Suatu ketika saya membaca tulisan yang berjudul,” Kapan ikan minum ?” Kita semua tahu bahwa ikan hidup dalam air sehingga sulit untuk mengetahui apakah ikan sedang minum atau berenang. Penasaran, saya googling untuk mencari penjelasannya. Ternyata ikan tawar tidak minum, sedang ikan laut harus minum untuk menjaga kadar garam tubuhnya, melalui proses osmosis.
Kadang-kadang
kita juga sulit menebak perasaan seseorang, seperti menebak ikan tadi. Ada
orang yang menderita batinnya namun dia amat pandai menyembunyikannya. Ia
selalu tersenyum atau tertawa, namun di dalam hatinya mengalami penderitaan
hebat. Apalagi bila masalahnya disimpan sendiri tidak ada orang lain yang
pernah mendengar keluh kesahnya.
Hidup
pada masa sekarang, boleh dibilang tidak ada waktu untuk memperhatikan orang
lain. Dunia semakin sibuk, jalanan di kota-kota besar semakin macet, waktu
menjadi komoditas yang mahal bagi kita. Untuk bertemu dengan seseorang harus
membuat janji terlebih dulu. Pertemuan di mal atau kedai kopi juga sudah
menjadi tren, supaya praktis dan waktu yang lebih efektif.
Tidak
ada lagi waktu longgar, tempat yang sejuk untuk berbagi obrolan ringan, saling
berkeluh kesah. Kalau mau menceritakan keluhan, kita harus bayar psikolog atau
psikiater. Tidak ada yang gratis, jika tinggal di kota besar. Dari hari ke
hari, semakin banyak orang yang menderita secara lahir dan batin. Semuanya
tersembunyi, seperti ikan yang sedang minum dalam air.
Gaya
hidup individualistis juga telah menggeser nilai-nilai gotong royong bangsa
kita. Banyak orang yang senang melihat orang lain menderita bila mereka sedang
menderita atau pernah mengalami penderitaan yang sama. Seharusnya kita bisa
ikut merasakan penderitaan orang lain. Paling tidak dapat sedikit berperan
memperhatikan orang lain.
Suatu
hari saya terheran-heran saat melihat salah satu truk saya sedang menarik
sebuah pohon di halaman rumah. Memang saya memerintahkan tukang kebun untuk
menebang pohon itu. Tetapi siapa yang memberi perintah kepada sopir truk untuk
menariknya ? Ternyata, tukang kebun saya mampu memerintah sopir truk tersebut
yang bukan bawahannya.
Selidik
punya selidik, tukang kebun tersebut mempunyai sifat suka menolong orang lain.
Ketika ada jatah makan siang karyawan yang lebih, dia akan berusaha mengambil
dan memberikan pada orang lain yang membutuhkan. Kadang, dia membawa sedikit
makanan kecil dari rumah untuk dibagikan. Saya pun pernah melihatnya menolong
orang yang kesulitan membawa barang dagangan di jalan, tanpa diminta. Pantas,
bila sopir truk itu mau menolongnya.
Memang
kita sulit mencari waktu luang, tetapi kalau kita masih punya waktu sebenarnya
kita dapat berbuat sesuatu, yaitu dengan memberikan sedikit perhatian pada
orang-orang yang membutuhkan. Misal, pada para orang tua, fakir miskin dan
anak-anak terlantar. Walau
mendapat sedikit perhatian, mereka pasti akan bersuka cita.
Kehidupan
kita akan terus berlangsung, dari tahun ke tahun semakin sibuk, tanpa mempunyai
waktu ekstra untuk mencari tahu penderitaan orang lain. Dan ketika kita sendiri
yang mengalami keadaan yang sama, mungkin kita baru sadar. Biasanya sudah
terlambat, dan kemudian kitalah yang berharap ada orang-orang yang
memperhatikan dan mengunjungi kita.
Sempatkanlah
berbuat kebaikan untuk orang lain, ‘jangan sampai terlambat’.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.