Pasti Anda bertanya-tanya dengan judul ini, karena memang sengaja tanpa ditambahkan obyek di belakangnya. Saya cuma ingin berbagi pengalaman mengenai target, bukan yang lain. Kalau boleh jujur, tidak semua target yang saya kejar dapat tercapai. Saat dapat mencapainya, memang ada rasa puas dan bangga dengan apa yang telah saya lakukan. Namun, saat saya tidak mencapainya timbul perasaan sesal.
Berupaya
mencapai target memang mengorbankan banyak hal, seperti tenaga, pemikiran dan
waktu yang lebih banyak. Kesibukan telah membuat saya banyak kehilangan waktu
untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan para kolega. Teman-teman
mengeluh kalau mereka menemui kesulitan
ketika mau bertemu karena harus membuat janji terlebih dulu.
Di
rumah, target-target ini juga membuat kita menomorduakan hubungan dengan
keluarga. Jadwal yang ketat membuat kita terlalu sibuk, sehingga sulit mengatur
waktu untuk melancong bersama keluarga. Kalau pun ada yang kita prioritaskan
untuk keluarga adalah karena memang ada hal-hal penting yang tidak bisa ditunda
lagi. Padahal, kalau dipikir-pikir, apakah yang sebenarnya kita cari dalam
hidup ini ? Targetkah atau kebahagiaan itu sendiri ?
Ada
cerita menarik mengenai seorang pengusaha yang berlibur ke sebuah desa, di
daerah pesisir. Ketika berjalan menyusuri pantai, ia berjumpa dengan seorang
nelayan yang sedang bermain dengan dua orang anaknya. Pengusaha ini keheranan
dan bertanya, kenapa nelayan itu tidak mau bekerja lebih keras, padahal
hidupnya masih serba kekurangan.
“ Coba
katakan apa yang harus saya lakukan ?” tanya si nelayan.
“
Belilah kapal yang lebih besar ! Dengan demikian Anda dapat menangkap lebih
banyak ikan, “ kata si pengusaha.
Nelayan
kembali bertanya, “ Dengan ikan yang lebih banyak, apa yang saya dapat lakukan
?”
“
Juallah ke kota, agar Anda mendapat uang lebih banyak,” jawab si pengusaha.
“
Dengan uang itu, Anda dapat mempunyai rumah yang lebih bagus dan menyekolahkan
anak-anak supaya menjadi orang yang pintar. Nah dengan semua yang Anda miliki,
Anda akan sangat bahagia.”
Mendengar
penjelasannya, si nelayan tertawa geli, “ Kalau kebahagiaan yang saya cari,
untuk apa repot-repot, sekarang saya sudah bahagia.”
Pemikiran
orang sederhana ternyata berbeda dengan orang-orang seperti kita. Kita yang
mengklaim sebagai manusia lebih maju, menciptakan target kita sendiri yang
sengaja dibuat lebih tinggi dari kemampuan kita. Kemudian, target itulah yang
mengejar-ngejar kita sepanjang tahun, membuat kita menjalani kehidupan dengan
gelisah dan penuh ketegangan.
Tujuan
hidup kita adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Memang ada banyak orang yang
berujar, ” Saya baru
bahagia apabila berhasil mencapai target.” Entah ucapan itu benar atau hanya
sebagai penghibur diri, yang paling tahu adalah diri kita sendiri.
Target-target itu akan
selalu ada meskipun sudah tercapai karena pada giliran berikutnya pasti akan
ada target baru lagi, bahkan semakin besar.
Oleh
sebab itu, bagi Anda yang memiliki target-target seperti saya, Anda boleh
‘memiliki’ target tapi jangan sampai ‘dimiliki’ oleh target. Coba renungkan
perbedaan yang mendalam dengan kedua kata tersebut.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
jadikanlah target sebagai penyemangat, bukan sebagai beban. Maka kita akan berusaha mencapainya dgn bersuka cita.
BalasHapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.
Terima kasih, pak Ishak. Saya juga sedang terus belajar untuk menjaga kehidupan yang seimbang.
HapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.