Pertama kali saya bekerja adalah sebagai pembantu unit gudang benang, di sebuah pabrik textile di Bandung. Ketika itu usia saya dua puluh satu tahun. Pekerjaan sehari-hari adalah menyiapkan dan mengirim benang untuk unit produksi, serta mengendalikan stock benang yang berada di gudang.
Menjelang
akhir bulan, saya dipanggil ke ruangan direksi dan menerima gaji yang pertama
sebesar lima puluh lima ribu, sedikit nasihat untuk bekerja lebih baik dan
tidak membicarakan besarnya gaji yang saya terima kepada rekan kerja yang lain.
Saya merasa senang dan bangga, karena ternyata gaji saya lebih besar daripada
rekan yang sudah memiliki jabatan di unit lain dan sudah bekerja selama lima
tahun disitu, yang hanya menerima tiga puluh lima ribu sebulan.
Saya
lupa dengan nasihat direksi ketika ditanya soal gaji oleh atasan langsung saya
dengan berkata jujur. Bibir saya yang ringan berbuah kepala gudang tersebut
seketika mengundurkan diri dan pindah ke perusahaan lain. Awalnya direksi agak
marah dan menyesalkan tindakan saya, tetapi setelah mereka menguji saya mampu
untuk menggantikan posisi kepala gudang, masalah dianggap selesai.
Insiden
ini menjadi peringatan bagi saya untuk menjadi lebih dewasa. Saya menyombongkan
gaji yang saya peroleh kepada semua orang, dan berakibat mengecewakan orang
lain. Saya termasuk beruntung, bisa saja saya yang akan dikeluarkan karena
menyebabkan semua orang tidak senang atau kalau saya bertemu orang yang
mempunyai tujuan buruk seperti di dalam kisah yang saya baca.
Selama
masa percobaan, seorang karyawan baru berteman dengan seorang art director yang
sudah bekerja beberapa tahun disitu, sebuah biro iklan. Art director itu
sebagai pembimbing bagi tenaga percobaan tersebut. Ketika masa percobaan tenaga
baru itu selesai, art director memberikan saran.
“ Jika
mereka menawarimu pekerjaan, kau harus tahu berapa sebaiknya upah yang harus
kau terima, jangan mau kalau kurang dari dua setengah juta rupiah,” kata art
director.
“
Maksudmu kalau kurang dari itu, sebaiknya kutolak ?”
“
Jangan terima. Mintalah dua setengah juta. Kau layak menerima sejumlah itu,”
katanya lagi.
Ternyata
tenaga baru itu berbakat dan menyenangkan, ia ditawari pekerjaan. Begitu keluar
dari kantor pimpinan, ia bergegas menghampiri teman barunya.
“ Aku
senang, ia menawariku untuk bekerja tetap disini dan aku menerimanya.”
“ Bagus
sekali. Berapa ?”
“ Kau
tidak akan percaya, tiga juta rupiah !” Suasana berubah hening, art director
percaya itu.
“ Itu
sama dengan yang kuperoleh, dan aku sudah bekerja selama empat tahun,” kata art
director.
Hari berikutnya
pimpinan biro memanggil kembali tenaga
percobaan itu ke kantor. “ Maafkan,
saya tidak dapat mempekerjakan Anda. Saya seperti menaruh pistol di tangan.
Kami perusahaan kecil, dan bisnis ini memerlukan kerja sama. Kelihatannya Anda
menyombongkan gaji yang akan Anda peroleh kepada semua orang, dan sekarang tak
seorang pun mau bekerja sama dengan Anda. Sekali lagi, ini sayang sekali,
tetapi beginilah keadaannya.”
Ada
beberapa hal yang mutlak bukan urusan orang lain, tetapi urusan Anda sendiri.
Mengenai gaji, penghasilan bersih, catatan medis dan kehidupan seks Anda.
Jangan membicarakan itu dengan teman sekerja. Jangan diskusikan hal-hal itu
dengan seseorang. Tak ada alasan untuk membicarakan hal itu dengan orang lain.
Selamatkanlah informasi itu, dengan menjaga secara bijak bibir kita yang
ringan.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Jika kita sudah dapat pekerjaan yg harus syukuri ,adalah : bahwa kita sudah mempunyai pekerjaan dan bukan pengangguran ,sehingga dengan kita bekerja kita akan mendapatkan penghasilan atau upah yg merupakan hak kita .
BalasHapusBesar kecilnya upah yg kita terima kalau kita bisa mensyukurinya itu tidak menimbulkan masalah . asalkan upah yg kita terima sudah sesuai dengan aturan yg berlaku yg di berlakukan dalam undang-undang tenagakerja.
Biasanya perbedaan upah yg di terima oleh pekerja dipengaruhi karena lamanya masa kerja ,jabatan dan prestasi seorang pekerja.
Kita juga harus bisa mensyukuri jika perusahaan di tempat kita bekerja selain upah yg kita dapat perusahaan tsb juga memperhatikan kebijakan-kebijakan untuk kesejahteraan karyawannya.
Masalah seorang pekerja mau dan tidaknya menerima upah yg di terimanya, semua itu tergantung individu masing-masing.
Mohon maaf jika komentar saya keliru.
Mohon di luruskan.
Salam Sukses,Hidup Luar Biasa.
Komentar Anda tidak sesuai dengan konteks inti cerita yang ingin disampaikan oleh penulis. Tetapi terima kasih telah berbagi pemahaman dengan para pembaca blog ini. Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.
HapusTerima kasih Pak....Atas koreksinya
HapusSalam Sukses,Hidup Luar Biasa.