Selasa, 04 Februari 2014

Pemegang Kuasa Atau Dikuasai


Awal April, perkiraan cucu pertama saya akan lahir. Saya sudah beli tiket pesawat Jogya-Singapura pp untuk tanggal 2 sampai 6 April yang akan datang. Kalau ingat bayi saya jadi ingat popok, tapi sekarang mungkin sudah ganti model tidak seperti dulu, juga belum ada pamp**s.

Kehidupan bermula ketika kita masih memakai popok. Masih ingat bagaimana kita diperlakukan saat itu ? Bila kita menyuarakan suatu keinginan, dunia selalu mau mendengarkan. Ketika kita ingin disuapi, demi Tuhan, kita akan disuapi, tanpa menunggu makan malam yang harus disiapkan atau menunggu pembantu melihat kita melambaikan tangan. Kalau kita merasa basah, kita tinggal menyuarakan keprihatinan kita, dan wow...semuanya segera diurus. Kita pemegang kuasa.


Popok yang kita pakai saat itu bukan sekedar pakaian belaka. Popok itu mewakili untuk pertama kali, dan mungkin satu-satunya, saat pada masa hidup kita ketika kita bisa memperoleh apa saja yang kita inginkan hanya dengan berteriak. Sejak meninggalkan popok, selama masa sisa hidup kita, kita harus memakai cara lain untuk menyuruh orang melakukan apa yang kita minta.

Selama dua dasawarsa pertama setelah memakai popok, orang yang memakaikan popok kepada kita, membuat kita mengikuti aturan dan rambu-rambu yang mereka buat untuk kita. Sekarang kita yang harus menuruti kemauan mereka. Mereka sebagai pemegang kuasa dan kita dikuasai.

Baru setelah memasuki tahap ketiga, kita tumbuh dan dewasa lalu kita menjadi pemegang kuasa atas diri kita sendiri. Orang yang memakaikan popok kepada kita, masih suka memberi nasihat, kadang-kadang kita masih mau mendengarkan, tetapi lebih sering kita harus memutuskan sendiri. Jika beruntung, kita tidak menganggap mereka sebagai orang lain yang mengatur hidup kita tetapi lebih sebagai orang tercinta yang mempunyai tujuan yang sama.

Kita mulai masuk ke dalam lingkaran tak bertepi, meminta dan dimintai, menerima dan memberi, memanipulasi dan dimanupulasi, itu yang terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Apakah kita akan dikuasai atau sebagai pemegang kuasa dalam suatu hubungan tergantung pada kemampuan dan pengetahuan kita dengan orang yang kita hadapi.

Kadang-kadang kita lebih pintar, khususnya ketika kita mempunyai sasaran yang jelas dan informasi lengkap. Penjual mobil selalu mengalahkan pembeli mobil, sebab penjual mempunyai informasi penting yang tidak dimiliki oleh pembeli. Saat kita memperoleh informasi yang sama dengan yang ia punyai, kita berhenti sebagai yang dikuasai dan kita menjadi pemegang kuasa.

Mungkin kita meyakini bahwa pengalaman adalah guru terbaik yang membantu kita memperoleh pengetahuan dan menghindarkan terjadinya kesalahan dua kali. Tapi seringnya kita selalu membuat kesalahan yang sama berulang-ulang. Kita bahkan tidak cukup pintar membuat kesalahan baru.

Saya rasa, pendidikan atau belajar dapat membantu kita menghindari harga mahal yang harus kita bayar untuk sebuah pengalaman. Seminar, sekolah, buku, komunitas, itu semua lebih baik daripada merasakan pengalaman yang buruk. 

Dan saya percaya Anda dapat melakukannya dan menjadi pemegang kuasa atas orang lain. Bukan hanya karena Anda membaca artikel ini. Namun karena seperti orang lain dan saya, Anda pernah juga menjadi pemegang kuasa dengan popok Anda.

Salam SUKSES, HUDUP LUAR BIASA.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar