Sabtu, 24 Januari 2015

Tentang Nasihat


Sering saya dimintai nasihat oleh teman, saudara, kolega bahkan orang yang baru kenal, tetapi tidak kalah seringnya saya juga meminta nasihat kepada siapa saja. Malah mungkin lebih sering meminta nasihat ketimbang menasihati. Banyak orang sesungguhnya membutuhkan nasihat dari orang lain, hanya saja tidak semua orang mau melakukannya dengan berbagai macam alasan masing-masing. 

Itulah kenapa saya berpendapat bahwa nasihat itu hanya layak diberikan ketika diminta. Nasihat tak perlu diedar-edarkan, ditawar-tawarkan, sepanjang orang tidak meminta, apalagi diobral terhadap setiap orang. Jika kita sibuk mengobral nasihat terhadap orang lain, bisa jadi kita lalai menasihati diri sendiri. Terlalu mencampuri urusan orang lain, jangan-jangan urusan sendiri terbengkelai.

Tidak semua orang butuh nasihat, kalau pun butuh tidak semua orang berani mengaku secara terus terang. Mengaku butuh nasihat secara terbuka adalah sebentuk kerendahhatian. Sikap rendah hati itulah, bekal atau modal dalam meminta nasihat. Ketika butuh tidak berani mengaku butuh, setara dengan keangkuhan. Rasa angkuh bukanlah modal yang baik untuk mendengar nasihat. 

Tidak semua peminta nasihat, sungguh-sungguh butuh apa yang dikatakannya. Peminta nasihat yang seperti ini biasanya meminta yang justru tidak diungkapkanya. Dapat meminta pujian, atau sekadar minta dukungan, tetapi yang jelas bukan sedang mencari jalan keluar dengan apa yang dialaminya. Karena apa pun jalan yang kita sodorkan, tak akan ia lewati.

Seseorang yang butuh nasihat, sesungguhnya memiliki ciri. Yang paling menonjol adalah tidak selalu meminta dengan kata-kata, tapi melalui perilaku. Seluruh persoalan yang mengandung nasihat akan menarik hatinya. Dalam pandangannya, semua orang adalah penasihat dan setiap persoalan berisi nasihat. Melihat apa saja, ia bisa memetik manfaat darinya.

Melihat kebaikan ia merasa mendapat nasihat berupa keteladanan. Bertemu orang baik ia mendapat pelajaran. Melihat keburukan ia pun mendapat nasihat. Maka, bertemu orang jahat juga mendapat pelajaran. Ia berguru kepada semua orang, terhadap semua hal yang dapat dijadikan nasihat, bahkan termasuk kepada hewan dan tumbuhan serta seluruh isi alam semesta.

Dari pohon bambu dapat dipetik nasihat yang memberikannya pelajaran hidup. Selama bertahun-tahun awal pertumbuhan bambu, diremehkan, karena cuma memperkuat akar-akarnya sebagai pondasi yang kokoh bukan pada batang. Tapi setelah itu, pertumbuhannya begitu pesat tak bisa dibendung. Jadi, mengharapkan proses yang instan dan ketidaksabaran adalah musuh dari kesuksesan.

Kepada semut pun ia berguru, betapa rukun dan kompaknya hewan-hewan itu. Semua bekerja pada tujuan yang satu. Mereka tidak berebut rejeki, justru saling memberitahu dan memanggil semut lain untuk berbagi. Mereka mengajarkan kita tentang disiplin, bagaimana berbaris, antre dengan tidak berebut saling mendahului.

Memang banyak orang sukses karena pandai memberikan nasihat. Seperti mereka yang menjadi konsultan, motivator, pembawa seminar, workshop, dan lain-lain sesuai dengan keahlian masing-masing. Tetapi percayalah, rasanya jauh lebih banyak orang yang sukses karena ia gemar meminta nasihat termasuk dari pihak yang seharusnya ia jauhi.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar