Jumat, 15 November 2013

Lima Langkah dalam Pelatihan

Kata-kata “Learning by doing”  atau Belajar sambil melakukan, saya peroleh dua puluh tahun yang lalu. Mungkin Anda juga sering mendengar tentang kalimat ini, kalimat yang menurut saya ajaib karena membuat saya berani melakukan banyak hal tanpa harus terlebih dahulu menjadi seorang yang hebat untuk memulai. Oto Kits yang saya dirikan juga dampak dari kalimat hebat ini. Pada tahun 2006, saya memberanikan diri untuk membuka Oto Kits, sebuah bengkel toko variasi mobil berkonsep tumbuh one stop shopping dengan hanya berbekal tekad, sedikit rencana dan keberanian serta pengetahuan dangkal tentang ilmu marketing dan penjualan tanpa penguasaan teknis tentang otomotif yang memadai.


Selama tujuh tahun saya belajar sambil melakukan mulai dari nol sampai dengan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dalam menjalankan dan mengembangkan Oto Kits. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi tentang bagaimana proses belajar dan melatih orang-orang saya. Menurut saya, cara melatih yang terbaik ada dalam proses lima langkah.

Langkah 1 : Saya menjadi model. Proses diawali ketika saya sedang menjalankan tugas sementara orang yang dilatih mengamati dari dekat. Ketika melakukannya, saya berusaha memberi kesempatan supaya proses secara keseluruhan dapat dilihat olehnya. Ketika orang melihat tugas itu dilaksanakan dengan benar dan lengkap, mereka memperoleh sesuatu yang dapat mereka tiru dan coba. Prinsipnya adalah duplikasi.

Langkah 2 : Saya menjadi mentor. Saya terus melaksanakan tugas itu, tetapi kali ini orang yang saya latih mendampingi saya dan membantu dalam proses. Saya menyediakan waktu untuk menjelaskan bukan saja bagaimana melakukannya, melainkan juga mengapa dilakukan seperti itu pada setiap langkah.

Langkah 3 : Saya memonitor. Orang yang dilatih itu mulai melaksanakan tugas dan saya membantu serta mengoreksi. Pada tahap ini, sangatlah penting untuk tetap bersikap positif dan memberikan dorongan semangat. Teruslah mendampingi sampai ia berhasil melakukannya secara konsisten. Begitu ia menguasai proses itu, mintalah ia untuk menjelaskannya pada kita sebagai evaluasi tentang pemahamannya.

Langkah 4 : Saya memotivasi. Sekarang saya keluar dari tugas itu dan melepas orang yang saya latih. Tugas saya sekarang adalah memastikan bahwa ia mengetahui cara melakukan tugas itu tanpa bantuan dan tetap memberikan semangat padanya, sampai ia merasa sukses. Sekarang orang yang dilatih itu mungkin ingin meningkatkan prosesnya, dorong dan semangati, pada saat yang sama kita bisa belajar dari dia.

Langkah 5 : Saya melipatgandakan. Ini adalah bagian favorit dari keseluruhan proses. Begitu para pemimpin baru berhasil melaksanakan tugas dengan baik, sekarang giliran mereka untuk mengajar orang lain bagaimana melakukannya. Seperti yang diketahui oleh para trainer, cara terbaik untuk belajar adalah dengan cara mengajarkannya. Teach to learn. Dan menariknya, saya dapat melakukan tugas pengembangan yang lain ketika mereka melatih orang lain.

Sahabat-sahabatku yang luar biasa,

Aset paling berharga yang dimiliki organisasi adalah manusia. Sistem akan ketinggalan jaman. Bangunan akan dimakan usia, Mesinpun akan rusak. Tapi manusia mampu bertumbuh, berkembang dan semakin efektif jika pemimpinnya memahami potensi mereka. Intinya, jika Anda ingin menjadi pemimpin yang sukses, Anda harus mengembangkan orang-orang di sekitar Anda supaya mereka menjadi pemimpin yang melipatgandakan kekuatan Anda.

Mudah-mudahan bermanfaat, dapat diserap dan diterapkan dilingkungan Anda.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
6 Comments

6 komentar:

  1. pemimpin itu bukan bekerja untuk dirinya sendiri tapi juga untuk mereka yang dipimpinnya...

    BalasHapus
  2. Betul sekali Pak Han...dengan 5 M itu kita akan menghasilkan pekerja2 yang handal yang selalu ada pada jalur yg ditentukan perusahaan kendalanya apabila 5M itu kita terapkan pada orang yg punya pengalaman,cara kerja yg dibawa dari dulu dan karakter orang tersebut dan untuk mengubahnya kita butuh waktu dan kesabaran untuk melaksanakan 4 M selanjutnya yaitu mendalami,mengerti dan baru mulai Memasuki serta terakhir baru bisa Mempengaruhi....seperti itu menurut saya Pak Han...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kendala-kendala didalam pelatihan, adalah seninya dalam memimpin. Sebelum kita berhasil mendapatkan kepercayaan atau pengaruh dari yang akan dilatih, tentu cara ini tidak akan efektif.

      Hapus
  3. Guruh Kurniawan ERTE ne. sampang15 November 2013 pukul 17.32

    Teknik yang tepat dan akurat .....

    Pemimpin yang bijak katanya sih
    Ketika berada didepan ibarat Imam memimpim dan mengarahkan ma"mum nya .
    Ketika berada di tengah bisa menjadi pengayom dan temen shearing .
    Ketika di belakang bisa menjadi pendorong dan penyemangat .

    mudah-mudahan ga salah denger .... he he he he he

    BalasHapus
  4. Luar biasa sekali Pak...Artikel Bapak sangat bermanfaat untuk Kami, Terima kasih. SALAM SUKSES , HIDUP LUAR BISA. ( Samun Samino ,SPBU Wangon )

    BalasHapus
  5. @Pak Guruh Kurniawan, betul sekali.
    sebagai tambahan info:
    Kata2 asli dlm bahasa jawa:
    Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh/tauladan)
    Ing madya mangun karsa (di tengah, membangkitkan semangat)
    Tut wuri handayani (di belakang, memberi dorongan)

    Anehnya, semboyan pendidikan di Indonesia, hanya memakai kalimat yg terakhir, yaitu Tut wuri handayani.
    Makanya kebanyakan pengajar di Indonesia hanya menjalankan kalimat ke-3.

    Beruntunglah yg jadi anak-buahnya pak Han.. karena beliau tak segan2 untuk mengajar, memberi contoh, dan membangun semangat bagi tim-nya

    Salam HLB

    BalasHapus