Rabu, 12 Februari 2014

Kesalahan Perspektif


Pada awal-awal saya melakukan perubahan secara menyeluruh dalam mengelola Gelora group, saya beranggapan bahwa semua orang bersedia melakukan perjalanan bersama saya. Saya pikir adalah tanggung jawab saya untuk memastikan mereka semua benar-benar melakukannya. Jika organisasi diibaratkan seperti kereta yang melaju di atas rel, maka saya adalah masinis sekaligus kondekturnya. 

  

Saya mengemudikan kereta dan memastikan semua orang sudah naik. Jika kami berhenti untuk beristirahat, pada saat keberangkatan saya akan berseru, “ Semua naik.” Jika orang-orang tidak datang, saya akan pergi mendapatkan mereka. Jika mereka tidak mau naik kembali, saya akan membawa mereka, mendudukkan mereka, menyajikan makanan kecil untuk mereka. Saya bertekad membawa mereka semua naik bersama saya untuk perjalanan tersebut.

Setelah berjalan beberapa waktu, baru kemudian saya mengerti bahwa hasrat saya bukan hasrat semua orang, dan apa yang memotivasi saya tidak selalu memotivasi orang lain. Saya tidak lagi merisaukan ketika saya memberikan training tidak banyak yang hadir atau orang yang saya harapkan hadir bahkan tidak menyukainya. Bahkan saya lebih suka mereka tidak hadir daripada terpaksa.

Memang tidak menyenangkan ketika kita harus meninggalkan beberapa orang ditengah perjalanan. Saya kehilangan banyak dari mereka, saya berharap sebagian dari mereka juga merindukan saya. Namun begitulah kepemimpinan. Yang terbaik yang dapat Anda lakukan adalah siap ketika orang pergi dan mempertahankan perspektif yang benar tentang hal itu. Berikut ini adalah kesalahan perspektif yang saya lakukan sebelumnya yang harus dikoreksi :

Saya menunggu orang yang seharusnya tidak saya tunggu. Memang benar ketika saya bepergian seorang diri, saya dapat bangun lebih dini, mengatur jadwal saya sendiri. Jika saya bepergian bersama orang lain, kadang saya harus menunggu mereka. Setiap kali saya melakukan itu, hasilnya adalah organisasi kehilangan momentum, orang-orang terbaik yang siap pergi bersama saya lebih awal juga ikut frustasi, kredibiltas saya sebagai pemimpin bisa terganggu hanya karena menunggu seseorang.

Saya merasa bersalah ketika kehilangan pemain utama. Ketika pertama memimpin, setiap kali saya kehilangan anggota tim, saya mengira itu adalah cerminan dari kemampuan kepemimpinan saya. Kadang-kadang memang demikian, jika seorang pemimpin terus menerus kehilangan orang-orang terbaiknya, biasanya ada masalah. Tapi kemudian saya belajar untuk lebih baik memberkati orang ketika mereka pergi daripada memohon mereka tinggal. Saya tidak dapat memimpin orang yang lebih suka tidak berada bersama saya.

Saya percaya bahwa pemain penting dalam tim sulit digantikan orang lain. Setiap kali ada masalah dengan orang-orang andalan saya, pertanyaan pertama yang muncul adalah, “ Siapakah yang akan menggantikan orang ini ?” Awalnya saya begitu mengkhawatirkan mereka akan meninggalkan tim dan saya belum siap. Kemudian saya merubah pola pikir dari kekurangan menjadi kelimpahan, banyak orang baik dimana-mana yang mau bekerja untuk pemimpin yang baik. Karena alasan itu, saya berusaha mempunyai pengganti di dalam benak saya untuk pemain kunci manapun di dalam tim saya.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa seorang pemimpin tidak dapat menganggap dirinya sebagai pemilik tim, walaupun orang itu adalah pemilik dari organisasi itu sendiri. Pemimpin yang baik mengerti bahwa mereka adalah pengurus. Mereka menemukan orang-orang terbaik sebisa mereka, memberi mereka peluang untuk bergabung, mengembangkan dan mendorong mereka mewujudkan potensi mereka, namun tidak boleh menahan orang. Kabar baiknya sebagian mungkin akan tinggal, dan untuk mereka yang ikut dalam perjalanan bersama saya, saya sangat berterima kasih. Karena mereka tidak banyak, mereka semua sangat berharga bagi saya. 

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.


Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. Jalan untuk menjadi terbaik memang selalu ada kendala dan halangan yg tidak mudah dihadapi tp saya salut Pak Han...pengalaman dan Cara pandang Pak Han yg bijak.. sekarang telah merubah cara pandang kepemimpinan dalam sebuah organisasi...rasa ketakutan...kehilangan orang2 yg telah dipercaya/diandalkan untuk memimpin...digantikan rasa percaya dan yakin pada orang2 yang mau mengikuti,mau berubah,mau merubah,mau berjalan bersama untuk memajukan Perusahaan kita...Saya dukung Pak Han...semoga kedepannya perusahaan ini diisi oleh orang2 yg mau bersama membangun perusahaan ini mjd perusahaan yg Lebih Luar Biasa....Salam Sukses Hidup Luar Biasa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua berawal dan kembali pada diri kita, mas Michelle. Terima kasih atas dukungannya, selama kita berdiri diatas pijakan yang sama, Anda akan mencapai tujuan bersama saya. Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

      Hapus
  2. saya mengucapkan terima kasih kepada perusahaan yang mana telah memberi kesempatan kepada salah satu operator kami untuk bisa di PJS kan manjadi pengawas...itu salah satu bukti perusahaan menawarkan bergabung berjalan lebih jauh lagi untuk mengembangkan perusahaan ini dengan tidak dan tanpa paksaan..dengan cara itu saya yakin rasa loyalitas kepada perusahaan akan lebih besar lagi...dan saya dukung cita-cita pak han..untuk mendirikan sebuah foundation.." GELORA FOUNDATION "untuk bisa memberdayakan orang-orang di sekitar dan diluar perusahaan dan bisa memberi penghargaan kepada orang-orang yang bisa memberdayakn orang lain...sukses untuk GELORA GROUP..

    BalasHapus