Senin, 27 Oktober 2014

Mesin Karaokeku


Seorang teman menyarankan saya agar jangan terlalu fokus pada pekerjaan sehingga sering merasa kurang sehat belakangan ini. “ Cobalah tinggalkan pekerjaan sejenak  dan nikmati hobimu. “katanya. ” Obatnya hanya itu,” tambahnya lagi. Pendapat teman mungkin ada benarnya juga walaupun bukan seorang dokter. Tapi, saat saya renungkan tentang hobi sendiri ternyata tidak ada yang benar-benar menjadi hobi sejati.

Dulu saya punya hobi main catur, terakhir bermain sebelas tahun yang lalu. Kalau pun sekarang jadi pengurus karena kecintaan dengan olah raga ini, sudah tidak dapat dikategorikan sebagai hobi tapi lebih menjadi pekerjaaan. Jadi, ketika memikirkan hobi malah saya bingung sendiri. Hobi seharusnya adalah sesuatu yang menyenangkan sehingga bisa menjadi sebuah hiburan.

Jika bicara soal hiburan, saya jadi teringat dengan mesin karaoke yang sudah lama menjadi penghuni rumah, rasanya memang sudah lebih dari setahun hanya sebagai barang pajangan saja. Padahal saat masih baru-barunya barang itu, hampir setiap hari jadi barang yang paling digemari seluruh anggota keluarga. Ada saja yang menggunakannya untuk bernyanyi. Sekarang jadi barang yang terlupakan.

Tidak sepadan dengan ketika saya menginginkannya dulu, harus susah payah mencari mesin karaoke yang termodern, terlengkap yang sudah pakai hardisk sebagai media penyimpan tiga puluh lima ribu lagu dan bisa di update dengan lagu-lagu yang baru. Namanya saja barang terlupakan, maka wajar jika hanya debu yang kian tebal menutupi wajahnya, karena kita telah menjadi kurang perhatian kepadanya. 

Persis sama dengan semangat kita dalam bekerja yang sering hangat-hangat tahi ayam. Saya pernah kagum dan terkesima dengan para karyawan yang mempunyai inisiatif untuk mengadakan pelatihan, diskusi antar mereka di luar jam kerja demi meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam bekerja. Tapi, rupanya cuma sekali dua kali berlangsung akhirnya semangat itu padam dan kegiatan di luar jam kerja tak pernah dilakukan lagi dan jadi sesuatu yang terlupakan.

Maka, saat melihat mesin karaoke itu timbul rasa iba, terlalu lama terbengkelai. Ia seperti kehilangan kasih sayang ibarat bunga yang kurang siraman, mungkin juga seperti saya yang terlalu sibuk bekerja lupa hiburan. Padahal didekat saya ada hiburan, barang itu menyediakan lagu-lagu kesukaan yang bisa saya nyanyikan setiap saat, namun saya mengabaikannya terlalu lama. 

Segera saya bersihkan debu yang melekat di tubuhnya, lalu saya nyalakan dan mengatur volume dari soundnya,  mencoba mik tanpa kabel yang ternyata masih berfungsi,  kemudian mengambil remote dan mencari lagu-lagu yang ingin saya nyanyikan. Terdengarlah suara musik yang indah membahana di seluruh ruangan rumah saya.

Mulailah saya beryanyi, meskipun tak ada yang mendengarkan selain diri saya. Kuhayati nyanyian itu seperti sedang konser di sebuah gedung yang megah. Jika ada penonton yang bertepuk tangan, itu juga cuma saya. Jika ada yang mengomel karena suaranya kurang pas, pengomel itu akhirnya juga cuma saya. Karena penyanyi dan penontonnya saya rangkap sendirian.

Hasilnya mujarab, semua pekerjaan terlupakan, ketegangan yang selama ini saya rasakan lenyap tak berbekas sebagai gantinya yang hadir cuma kegembiraan. Selama ini saya lupa bahwa sesungguhnya saya juga butuh hiburan sebagai penyeimbang beban pekerjaan dan hanya butuh sebuah kemauan, karena kegembiraan ada di mana-mana, termasuk di dalam mesin karaoke yang terlupakan.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar