Rabu, 21 Januari 2015

Ujian Rutinitas


Mengapa tempat kerja sering diibaratkan rumah kedua ? Karena waktu dan pikiran kita banyak habis di kantor atau tempat kerja. Soal kepentingan juga sering saling berebut posisi di dalam kepala kita. Ketika di kantor memikirkan keluarga, ketika di rumah malah memikirkan pekerjaan. Tapi ternyata bukan cuma itu, rumah dan kantor juga ada kemiripan.

Jika kantor ada pemimpin dengan pengikut banyak karyawan, di rumah juga ada pemimpin dengan anggota keluarga sebagai pengikut. Rumah dan kantor juga sama memiliki kompleksitas persoalan gagal dan suksesnya sangat tergantung pada ilmu kepemimpinan. Saya melihat ujian kepemimpinan juga tersedia di dalam sebuah keluarga.

Salah satunya adalah soal rutinitas. Soal ini penting sekali baik di kantor maupun di rumah, sehingga ada istilah jebakan rutinitas. Saya atau siapa pun dari kita memiliki potensi ancaman serupa. Karena rutin ketemu, rutin bicara dan rutin acara, hal-hal yang luar biasa di dalam keluarga menjadi tampak biasa. Kita dapat mengamatinya dari romantika kehidupan orang lain. 

Dia yang sangat dikagumi di luar rumah adalah pribadi yang tiba-tiba menjadi sangat biasa begitu di rumah. Sepertinya cuma orang lain yang kagum, tetapi keluarga tidak. Di luaran orang berebut foto dan tanda tangan. Di rumah, anak-anak sendiri enggan diajak jalan. Mereka lebih gembira bersama teman-temannya. Seberapa pun tinggi prestasi anggota keluarga bisa terlihat sebagai soal biasa saja.

Ketika berkunjung ke kantor-kantor cabang, seluruh karyawan berebut memberikan salam. Di kantor pusat, malah saya yang harus memberikan salam terlebih dahulu. Di cabang-cabang saya dirindukan ceramahnya, tapi di kantor sendiri tidak, mungkin karena karyawan bosan mendengar kata-kata saya setiap hari. Padahal, jika sesuatu sudah tampak biasa perlu diwaspadai.

Jika suami mulai tampak biasa di mata istri, istri biasa di mata suami., anak biasa di mata orang tua, adik biasa di mata kakak, dan seterusnya maka akan merosot nilai hubungan itu. Suami mulai bosan kepada istri, istri bosan kepada suami, adik bosan berteman dengan kakak dan seterusnya. Jadi, rutinitas jika tidak diwaspadai bisa berbahaya dan ini harus dicegah.

Sebuah Keluarga bisa rusak nilai-nilainya jika membiarkan rutinitas menjadi kebosanan. Kalau sukses mengatasinya, maka seluruh nilai di rumah akan menarik kita untuk tinggal di dalamnya berlama-lama. Namun jika gagal, maka sebuah nilai yang berharga bisa terbuang sia-sia. Padahal, tidak ada tempat sebaik dan senyaman berada di rumah sendiri.

Demikian pula kebosanan di tempat kerja, karyawan hanya akan menggunakan kantor sebagai pusat tempat bekerja secara fisik, tapi hati mereka berada di luar kantor. Ketika di kantor seluruhnya jadi pendiam, loyo dan tidak bersemangat, begitu di luar kantor berenergi. Dampaknya bisa menular ke sekujur kantor. Padahal, mengatasi rutinitas hanya sebagian kecil dari aspek kepemimpinan.

Tugas pemimpin itu pasti tidak cuma mengatasi kejenuhan soal-soal rutin. Tapi hanya dengan sukses mengatasi soal ini saja bisa mendatangkan hasil yang menakjubkan. Soal biasa akan tampak menjadi luar biasa, soal luar biasa akan tampak menjadi lebih luar biasa lagi. Nilai satu dapat berlipat menjadi dua, yang dua menjadi empat, yang empat menjadi delapan dan seterusnya.

Rumah adalah tempat sebaik-baiknya untuk berlatih mengatasi ancaman rutinitas.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar