Senin, 14 Juli 2014

Jangan Sampai Terlambat


Suatu ketika saya membaca tulisan yang berjudul,” Kapan ikan minum ?” Kita semua tahu bahwa ikan hidup dalam air sehingga sulit untuk mengetahui apakah ikan sedang minum atau berenang.  Penasaran, saya googling untuk mencari penjelasannya. Ternyata ikan tawar tidak minum, sedang ikan laut harus minum untuk menjaga kadar garam tubuhnya, melalui proses osmosis.

Kadang-kadang kita juga sulit menebak perasaan seseorang, seperti menebak ikan tadi. Ada orang yang menderita batinnya namun dia amat pandai menyembunyikannya. Ia selalu tersenyum atau tertawa, namun di dalam hatinya mengalami penderitaan hebat. Apalagi bila masalahnya disimpan sendiri tidak ada orang lain yang pernah mendengar keluh kesahnya.

Hidup pada masa sekarang, boleh dibilang tidak ada waktu untuk memperhatikan orang lain. Dunia semakin sibuk, jalanan di kota-kota besar semakin macet, waktu menjadi komoditas yang mahal bagi kita. Untuk bertemu dengan seseorang harus membuat janji terlebih dulu. Pertemuan di mal atau kedai kopi juga sudah menjadi tren, supaya praktis dan waktu yang lebih efektif.

Tidak ada lagi waktu longgar, tempat yang sejuk untuk berbagi obrolan ringan, saling berkeluh kesah. Kalau mau menceritakan keluhan, kita harus bayar psikolog atau psikiater. Tidak ada yang gratis, jika tinggal di kota besar. Dari hari ke hari, semakin banyak orang yang menderita secara lahir dan batin. Semuanya tersembunyi, seperti ikan yang sedang minum dalam air.

Gaya hidup individualistis juga telah menggeser nilai-nilai gotong royong bangsa kita. Banyak orang yang senang melihat orang lain menderita bila mereka sedang menderita atau pernah mengalami penderitaan yang sama. Seharusnya kita bisa ikut merasakan penderitaan orang lain. Paling tidak dapat sedikit berperan memperhatikan orang lain.

Suatu hari saya terheran-heran saat melihat salah satu truk saya sedang menarik sebuah pohon di halaman rumah. Memang saya memerintahkan tukang kebun untuk menebang pohon itu. Tetapi siapa yang memberi perintah kepada sopir truk untuk menariknya ? Ternyata, tukang kebun saya mampu memerintah sopir truk tersebut yang bukan bawahannya. 

Selidik punya selidik, tukang kebun tersebut mempunyai sifat suka menolong orang lain. Ketika ada jatah makan siang karyawan yang lebih, dia akan berusaha mengambil dan memberikan pada orang lain yang membutuhkan. Kadang, dia membawa sedikit makanan kecil dari rumah untuk dibagikan. Saya pun pernah melihatnya menolong orang yang kesulitan membawa barang dagangan di jalan, tanpa diminta. Pantas, bila sopir truk itu mau menolongnya.

Memang kita sulit mencari waktu luang, tetapi kalau kita masih punya waktu sebenarnya kita dapat berbuat sesuatu, yaitu dengan memberikan sedikit perhatian pada orang-orang yang membutuhkan. Misal, pada para orang tua, fakir miskin dan anak-anak terlantar.  Walau mendapat sedikit perhatian, mereka pasti akan bersuka cita.

Kehidupan kita akan terus berlangsung, dari tahun ke tahun semakin sibuk, tanpa mempunyai waktu ekstra untuk mencari tahu penderitaan orang lain. Dan ketika kita sendiri yang mengalami keadaan yang sama, mungkin kita baru sadar. Biasanya sudah terlambat, dan kemudian kitalah yang berharap ada orang-orang yang memperhatikan dan mengunjungi kita.

Sempatkanlah berbuat kebaikan untuk orang lain, ‘jangan sampai terlambat’.

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar