Rabu, 03 September 2014

Berobat ke Luar Negeri


Kalau keluarga saya atau keluarga lain selalu berobat ke luar negeri, pasti dipahami sebagai gaya hidup orang kaya. Pada umumnya, orang-orang yang berduit pasti hidupnya bergaya. Padahal tidak selalu demikian, mereka yang datang ke sana, sebagian karena sakitnya sangat parah. Terlepas dari punya uang atau tidak, mereka adalah orang-orang sakit yang ingin sembuh.

Sehingga tidak heran, rumah sakit Mount Elisabeth di daerah Orchard Singapura terkenal sebagai rumah sakitnya orang Indonesia, karena 90 persen pasiennya adalah saudara-saudara kita. Mereka lebih percaya dengan dokter di sana daripada di negerinya sendiri. Krisis kepercayaan yang sangat merugikan ekonomi negeri ini, karena merangsang orang menghamburkan devisa.

Pengalamanku sendiri berobat, dokter di sini sangat pandai, namun kurang memahami pasiennya. Terbukti ketika saya pergi ke dokter yang terhebat di kotaku, ia merasa tidak perlu mendengarkan bahwa saya tidak bisa mengkonsumsi sembarang obat darah tinggi. Ia merasa tidak perlu membaca seluruh hasil lab saya karena merasa sudah ahli. Hasilnya, bukannya saya sembuh, malah bertambah sakit hati.

Dokter seperti ini mungkin lupa bahwa saya membayar untuk dilayani, bukan meminta tolong tanpa bayar. Dokter ini melakukan kesalahan dua kali, yang pertama kemungkinan salah memberikan obat karena menganggap sudah paham tanpa meneliti. Kesalahan yang kedua, adalah menyalahi prinsip pelayanan dengan merendahkan pasiennya, padahal sebagai pihak yang membayar. 

Berbeda dengan dokter-dokter luar negeri, mereka akan meneliti dengan seksama kemudian dengan penuh perhatian mendengarkan keluhan pasiennya sehingga si pasien rela ketika harus membayar mahal. Kalau ada hal-hal yang menyulitkan, mereka tidak ragu konsultasi dengan rekan dokter yang lain. Tidak asal mengambil keputusan sendiri, sehingga kesembuhan pasien akan lebih terjamin.

Boleh dikata, sebetulnya cara-cara yang mereka lakukan tidaklah aneh, sesuatu hal yang memang harus dilakukan seperti pada bisnis yang lain. Seluruh staff hotel , mulai dari manajer sampai petugas kebersihan memiliki keramahan yang mengagumkan. Tapi orang-orang ini akan mengusir kita keluar apabila kita menginap tanpa membayar. Jadi keramahan adalah soal yang sederhana selama sesuai dengan imbalannya.

Di tengah kemiskinan negara ini, seharusnya kita tidak hanya para dokter, membantu mengurangi orang kita menghamburkan devisa. Yang bekerja di pom bensin, berikanlah pelayanan yang super kepada setiap pelanggan, agar mereka tidak mengisi di pom bensin milik asing. Yang buat produk,  jangan asal buat tidak mengutamakan kualitas sehingga kita suka mengkonsumsi barang sendiri. Karena uang yang dibelanjakan kepada merk asing, akan mengakibatkan uang kita kabur ke luar negeri.

Ekspektasi yang semakin tinggi dari konsumen atau orang-orang kita sendiri harus bisa kita jawab dengan bijaksana. Sudah saatnya kita berbenah, sudah waktunya kita berubah, menjadi tuan rumah yang baik di negeri sendiri, yaitu orang-orang yang berkualitas dan mau melayani bangsanya sendiri. Jika tidak, kita tentu kalah bersaing dengan bisnis asing di kandang kita sendiri.

Semula saya juga menyangka bahwa semua orang yang menghamburkan uang ke asing adalah cuma orang-orang yang bergaya, tapi ternyata tidak, sebagian besar karena mereka dicederai dan kecewa dengan perilaku bangsanya sendiri.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar