Suatu malam saya dapat sms dari seorang rekan yang mohon petunjuk bagaimana harus mengambil sikap. Rekan tadi menyimpan dendam dan sakit hati terhadap perlakuan seseorang yang mungkin sudah sangat melukainya selama bertahun-tahun. Namun rekan tadi tidak terlalu gegabah bertindak walaupun ada kesempatan baginya untuk membalaskan dendam.
Saya
pun membalas smsnya dengan memberikan nasihat bahwa ‘memaafkan’ adalah pilihan
terbaik. Karena sesungguhnya, balas dendam ‘terbaik’ bagi musuh Anda adalah
memaafkan mereka. Semua yang sudah terjadi adalah masa lalu yang tidak dapat
kita ubah, satu-satunya yang dapat kita ubah adalah bagaimana kita menyikapi
kejadian itu.
Memaafkan
memang tidak akan mengubah masa lalu, tapi dapat dipastikan akan mengubah masa
depan. Orang-orang yang luar biasa akan selalu melihat masa depan. Kemampuan
kita memaafkan orang lain juga menunjukkan kualitas kasih yang kita miliki.
Jangan percaya mitos yang salah bahwa memaafkan hanya akan menguntungkan orang
yang menyakiti kita.
Tidak
diperlukan dua orang untuk memaafkan, cukup satu orang yaitu diri kita sendiri.
Memaafkan adalah kegiatan satu arah bukan dua arah. Jadi, janganlah pernah
menunggu seseorang minta maaf kepada Anda. Maafkan saja sekarang, karena ini
adalah pilihan terbaik agar kita bahagia. Bahkan bila perlu, orang yang kita
maafkan tidak perlu tahu bahwa kita sudah memaafkannya.
Menolak
memaafkan orang lain merupakan sumber terbesar penderitaan manusia. Jangan
sampai kejadian buruk atau tindakan buruk seseorang memengaruhi kualitas
tindakan kita. Anggaplah orang yang menyakiti kita sebagai peluang bagi kita menumbuhkan
sifat rela memaafkan dan rasa kasih tanpa syarat seperti yang diajarkan oleh
sang Pencipta.
Ada
cerita tentang dua orang lelaki bekas tapol (tahanan politik) yang dulu
sama-sama di penjara pada jaman orde baru. Mereka berdua bersahabat dan sudah
sama-sama bebas dari penjara. Suatu hari mereka bertemu , sambil ngobrol salah
seorang bertanya kepada sahabatnya, “ Apakah kamu sudah melupakan rezim orde
baru ?”
Si
sahabat menjawab,” Ya sudah.” Lalu
temannya berkata,” Saya belum bisa melupakan. Saya masih sangat membenci
mereka.” Si sahabat tertawa kecil seraya berujar, “ Kalau begitu mereka masih
memenjarakan dirimu.” Musuh kita sebenarnya bukanlah orang yang membenci kita,
tetapi orang yang kita benci.
Menjalankankan
konsep memaafkan akan membuat hidup kita lebih ringan. Banyak sekali kejadian
yang memancing emosi kita. Saya masih ingat ketika membeli sebuah mobil dari
sebuah show room di daerah Kelapa Gading Jakarta. Belum sepuluh menit mobil
saya kendarai, kedua spion saya lenyap disambar orang di perempatan lampu
merah.
Kita
mungkin berpikir bahwa orang-orang tidak tahu diri ini sudah sepantasnya kita
benci. Tapi kita lupa bahwa kebencian atau kemarahan yang kita simpan hanya
merugikan diri sendiri. Saya jalankan saja konsep memaafkan, mungkin mereka
memang membutuhkan uang untuk makan atau berobat karena keluarganya ada yang
sakit sehingga mereka nekad mencuri.
Dalam
bukunya ‘Forgiveness, The Greatest Healer of All, Gerald G. Jampolsky mengemukakan
bahwa “ Memaafkan adalah
jalan terpendek menuju Tuhan.”
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.