkin, karena kebetulan mendapat pekerjaan yang cukup baik.
Tapi
saya melihat banyak orang di sekitar kita, enggan berbelok haluan walau alam
sudah memaksa. Saya memiliki teman yang setengah mati ingin sukses jadi
pengusaha , walau kemampuannya rendah sekali. Berkali-kali kena tipu teman
bisnisnya, tetapi ngotot terus percaya. Tapi siapa peduli, dia pun tidak peduli
dengan dirinya sendiri.
Setiap
kita sesungguhnya mempunyai panggilan. Tapi ada yang tidak mendengar, kurang
mendengar atau malah tidak mau mendengar. Perubahan hidup memang hanya
menghampiri orang-orang yang mau mendengar. Maka, berlatih untuk menambah daya
dengar adalah sebuah kewajiban hidup yang amat penting.
Panggilan
untuk menjadi pengusaha itulah yang saya dengar selama bertahun-tahun bekerja
sebagai karyawan. Dalam kesempitan karena terbelenggu kedudukan sebagai
karyawan, selalu ada berbagai kesempatan berbisnis. Itulah yang saya lakukan
selama sepuluh tahun terakhir, sebelum mengambil keputusan pensiun dini dan
total beralih haluan.
Kegelisahan,
ketidak puasan, dan keresahan adalah tanda-tanda kalau kita masih berada pada
jalur yang salah. Banyak orang mencari pekerjaan dan tidak pernah merasa
sesuai, karena mereka tidak tahu bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah
menemukan panggilan hidupnya. Bagaimana caranya terserah saja, tapi intinya
pada kemampuan untuk mendengar lebih tinggi.
Jika
Anda dapat menemukan dan memanfaatkan panggilan itu, maka Anda bisa bebas
mengepakkan sayap selebar mungkin. Jika pekerjaan sekarang adalah memang
panggilan Anda, segeralah terbang setinggi mungkin, karena hanya orang yang
mendengarkan panggilan yang dapat melakukannya.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.