Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa ini mungkin sangat tepat untuk menggambarkan perjalananku kali ini. Dalam sekali perjalanan, saya bisa menyelesaikan berbagai persoalan sehingga waktunya efektif dan biaya yang dikeluarkan juga efisien. Rencana itulah yang hendak kuceritakan ketika ada tujuan pergi cek kesehatan ke Singapura. Ada dua pilihan, naik mobil ke Jogya atau Bandung dan terbang dari salah satu kota itu.
Setelah
memperhitungkan untung dan ruginya, saya memilih berangkat melalui bandara
Bandung. Harga tiket pesawat, ternyata dari Bandung lebih murah , hampir
setengahnya dibandingkan kalau dari Jogya. Di sini jelas saya pihak yang
diuntungkan. Jika saya berangkat lewat Jogya memang lebih dekat sedikit
dibandingkan dari Cilacap ke Bandung, ini kerugiannya.
Keuntungan
yang ke dua, saya bisa mampir menengok cucu sekalian. Sejak kelahirannya dua
bulan lalu, saya baru sempat sekali mengunjunginya. Rasa kangen dapat terobati,
kebahagiaan bisa kuraih dengan bertemu anak cucu tersayang. Jadi, jelas
keuntungan semata yang bakal kupetik sepanjang perjalanan ini. Saya bisa
menggendong kedua cucuku dalam sekali bepergian.
Berikutnya,
saya dapat periksa ke dokter gigi langganan, karena tambalan gigi lepas dan
harus segera ditangani sebelum semakin parah, walau harus menginap semalam.
Jika saya lewat Jogya memang tidak perlu menginap karena tujuannya cuma
terbang. Menemukan dokter gigi yang cocok tidak mudah, cuma ada dua dokter yang
cocok untuk merawat gigiku selama ini. Satu praktek di Bandung dan yang satu di
Semarang.
Naik
mobil ke Bandung memang dua jam lebih lama, ketimbang ke Jogya. Tapi di sini,
ada bengkel khusus punya teman yang jago soal kaki-kaki, selain murah ongkosnya,
soal mutu dapat diandalkan. Kebetulan mobilku juga perlu servis karena sudah
tak nyaman. Maklum, jalan-jalan di Jawa Tengah, khususnya di sekitar wilayahku
kondisinya rusak parah. Jadi, sementara orangnya berobat maka mobil bisa ikut
berobat.
Kupikir
rencanaku akan berjalan sempurna, ketika beberapa kejadian ternyata jadi di
luar kendaliku. Gigi berlubang yang awalnya tidak sakit, setelah ditambal malah
menjadi sakit bukan kepalang. Jika pernah merasakan sakit gigi, tentu
dapat membayangkan. Sumber-sumber penambah derita, luar biasa banyaknya. Suara
paling merdu bisa jadi suara yang buruknya bukan main. Keramahan orang bisa
kuanggap sedang menertawakan. Giliran makan bisa berubah jadi tangisan.
Sudah
lima tablet penahan sakit kumakan dari semalam, ketika berangkat dari hotel ke
bandara. Di tengah perjalanan itulah baru tahu pasporku ketinggalan di rumah,
yang jaraknya ratusan kilometer. Coba, kalau paspor istri yang tertinggal,
pasti omelan akan berhamburan dari mulutku. Apalagi mulut yang sedang menderita
sakit yang tertinggi derajatnya dalam penderitaan.
Rencana
terpaksa berubah, paspor disusulkan dan berangkat keesokan harinya. Mau hemat,
malah tiket hangus dan nambah hotel semalam. Padahal, hotel di Singapura sudah
lunas terbayar, tapi sia-sia tak berpenghuni. Maka, cepat-cepat kucari hikmah
dan maknanya agar setara dengan kesialan yang sedang kualami.
Hari
itu aku gagal berangkat, tapi bisa balik lagi ke dokter gigi untuk memperbaiki
kesalahan yang menyebabkan sakit. Aku juga mendapat kabar ada saudara yang
sakit kritis di icu rumah sakit butuh ditengok dan didoakan. Hasilnya memang
ajaib, kejengkelan hengkang dari benakku, tetapi sakit gigi ikut serta ke luar
negeri. Sialan !
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.