Konsep ini diambil dari gagasan seorang pemenang Hadiah Nobel. Selama
bertahun-tahun Daniel Kahneman dan para ekonom perilaku lainnya menunjukkan
bahwa manusia memiliki kebiasaan khusus yang ganjil dan telah mendarah daging
dalam diri kita. Yaitu kita lebih termotivasi untuk menghindari kerugian
daripada mendapatkan keuntungan yang sepadan.
Kecenderungan
memberikan penghargaan lebih tinggi pada kerugian dibandingkan keuntungan
dikenal sebagai “ sifat tidak mau rugi “. Bila kita cermati, sifat ini telah
memberikan banyak manfaat kepada kita. Bahkan hal itu membuat kita tetap hidup.
Bayangkan mahluk jaman prasejarah yang mempertahankan buruan mereka ketimbang
ancaman serangan harimau.
Kita
memberi perhatian lebih besar pada potensi kerugian apa pun. Hampir sembilan
puluh persen usaha cucian mobil menggunakan sistim komisi, gaji kecil hanya empat
puluh persen dari UMR (upah minimal regional), ditambah insentif per mobil yang
masuk. Pemilik usaha jenis ini pada umumnya tidak mau mengambil risiko kerugian
pada saat sepi dengan memberikan gaji tetap yang lebih besar.
Tidak
demikian dengan usaha yang sama yang saya miliki. Saya berani memberikan upah
tetap pada mereka seperti layaknya karyawan lain di dalam Gelora Gorup.
Pertanyaannya, apakah saya tidak takut rugi pada saat usaha ini sepi ? Siapa
yang mau rugi ? Justru karena sifat tidak mau rugi itulah yang kemudian saya
manfaatkan untuk memotivasi diri berupaya bagaimana caranya supaya usaha ini
jangan sampai sepi atau merugi. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Seorang
teman yang rajin ke sasana kebugaran bercerita,” Alasan terbesar saya datang
minggu demi minggu adalah saya tidak tahan memikirkan membayar pelatih tapi
tidak memanfaatkannya. Pikiran kehilangan uang memaksa saya kembali ke sasana
ini.” Lagi pula istri saya melakukan hal yang sama. “ Ini hari Senin !”
teriaknya. Apa maksudmu, kau tidak mau pergi berolah raga ? Kau sudah membayar
untuknya !”
Tapi
berhati-hatilah menggunakan prinsip ini, salah-salah kita bisa merugikan orang
atau pihak lain. Seorang pengguna asuransi mobil yang tidak mau rugi, sengaja
melempar batu hingga kena kap mesin dan memecahkan kaca mobilnya karena kacanya
berjamur sulit dihilangkan. Pihak asuransi pun dirugikan harus mengganti kap
dan kaca mobil. Konon katanya atas usulan bengkelnya, yang pasti bukan bengkel
Oto Kits, hehehe....
Seorang
karyawan menetapkan tujuan kuliah malam serta mengerjakan tugas setiap minggu.
Dia sengaja membeli dua tiket nonton bioskop yang hanya boleh digunakan bersama
pacarnya setiap kali mencapai tujuan. Katanya, “ Semua bantuan dan dorongan
memfokuskan perhatian pada tujuan jangka panjang untuk memperbaiki karier saya.
Namun kencan akhir pekanlah yang membantu saya tidak pernah bolos kuliah bangun
pagi mengerjakan tugas, menyelesaikan kuliah dan akhirnya mendapatkan
promosi.”
Jadi,
bagaimana Anda bisa menggunakan sifat tidak mau rugi ini untuk keuntungan Anda.
Tempatkan sesuatu yang Anda pedulikan ke dalam risiko, pertaruhkan untuk
keberhasilan Anda. Implikasinya pada perubahan pribadi cukup jelas. Jika
menempatkan sesuatu yang Anda hargai pada situasi yang berisiko, Anda lebih
mungkin berubah daripada hanya mengandalkan bonus, hadiah atau insentif lain.
Untuk menghasilkan perubahan perilaku yang lebih baik, Anda bisa kombinasikan
dengan beberapa metoda lainnya.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Wah ini Bagus sekali Pak Han..? Kalau menurut saya ini tentang bagaimana kita mengarahkan SUDUT PANDANG kita ke hal yg positip dan yg tepat sasaran dan membentuk
BalasHapusPola Pikir yg sehat untuk kita tumbuh dan berkembang hingga bisa tercapai apa yg kita inginkan.Pola Pkir yg Sehat akan melahirkan Tingkah Laku atau Tindakan yg Sehat.
Terima Kasih atas Petunjuknya Pak Han..? Salam Sukses dan Hidup Luar Biasa..
Terima kasih, pak Rajiman. Komentar-komentar Anda memperluas pemahaman teman-teman dalam mengikuti inspirasi dari blog ini. Terus berkontribusi, semoga Tuhan memberkati.
HapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.