Setelah ada berita bahwa pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga bbm bersubsidi pada jam 21.00 wib, maka dapat dipastikan akan terjadi serbuan kendaraan di setiap spbu sampai dengan jam 00.00 di mana harga baru akan diberlakukan. Mobil-mobil akan di keluarkan, truk-truk besar apalagi, sepeda motor yang cuma mampu menampung beberapa liter pun rela mengantri berdesak-desakan.
Itu
yang saya lihat ketika sekitar jam 22.00 tiba di pom bensin Wonosobo milik
sendiri. Saya terlalu gegabah tidak mengisi penuh tangki bbm sebelum berangkat
dari rumah sehabis magrib, sehingga sisa bbm tak memungkinkan sampai ke
Semarang. Padahal tadi sudah diingatkan oleh istri. Hanya karena biasa pakai
pertamax yang non subsidi, saya beranggapan dapat dengan mudah mengisi setiap
saat.
Inilah
akibatnya, jalan masuk ke pom tertutup oleh antrian kendaraan yang tidak
beraturan, malang melintang. Kalau menunggu antrian pom bubar tentu terlalu
lama setelah lewat tengah malam. Jadi, mau tidak mau minta petugas dan sopir
untuk mengisi pertamax di jerigen lalu menuangkannya ke mobil secara manual di
luar area pom.
Di luar
area pom pun, saya harus mencari tempat di pinggir sekali, karena jalan aspal
tertutup rapat oleh arus kendaraan yang mau masuk ke pom dari ke dua arah.
Kendaraan yang mau melintas tidak mendapatkan ruang gerak, macet total. Bisa
dimaklumi jika mereka menahan kejengkelan terkena dampak orang-orang yang
antri, padahal mereka cuma mau melintas.
Melihat
situasi ini, dapat diperkirakan hampir di setiap pom bensin terjadi antrian
meluber ke jalan raya menimbulkan kemacetan. Benar saja, ketika kami
melanjutkan perjalanan sampai batas kota mau ke arah Kertek terjadi antrian
panjang sekali. Padahal pom bensin Kertek masih jauh jaraknya. Bisa dibayangkan
betapa panjangnya, seperti panjang kejengkelan saya yang selalu ingin
buru-buru.
Bukan
sekali dua kali, saya bersikap buru-buru meskipun tahu kalau yang namanya
buru-buru tidak baik hasilnya. Tak terhitung seringnya karena berangkat
buru-buru, ada saja yang tertinggal sehingga harus kembali ke rumah setelah
setengah perjalanan. Selalu saja ada watak buru-buru, walaupun tidak ada yang
memburu. Maka, berada di antrian yang panjang rasanya cuma menderita.
Tapi
pasti bukan cuma saya yang punya watak buru-buru, terbukti ketika ada kendaraan
yang ke luar dari antrian lalu berbalik arah dan mengambil jalan pintas.
Namanya jalan pintas pasti bukan jalan utama, cuma jalan kecil dan sempit yang
jika berpapasan harus berhenti dan berhati-hati. Tindakan ini memancing yang
lain mengikuti masuk ke jalan kecil itu, termasuk juga sopir saya yang tidak
mau ketinggalan membuntuti.
Akhirnya,
jalanan kecil itu pun penuh sesak kendaraan berurutan termasuk puluhan sepeda
motor. Tapi ketika sudah cukup jauh, tiba-tiba muncul konvoi kendaraan dari
arah berlawanan yang mengatakan jalan tertutup, sehingga harus berbalik arah.
Maka semua kendaraan pun berbalik arah dan ke luar dari jalan yang salah,
kembali ke jalan utama yang macet.
Semua
orang berubah, yang tadinya bersemangat membuntuti, menjadi putus asa dan hanya
dapat meringis dan tertawa. Semua harus mengulang antrian yang tadi. Lebih
parahnya lagi antrian sudah semakin panjang, dan kami harus mengantri lagi dari
belakang. Yang seharusnya kami sudah berada di antrian depan tadi, sekarang
semakin jauh di belakang gara-gara mengikuti kendaraan yang salah.
Jangan-jangan,
kendaraan paling depan yang dibuntuti adalah orang yang mau pulang ke rumahnya
di jalan itu. Di tengah kemacetan, ternyata ada humor di dalamnya yang mendidik
kita untuk bisa tertawa.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.