Tiba-tiba berdering telpon dari seorang teman lama semasa sma, mengingatkan sosoknya yang masih terlihat gagah di usia tua seperti saya. Teman ini dulu adalah pemuda tertampan di sekolah, tidak hanya menarik perhatian wanita, saya pun kagum dengan kelebihannya. Paras mukanya agak bernuansa barat, bertubuh tinggi, kulitnya putih bersih, hidung mancung, dan sorot matanya indah, siapapun yang melihatnya pasti setuju dengan pendapat saya.
Salah
satu kesuksesan untuk pemuda seusia itu, adalah jika mempunyai pacar yang
berparas cantik. Teman saya ini memiliki cukup modal, karena dia benar-benar
memenuhi kriteria menjadi idaman kaum wanita. Tapi, sayang dia pemalu, kurang
percaya diri sehingga dia tidak dapat memanfaatkan kelebihannya untuk punya
pacar. Kelebihan atau kekuatan diri tidak berarti jika tidak kita gunakan
sebaik-baiknya. Kelebihan harus kita manfaatkan untuk menunjang kesuksesan,
demikian bunyi hukum sukses.
Banyak
orang mendapat kesulitan dalam menilai diri sendiri, termasuk dirinya. Punya
wajah tampan yang sudah melekat di sana belasan tahun tapi tidak menyadari
kelebihannya. Dan saya sering sekali menemukan orang-orang yang kesulitan
menilai dirinya sendiri. Ketika saya bertanya apa kelebihan dan kelemahan
kepada seseorang, ternyata banyak yang ragu dan bingung dengan dirinya sendiri.
Berpendapat
‘sulit menilai diri sendiri’ menurutku keliru, kita harus merevisi pendapat ini
karena ia adalah diri kita sendiri. Kita harus berani menentang budaya yang
menghalangi untuk mengatakan secara jujur dan terbuka. Selama ini, kita
mempunyai pemahaman bahwa mengungkap kelebihan berarti sombong, dan
mengutarakan kelemahan adalah kurang etis.
Menentang
budaya tentu bukan dosa, apalagi demi kebaikan di kemudian hari. Jadi menurut
saya, orang yang paling mengenal diri kita sendiri ya kita. Saya misalnya,
punya kelemahan tidak sabaran. Kalau tampak sabar sebetulnya lebih karena usia
dan penguasaan diri, tapi pada saat-saat tertentu bisa muncul ketidaksabaran
yang tanpa kendali. Keluar aslinya.
Kelemahan
lain, saya tidak bisa bicara pelan. Suara saya keras menggelegar, tidak butuh
ampli kalau hanya bicara dalam ruangan sedang. Sampai pernah ada orang yang
berkata, “ Kasihan bu lani (nama istri), setiap hari dimarahi sama suaminya.”
Sebetulnya aku tersinggung, rambutku rasanya berdiri tegak seperti kena setrum
mendengar itu. Tapi, mau tidak mau harus kuakui ada benarnya.
Mungkin
faktor keturunan, karena kami sembilan bersaudara hampir semuanya bersuara
kencang, tetapi saya yang paling keras. Kadang saya menepis predikat ini dengan
berdalih jika saya antuasias, terlalu bersemangat hingga sering lupa sedang
berbicara di mana dan dengan siapa. Namun intinya, saya mengetahui semua
kelemahan dan kelebihan saya.
Saya
akan mengatakan, kalau saya ini pintar ngomong, pintar matematika, pintar
memimpin, pintar bisnis, pintar menyenangkan hati orang dan seterusnya. Dengan
menemukan kelebihan diri sendiri sangat membantu saya untuk mengembangkan diri
dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan itu. Kalau kita dapat fokus pada
kelebihan kita, minimal hidup kita pasti akan lebih baik.
Jadi,
bagi Anda yang masih kesulitan menemukan kelebihan diri sendiri, mungkin Anda
sedang ragu-ragu saja. Anda bukan tidak mengerti kelebihan Anda. Segera
temukan, karena banyak kelebihan-kelebihan diri ini mati jika kita jarang
menyapanya.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.