Rabu, 16 Juli 2014

Memiliki Atau Menjadi ?


Bulan ini adalah bulan puasa. Kegiatan berpuasa sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja. Hampir semua agama-agama besar di dunia juga melakukan ibadah puasa dengan caranya masing-masing. Pada prinsipnya, bertujuan sama yaitu ‘meningkatkan kualitas kemanusiaan kita’.

Berpuasa sebenarnya adalah proses ‘menjadi’,  yakni sebuah orientasi yang bersifat internal. Ukuran kesuksesan manusia ditentukan pada seberapa jauh seorang manusia dapat meningkatkan kualitas kemanusiaannya. Orientasi ini dapat dirumuskan menjadi sebuah kalimat, “ Saya, adalah siapa saya.”

Namun, kebanyakan manusia jaman sekarang berorientasi yang bersifat eksternal, yaitu, ‘ memiliki ‘. Ukuran kesuksesan manusia sering diukur dengan kepemilikannya atas benda-benda atau materi. Seperti memiliki harta, keluarga, uang, pekerjaan, jabatan, kendaraan, tempat tinggal dan sebagainya. Lebih mudahnya dapat dirumuskan sebagai ,” Saya, adalah apa yang saya miliki.”

Coba kita perhatikan perilaku kita selama puasa. Kenapa kita tidak minum setetes air pun, padahal tidak ada orang yang tahu ? Karena kita sepenuhnya sadar Tuhan akan melihat kita. Kita tidak berbohong karena kita tahu Tuhan di dekat kita. Kita tidak korupsi karena tahu Tuhan bersama kita. 

Sedangkan orang-orang yang melakukan perbuatan jahat, seolah-olah tidak percaya bahwa Tuhan melihat, bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka pada saat melakukannya. Tanpa memahami hal ini, perilaku baik yang kita jaga akan berubah segera pada saat bulan puasa berakhir.

Sekarang coba kita perhatikan tayangan-tayangan televisi selama bulan puasa. Semuanya tampil sopan dan santun, para artis kita juga ramai-ramai berbusana sopan, busana muslim. Tapi jangan bergembira dulu, karena keadaan seperti ini akan berakhir begitu bulan puasa berakhir. Mungkin alasan mereka ingin menghormati bulan puasa saja.

Alasan seperti ini, menunjukkan bahwa mereka masih berorientasi ‘memiliki’ belum berorientasi ‘menjadi’. Dalam bulan puasa, Anda bersabar saat dimaki orang tetapi setelah puasa Anda balas memaki.  Pada bulan puasa Anda bersabar saat kendaraan Anda disalip orang, setelah puasa Anda marah-marah. Anda hanya ‘memiliki’ kesabaran, belum berhasil ‘menjadi’ orang yang sabar.

Anda tidak pernah berdusta selama berpuasa, tetapi kembali berdusta pada bulan berikutnya. Anda biasa bermurah hati untuk berbagi pada bulan seperti ini, tetapi tidak pada bulan-bulan yang lain. Anda ‘memiliki’ kejujuran dan kemurahan hati tapi belum ‘menjadi’ orang yang jujur dan murah hati.

Puasa yang berhasil adalah yang melahirkan orang yang takwa, yaitu orang menjadi takwa, bukan sekedar memiliki ketakwaan. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa sepanjang hayat, yang layak dipercaya dan memiliki integritas yang tinggi karena menyertakan kehadiran Tuhan dalam keseharian mereka. 

Lantas bagaimana dengan puasa kita sendiri ? Ada baiknya kita renungkan sebentar ungkapan berikut ini, “ Dalam bulan puasa banyak orang yang lapar dan haus, tetapi hanya sedikit orang yang berpuasa.”

Apabila yang Anda miliki masih bersifat eksternal. Seperti halnya benda-benda atau materi, suatu saat, semua yang Anda miliki bisa hilang, termasuk kesabaran, kejujuran, bahkan kemurahan hati Anda. Disinilah perbedaan yang paling utama antara ‘memiliki’ dan ‘menjadi’.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar