Ada satu saat dimana jatuh sakit datang secara tak terduga. Kadang datangnya salah waktu, kenapa harus pas hari Jumat, hari ketika aku seharusnya sehat karena besok pagi pergi memimpin rapat di Semarang. Membayangkan perjalanan yang harus ditempuh saja, sudah membuat sakitku semakin parah. Tapi membayangkan apabila rapat ini ditunda hanya gara-gara aku sakit, cuma melahirkan persoalan baru yang lain lagi.
Mengingat
hal itu, maka aku harus memakai anjuran pakar manajemen tentang prioritas. Jika
saja segar bugar aku bisa memenuhi kuadran tertinggi yaitu ingin dan harus
dilakukan. Tapi jika kondisi sakit seperti ini, tentu aku memilih tidak ingin
dan tidak harus dikerjakan, cuma akibatnya akan timbul persoalan yang kacaunya
bisa kubayangkan. Jadi, walaupun tidak ingin, tak ada pilihan lain kecuali
berangkat rapat.
Pilihan
yang tidak bisa dipilih, karena sudah tidak mungkin menggeser waktu lagi.
Jadwal pekerjaan lain sudah mengantri, kalau pun sehat saja masih harus sedia
cadangan tenaga ekstra apalagi ketika sakit begini. Jadi, datangnya sakit ini
benar-benar sangat tidak kuharapkan, karena sekali tidak dapat melaksanakan
hanya akan jadi timbunan hutang persoalan.
Sepanjang
perjalanan di mobil, aku lebih banyak memejamkan mata berusaha beristirahat
kalau bisa tidur sambil berharap sakitku mereda dengan sendirinya. Tapi namanya
istirahat di mobil yang selalu bergerak-gerak, bukannya sembuh malah bertambah
parah. Maka, benar nasihat dokter ada kondisi sakit yang memang butuh istirahat
total, bangun dari tempat tidur pun dibatasi.
Jadi
betapapun akhirnya rapat bisa berjalan sesuai keinginan, telah jelas
hitungan-hitungannya bagi sakit yang harus kuderita. Sakit akan makin lama
mengeram di tubuhku, pekerjaan menulis di kolom ini juga akan tertunda,
meskipun mungkin bisa dipahami oleh yang menunggu. Tapi meski dipahami, aku
tetap merasa bersalah dalam hati.
Sebagai
gantinya, aku akan segera menulis secepatnya paling tidak sebuah tulisan dalam
minggu ini, karena minggu berikutnya aku khawatir kembali tidak punya waktu
lagi untuk menulis. Jadi, bahkan saat sakit pun, saat seharusnya
mengistirahatkan tubuh dari semua pikiran dan beban pekerjaan menjadi persoalan tersendiri, karena aku masih
membutuhkan sebuah ide.
Jelas
sudah mutuku sebagai manusia yang tidak mudah melepaskan diri dari hal-hal
sepele. Betapa melelahkan hidup seperti ini. Karena dalam sakit, masih
mengkhawatirkan tugas-tugas yang belum diselesaikan. Jadi, ketika mampir di pom
bensin wonosobo dan bertemu salah seorang staff yang di sana, langsung dapat
ditebak apa yang sedang kuderita, katanya, “ Bapak sakit ya ?”
Mungkin
dapat ditebak dari caraku berbicara yang tak bertenaga atau tampilan wajahku
yang kusut tak bercahaya, maka dia dengan spontan menawarkan apakah saya mau
dipijat. Pucuk dicinta ulam tiba, tanpa sungkan lagi kami pun buka praktek
memijat di tempat yang keliru. Dipijitlah seluruh tengkuk, pundak dan kepala,
segarnya bukan main badanku.
Ternyata,
bukan ide yang kubutuhkan untuk menulis saat sakit, bukan pula mengistirahatkan
tubuh di perjalanan. Yang kubutuhkan hanya sebuah pijatan di waktu yang tepat !
Salam
SUKSES, HIDUP UAR BIASA.
Memang kalau sedang sakit sesuatunya jadi tidak enak, makan tak enak, bangun tak enak, tidur saja pun tak enak, namun dengan sakit itu pula kita jadi bisa merasakan betapa nikmatnya sehat...
BalasHapusSalam Sehat Selalu, Hidup Luar Biasa