Bulan ini adalah bulan puasa. Kegiatan berpuasa sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja. Hampir semua agama-agama besar di dunia juga melakukan ibadah puasa dengan caranya masing-masing. Pada prinsipnya, bertujuan sama yaitu ‘meningkatkan kualitas kemanusiaan kita’.
Berpuasa
sebenarnya adalah proses ‘menjadi’, yakni
sebuah orientasi yang bersifat internal. Ukuran kesuksesan manusia ditentukan
pada seberapa jauh seorang manusia dapat meningkatkan kualitas kemanusiaannya.
Orientasi ini dapat dirumuskan menjadi sebuah kalimat, “ Saya, adalah siapa
saya.”
Namun,
kebanyakan manusia jaman sekarang berorientasi yang bersifat eksternal, yaitu,
‘ memiliki ‘. Ukuran kesuksesan manusia sering diukur dengan kepemilikannya
atas benda-benda atau materi. Seperti memiliki harta, keluarga, uang,
pekerjaan, jabatan, kendaraan, tempat tinggal dan sebagainya. Lebih mudahnya
dapat dirumuskan sebagai ,” Saya, adalah apa yang saya miliki.”
Coba
kita perhatikan perilaku kita selama puasa. Kenapa kita tidak minum setetes air
pun, padahal tidak ada orang yang tahu ? Karena kita sepenuhnya sadar Tuhan
akan melihat kita. Kita tidak berbohong karena kita tahu Tuhan di dekat kita.
Kita tidak korupsi karena tahu Tuhan bersama kita.
Sedangkan
orang-orang yang melakukan perbuatan jahat, seolah-olah tidak percaya bahwa
Tuhan melihat, bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka pada saat
melakukannya. Tanpa memahami hal ini, perilaku baik yang kita jaga akan berubah
segera pada saat bulan puasa berakhir.
Sekarang
coba kita perhatikan tayangan-tayangan televisi selama bulan puasa. Semuanya
tampil sopan dan santun, para artis kita juga ramai-ramai berbusana sopan,
busana muslim. Tapi jangan bergembira dulu, karena keadaan seperti ini akan
berakhir begitu bulan puasa berakhir. Mungkin alasan mereka ingin menghormati
bulan puasa saja.
Alasan
seperti ini, menunjukkan bahwa mereka masih berorientasi ‘memiliki’ belum
berorientasi ‘menjadi’. Dalam bulan puasa, Anda bersabar saat dimaki orang
tetapi setelah puasa Anda balas memaki. Pada
bulan puasa Anda bersabar saat kendaraan Anda disalip orang, setelah puasa Anda
marah-marah. Anda hanya ‘memiliki’ kesabaran, belum berhasil ‘menjadi’ orang
yang sabar.
Anda
tidak pernah berdusta selama berpuasa, tetapi kembali berdusta pada bulan
berikutnya. Anda biasa bermurah hati untuk berbagi pada bulan seperti ini,
tetapi tidak pada bulan-bulan yang lain. Anda ‘memiliki’ kejujuran dan
kemurahan hati tapi belum ‘menjadi’ orang yang jujur dan murah hati.
Puasa
yang berhasil adalah yang melahirkan orang yang takwa, yaitu orang menjadi
takwa, bukan sekedar memiliki ketakwaan. Mereka adalah orang-orang yang
berpuasa sepanjang hayat, yang layak dipercaya dan memiliki integritas yang
tinggi karena menyertakan kehadiran Tuhan dalam keseharian mereka.
Lantas
bagaimana dengan puasa kita sendiri ? Ada baiknya kita renungkan sebentar
ungkapan berikut ini, “ Dalam bulan puasa banyak orang yang lapar dan haus,
tetapi hanya sedikit orang yang berpuasa.”
Apabila
yang Anda miliki masih bersifat eksternal. Seperti halnya benda-benda atau
materi, suatu saat, semua yang Anda miliki bisa hilang, termasuk kesabaran,
kejujuran, bahkan kemurahan hati Anda. Disinilah perbedaan yang paling utama
antara ‘memiliki’ dan ‘menjadi’.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.