Seketika saya agak terkejut ketika menjemput teman pengurus dan mengajak pulang setelah tiga hari berada di Makassar. Persoalannya, selama tiga hari bertugas di Makassar dia hanya berada di asrama pondok haji Sudiang tempat berlangsungnya pertandingan kejuaraan nasional catur tahun ini, tanpa pernah meninggalkan lokasi sampai dengan saat kepulangannya.
Memang
saya memberi tugas kepadanya cuma tiga hari, untuk menghadiri acara raker,
bukan untuk mendampingi para atlit yang akan bertanding selama sebelas hari di
sini. Tapi, karena dia berangkat duluan bersama rombongan, maka teman itu
menginap di wisma sekitar lokasi yang jaraknya 25 km dari kota, sedangkan saya
bersama istri menginap di sebuah hotel di tengah kota yang mudah akses ke
mana-mana.
Saya
sungguh merasa menyesal, kenapa saya tidak memberi kesempatan kepada teman itu
dengan mengajaknya jalan-jalan selagi berada di sini atau mengajaknya menginap
di hotel. Saya juga lupa jika teman tersebut adalah pengurus baru di
kepengurusan provinsi, walaupun sebelumnya sudah menjadi pengurus cukup lama di
kabupaten. Namanya baru, maka otomatis ini adalah tugas ke luar pertamanya yang
jauh. Bahkan, rupanya dia juga baru pertama kalinya naik pesawat.
Mungkin
istrinya sangat menunggu oleh-oleh dari suaminya yang baru pertama kali
terbang. Oleh-oleh cerita pegalamanan barunya, sekaligus oleh-oleh cendera mata
atau makanan khas kota ini yang tak sempat dibelinya pula. Andai saja saya
menyadari soal ini hari kemarin, bukan saat waktu kepulangan kami yang tinggal
dua jam lagi, tentu akan segera saya ajak keliling ke seluruh penjuru kota
ini.
Memang
betul tujuan ke sini adalah untuk sebuah tugas bukan jalan-jalan, namun
alangkah baiknya jika kita dapat memperoleh pengalaman lain yang tidak
terlupakan mengingat biaya perjalanan dan kesempatan yang jarang ini. Maka saya
sangat mengapresiasi ketika panitia penyelenggara sengaja mengadakan acara
rekreasi bersama untuk semua peserta dari seluruh provinsi di Indonesia itu.
Di
tengah pertandingan yang berlangsung, sengaja diliburkan sehari khusus untuk
rekreasi karena kalau tidak para peserta juga akan mengalami soal yang sama
seperti teman saya itu. Maka ketika para atlet kirim sms kalau sedang makan
pisang epek khas Makassar di pantai Losari, kemudian ada yang mengirim foto
sedang berada di Rotterdam,
benteng peninggalan abad 16 yang terkenal itu, saya kembali menyesal telah
mengajak pulang teman itu sehari sebelumnya.
Untungnya
soal oleh-oleh untuk teman tadi tidak terlupakan, karena ada istri yang tidak
pernah lupa soal itu bila bepergian kemanapun. Seandainya saya bepergian
seorang diri, maka dapat dipastikan teman tadi mengalami kemalangan dua kali.
Malang karena miskin pengalaman datang ke Makassar dan malang karena tidak
sempat pula membawa pulang oleh-oleh ke rumahnya.
Ketika
mengatur tugasnya, saya hanya berpikir praktis dengan menggunakan sudut pandang
saya sendiri. Ada niat baik tapi juga ada kekeliruan. Niat baiknya adalah
membelikan tiket dan mengajak pulang bersama agar memudahkan. Sedangkan
kelirunya adalah menganggapnya seperti saya yang sudah biasa bepergian.
Niat
baik tidak selalu membawa kebaikan jika kurang ilmu. Ilmu yang kadang saya
remehkan yaitu untuk lebih sering menggunakan sudut pandang orang lain. Tapi
yang namanya niat baik, tentu ada sedikit kebaikan, buktinya baru saja saya
mendapat sms dari teman itu,” Terima kasih minyak tawonnya, kue-kuenya dan
otak-otaknya yang enak sekali.”
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.