Jumat, 24 Oktober 2014

Sakit Salah Waktu


Ada satu saat dimana jatuh sakit datang secara tak terduga. Kadang datangnya salah waktu, kenapa harus pas hari Jumat, hari ketika aku seharusnya sehat karena besok pagi pergi memimpin rapat di Semarang. Membayangkan perjalanan yang harus ditempuh saja, sudah membuat sakitku semakin parah. Tapi membayangkan apabila rapat ini ditunda hanya gara-gara aku sakit, cuma melahirkan persoalan baru yang lain lagi. 

Mengingat hal itu, maka aku harus memakai anjuran pakar manajemen tentang prioritas. Jika saja segar bugar aku bisa memenuhi kuadran tertinggi yaitu ingin dan harus dilakukan. Tapi jika kondisi sakit seperti ini, tentu aku memilih tidak ingin dan tidak harus dikerjakan, cuma akibatnya akan timbul persoalan yang kacaunya bisa kubayangkan. Jadi, walaupun tidak ingin, tak ada pilihan lain kecuali berangkat rapat.

Pilihan yang tidak bisa dipilih, karena sudah tidak mungkin menggeser waktu lagi. Jadwal pekerjaan lain sudah mengantri, kalau pun sehat saja masih harus sedia cadangan tenaga ekstra apalagi ketika sakit begini. Jadi, datangnya sakit ini benar-benar sangat tidak kuharapkan, karena sekali tidak dapat melaksanakan hanya akan jadi timbunan hutang persoalan.

Sepanjang perjalanan di mobil, aku lebih banyak memejamkan mata berusaha beristirahat kalau bisa tidur sambil berharap sakitku mereda dengan sendirinya. Tapi namanya istirahat di mobil yang selalu bergerak-gerak, bukannya sembuh malah bertambah parah. Maka, benar nasihat dokter ada kondisi sakit yang memang butuh istirahat total, bangun dari tempat tidur pun dibatasi. 

Jadi betapapun akhirnya rapat bisa berjalan sesuai keinginan, telah jelas hitungan-hitungannya bagi sakit yang harus kuderita. Sakit akan makin lama mengeram di tubuhku, pekerjaan menulis di kolom ini juga akan tertunda, meskipun mungkin bisa dipahami oleh yang menunggu. Tapi meski dipahami, aku tetap merasa bersalah dalam hati.

Sebagai gantinya, aku akan segera menulis secepatnya paling tidak sebuah tulisan dalam minggu ini, karena minggu berikutnya aku khawatir kembali tidak punya waktu lagi untuk menulis. Jadi, bahkan saat sakit pun, saat seharusnya mengistirahatkan tubuh dari semua pikiran dan beban pekerjaan menjadi  persoalan tersendiri, karena aku masih membutuhkan sebuah ide.

Jelas sudah mutuku sebagai manusia yang tidak mudah melepaskan diri dari hal-hal sepele. Betapa melelahkan hidup seperti ini. Karena dalam sakit, masih mengkhawatirkan tugas-tugas yang belum diselesaikan. Jadi, ketika mampir di pom bensin wonosobo dan bertemu salah seorang staff yang di sana, langsung dapat ditebak apa yang sedang kuderita, katanya, “ Bapak sakit ya ?”

Mungkin dapat ditebak dari caraku berbicara yang tak bertenaga atau tampilan wajahku yang kusut tak bercahaya, maka dia dengan spontan menawarkan apakah saya mau dipijat. Pucuk dicinta ulam tiba, tanpa sungkan lagi kami pun buka praktek memijat di tempat yang keliru. Dipijitlah seluruh tengkuk, pundak dan kepala, segarnya bukan main badanku.

Ternyata, bukan ide yang kubutuhkan untuk menulis saat sakit, bukan pula mengistirahatkan tubuh di perjalanan. Yang kubutuhkan hanya sebuah pijatan di waktu yang tepat !


Salam SUKSES, HIDUP UAR BIASA.
Comments
1 Comments

1 komentar:

  1. Memang kalau sedang sakit sesuatunya jadi tidak enak, makan tak enak, bangun tak enak, tidur saja pun tak enak, namun dengan sakit itu pula kita jadi bisa merasakan betapa nikmatnya sehat...

    Salam Sehat Selalu, Hidup Luar Biasa

    BalasHapus