Perabotan
di rumah ditata lebih rapi dari biasanya. Rumah pun dibersihkan. Barang-barang,
buku-buku, dokumen yang biasanya berada di meja tanpa seorangpun berani
memindahkannya, kali ini terpaksa kurelakan diungsikan ke lemari. Istriku sibuk
mempersiapkan semuanya, dari mulai beres-beres kamar sampai menyediakan tempat
plastik besar untuk mandi bayi.
Maklum,
sudah terlalu lama rumah ini sepi dari kehadiran seorang bayi sehingga
kedatangan cucuku menjadi
peristiwa yang istimewa. Semua acara dibatalkan, tidak ada yang lebih penting
dari soal ini. Berbagai jenis jajanan disiapkan memenuhi meja. Kami lupa jika
cucu ini baru berusia lima bulan dan belum boleh makan sama orang tuanya
kecuali minum susu saja. Tapi, meskipun cuma minum susu, sehat, gendut, dan lucunya
luar biasa.
Usianya
baru lima bulan, tapi beratnya hampir sembilan kilo. Tanganku terasa pegal
belaka setelah mencoba menggendongnya, padahal belum sampai bilangan jam
lamanya. Baru sebentar saja aku sudah mengeluh, padahal ini pasti bukan
pekerjaan sulit, hanya kurang terbiasa. Otot-ototku pasti kurang aktif terlatih
sehingga terkejut terhadap beban karena tak pernah berlatih olah raga.
Begitu
juga dengan pikiran dan hati. Semua tergantung pada pelatihan. Jika semakin
sering dilatih, pikiran dan hati pun akan semakin aktif. Rasa iri misalnya,
adalah jenis perasaan yang sangat sering mendapat pelatihan, maka hasilnya pun
dapat ditebak. Ketika
mendengar keberhasilan anak orang lain melebihi anak sendiri, keirian adalah
perasaan yang muncul sebagai awal permulaan.
Asalkan
keirian yang timbul bukan berawal dari niat jahat kita, tentu masih bisa
dikendalikan, karena hanya berupa spontanitas sebagai dampak dari kebiasaan.
Kalau cuma karena kebiasaan, berarti kita juga dapat melatih spontanitas
tandingan. Semuanya bisa dibangun dengan melakukan latihan agar menjadi
kebiasaan baru yang berlawanan. Dari iri dengki menjadi gembira.
Melatih
kebiasaan baru pasti sulit. Cobalah berlatih menikmati minum kopi tanpa gula
sedikitpun. Kita yang terbiasa minum kopi dengan gula mungkin akan merasa
ketidakenakan dan pahit, bahkan mungkin sulit menelannya. Tapi bersabarlah,
tunggu beberapa pekan sampai kita terbiasa melawan ketidakenakan itu. Kita akan
tertegun mendapat kebiasaan baru, minum kopi pahit tanpa gula.
Maka,
cobalah bergembira saat mendengar keberhasilan orang lain atau melihat
kegembiraan orang lain. Awalnya pasti sulit, tapi dengan memaksa diri pasti
bisa. Paksa supaya kegembiraan itu muncul kalau perlu dengan segala cara. Kalau
perlu dengan menyanyi-nyanyi, menari-nari, atau apapun yang perlu dilakukan
sampai benar-benar gembira.
Sayang
sekali cucuku cuma sebentar di rumahku jika tidak, tentu aku akan terbiasa
dengan beratnya dan tanganku tidak akan pegal lagi saat menggendongnya. Seperti
kini aku tidak pernah iri lagi ketika mendengar keberhasilan orang lain berkat
latihan yang terus menerus kuupayakan. Gembira melihat keberhasilan orang lain
ternyata bisa membuatku bergembira karena sudah terbiasa.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.