Seorang teman menyarankan saya agar jangan terlalu fokus pada pekerjaan sehingga sering merasa kurang sehat belakangan ini. “ Cobalah tinggalkan pekerjaan sejenak dan nikmati hobimu. “katanya. ” Obatnya hanya itu,” tambahnya lagi. Pendapat teman mungkin ada benarnya juga walaupun bukan seorang dokter. Tapi, saat saya renungkan tentang hobi sendiri ternyata tidak ada yang benar-benar menjadi hobi sejati.
Dulu
saya punya hobi main catur, terakhir bermain sebelas tahun yang lalu. Kalau pun
sekarang jadi pengurus karena kecintaan dengan olah raga ini, sudah tidak dapat
dikategorikan sebagai hobi tapi lebih menjadi pekerjaaan. Jadi, ketika
memikirkan hobi malah saya bingung sendiri. Hobi seharusnya adalah sesuatu yang
menyenangkan sehingga bisa menjadi sebuah hiburan.
Jika
bicara soal hiburan, saya jadi teringat dengan mesin karaoke yang sudah lama
menjadi penghuni rumah, rasanya memang sudah lebih dari setahun hanya sebagai
barang pajangan saja. Padahal saat masih baru-barunya barang itu, hampir setiap
hari jadi barang yang paling digemari seluruh anggota keluarga. Ada saja yang
menggunakannya untuk bernyanyi. Sekarang jadi barang yang terlupakan.
Tidak
sepadan dengan ketika saya menginginkannya dulu, harus susah payah mencari
mesin karaoke yang termodern, terlengkap yang sudah pakai hardisk sebagai media
penyimpan tiga puluh lima ribu lagu dan bisa di update dengan lagu-lagu yang
baru. Namanya saja barang terlupakan, maka wajar jika hanya debu yang kian
tebal menutupi wajahnya, karena kita telah menjadi kurang perhatian
kepadanya.
Persis
sama dengan semangat kita dalam bekerja yang sering hangat-hangat tahi ayam.
Saya pernah kagum dan terkesima dengan para karyawan yang mempunyai inisiatif
untuk mengadakan pelatihan, diskusi antar mereka di luar jam kerja demi
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam bekerja. Tapi, rupanya cuma
sekali dua kali berlangsung akhirnya semangat itu padam dan kegiatan di luar
jam kerja tak pernah dilakukan lagi dan jadi sesuatu yang terlupakan.
Maka,
saat melihat mesin karaoke itu timbul rasa iba, terlalu lama terbengkelai. Ia
seperti kehilangan kasih sayang ibarat bunga yang kurang siraman, mungkin juga
seperti saya yang terlalu sibuk bekerja lupa hiburan. Padahal didekat saya ada
hiburan, barang itu menyediakan lagu-lagu kesukaan yang bisa saya nyanyikan
setiap saat, namun saya mengabaikannya terlalu lama.
Segera
saya bersihkan debu yang melekat di tubuhnya, lalu saya nyalakan dan mengatur
volume dari soundnya, mencoba
mik tanpa kabel yang ternyata masih berfungsi, kemudian mengambil remote dan
mencari lagu-lagu yang ingin saya nyanyikan. Terdengarlah suara musik yang
indah membahana di seluruh ruangan rumah saya.
Mulailah
saya beryanyi, meskipun tak ada yang mendengarkan selain diri saya. Kuhayati
nyanyian itu seperti sedang konser di sebuah gedung yang megah. Jika ada
penonton yang bertepuk tangan, itu juga cuma saya. Jika ada yang mengomel
karena suaranya kurang pas, pengomel itu akhirnya juga cuma saya. Karena
penyanyi dan penontonnya saya rangkap sendirian.
Hasilnya
mujarab, semua pekerjaan terlupakan, ketegangan yang selama ini saya rasakan
lenyap tak berbekas sebagai gantinya yang hadir cuma kegembiraan. Selama ini
saya lupa bahwa sesungguhnya saya juga butuh hiburan sebagai penyeimbang beban
pekerjaan dan hanya butuh sebuah kemauan, karena kegembiraan ada di mana-mana,
termasuk di dalam mesin karaoke yang terlupakan.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.