Kalau keluarga saya atau keluarga lain selalu berobat ke luar negeri, pasti dipahami sebagai gaya hidup orang kaya. Pada umumnya, orang-orang yang berduit pasti hidupnya bergaya. Padahal tidak selalu demikian, mereka yang datang ke sana, sebagian karena sakitnya sangat parah. Terlepas dari punya uang atau tidak, mereka adalah orang-orang sakit yang ingin sembuh.
Sehingga
tidak heran, rumah sakit Mount Elisabeth di daerah Orchard Singapura terkenal
sebagai rumah sakitnya orang Indonesia, karena 90 persen pasiennya adalah
saudara-saudara kita. Mereka lebih percaya dengan dokter di sana daripada di
negerinya sendiri. Krisis kepercayaan yang sangat merugikan ekonomi negeri ini,
karena merangsang orang menghamburkan devisa.
Pengalamanku
sendiri berobat, dokter di sini sangat pandai, namun kurang memahami pasiennya.
Terbukti ketika saya pergi ke dokter yang terhebat di kotaku, ia merasa tidak
perlu mendengarkan bahwa saya tidak bisa mengkonsumsi sembarang obat darah
tinggi. Ia merasa tidak perlu membaca seluruh hasil lab saya karena merasa
sudah ahli. Hasilnya, bukannya saya sembuh, malah bertambah sakit hati.
Dokter seperti
ini mungkin lupa bahwa saya membayar untuk dilayani, bukan meminta tolong tanpa
bayar. Dokter ini melakukan kesalahan dua kali, yang pertama kemungkinan salah
memberikan obat karena menganggap sudah paham tanpa meneliti. Kesalahan yang
kedua, adalah menyalahi prinsip pelayanan dengan merendahkan pasiennya, padahal
sebagai pihak yang membayar.
Berbeda
dengan dokter-dokter luar negeri, mereka akan meneliti dengan seksama kemudian
dengan penuh perhatian mendengarkan keluhan pasiennya sehingga si pasien rela
ketika harus membayar mahal. Kalau ada hal-hal yang menyulitkan, mereka tidak
ragu konsultasi dengan rekan dokter yang lain. Tidak asal mengambil keputusan
sendiri, sehingga kesembuhan pasien akan lebih terjamin.
Boleh
dikata, sebetulnya cara-cara yang mereka lakukan tidaklah aneh, sesuatu hal
yang memang harus dilakukan seperti pada bisnis yang lain. Seluruh staff hotel
, mulai dari manajer sampai petugas kebersihan memiliki keramahan yang
mengagumkan. Tapi orang-orang ini akan mengusir kita keluar apabila kita
menginap tanpa membayar. Jadi keramahan adalah soal yang sederhana selama
sesuai dengan imbalannya.
Di
tengah kemiskinan negara ini, seharusnya kita tidak hanya para dokter, membantu
mengurangi orang kita menghamburkan devisa. Yang bekerja di pom bensin,
berikanlah pelayanan yang super kepada setiap pelanggan, agar mereka tidak
mengisi di pom bensin milik asing. Yang buat produk, jangan asal buat tidak
mengutamakan kualitas sehingga kita suka mengkonsumsi barang sendiri. Karena
uang yang dibelanjakan kepada merk asing, akan mengakibatkan uang kita kabur ke
luar negeri.
Ekspektasi
yang semakin tinggi dari konsumen atau orang-orang kita sendiri harus bisa kita
jawab dengan bijaksana. Sudah saatnya kita berbenah, sudah waktunya kita berubah,
menjadi tuan rumah yang baik di negeri sendiri, yaitu orang-orang yang
berkualitas dan mau melayani bangsanya sendiri. Jika tidak, kita tentu kalah
bersaing dengan bisnis asing di kandang kita sendiri.
Semula
saya juga menyangka bahwa semua orang yang menghamburkan uang ke asing adalah
cuma orang-orang yang bergaya, tapi ternyata tidak, sebagian besar karena
mereka dicederai dan kecewa dengan perilaku bangsanya sendiri.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.