Senin, 19 Januari 2015

Timbangan Badan di Kamarku


Alat timbangan badan ini mulai menjadi penghuni kamarku belum lama, sekitar dua bulanan. Inisiatif dari istri dan anakku yang sedang gencar-gencarnya diet dan berolah raga menurunkan berat badan. Itulah kenapa mengukur berat badan setiap hari jadi semacam kegiatan baru dari anak istriku. Selisih beberapa ons saja dapat membuat mereka sedih dan gembira.

Mereka akan gembira bila mendapati angka timbangannya mengecil, tanda telah menuai kemajuan. Sebaliknya akan sedih, jika angka sebelumnya tidak berubah. Apalagi jika bertambah, jelas-jelas ada yang salah dan bisa stres karenanya. Inilah hebatnya timbangan sebagai alat ukur. Untuk mengukur maju mundurnya hasil dari upaya yang telah kita lakukan, setahap demi setahap.

Menurunkan berat badan memang harus setahap demi setahap, tidak bisa diperoleh dalam sekejab. Ingin sukses juga sama tak bisa dalam sekejab, harus melalui proses tahapan. Tidak secara sekaligus pemberian itu diberikan. Bahkan hujan saja jika tak dipecah dalam banyak butiran dan dikirim cuma dalam satu gelontoran pasti tak tertanggungkan.

Membayangkan penampilan tubuh orang-orang yang rajin fitness memang membuat kagum. Lihat saja Ade Rai yang body dan lengannya mumpuni, atau artis cantik Jenifer Lopez yang usianya sudah kepala empat, tetapi perutnya luar biasa seksi. Mungkin karena itulah anak dan istriku berolah raga keras siang dan malam, tak bisa ditawar.

Tiada hari tanpa olah raga buat mereka, apalagi serba mudah karena mereka tak perlu pergi ke pusat kebugaran, semua sudah lengkap tersedia di rumah. Di ruang atas, ada tiga jenis alat kebugaran yang seperti di sana . Selain itu, masih ada tambahan sepeda statis yang bisa digunakan sambil menonton acara tv. Santai menonton pun sambil membakar lemak, sungguh kedisipilan yang mengagumkan.

Soal kedisiplinan memang soal yang harus kita tanamkan dalam mencapai tujuan. Banyak tugas atau pekerjaan dapat tuntas dilaksanakan dengan baik cuma berkat kedisiplinan semata. Oleh karena itu, saya pun sangat menghargai dan menyemangati anak dan istri jika berhasil menurunkan berat badan sesuai target mereka, yang menurut saya agak tidak masuk akal.

Sungguh mereka butuh motivasi yang kuat jika ingin berhasil mencapai target yang tidak masuk akal itu. Maka, sebagai penyemangat aku berjanji memberikan imbalan yang serupa tidak masuk akalnya. Imbalan yang setara beratnya buatku, bukan cuma berat malahan hampir mustahil. Yaitu dengan memenuhi permintaan mereka yang sampai detik ini belum berhasil kupenuhi.

Berhenti merokok adalah salah satu tantanganku yang paling besar. Kelihatannya sepele, tapi bagi banyak pecandu sepertiku benar-benar menjadi persoalan yang tak pernah tuntas. Meski tahu akibat merokok itu menakutkan ternyata tak cukup membuatku gentar. Perubahan gambar bungkus rokok dengan kanker juga tidak menyurutkan kecuali ada niatan kuat dari diri sendiri.

Banyak hal tidak tercapai karena kurangnya niat untuk mencapainya. Maka memandang niatan kuat mereka menurunkan berat badan secara drastis itu, sungguh perlu diapresiasi, kalau perlu dirayakan. Salah satu kunci sukses adalah niatan kuat. Dua bulan berlalu, timbangan itu masih tetap di kamarku, cuma kini tampak sepi pengguna, menemani rokok yang masih terselip di bibirku.

Ternyata, niatan yang kuanggap kuat itu seperti niatan pada umumnya, cuma hebat pada mulanya.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar