Selasa, 09 September 2014

Kucingku


Sejak di rumahku ada kucing bertambah kegembiraanku walaupun aslinya saya bukan penggemar binatang. Seperti punya suatu mainan baru, apalagi saya hanya tinggal bertiga di rumah sebesar ini. Tinggal hanya bersama istri dan seorang anak yang sudah dewasa dan mau menikah tahun depan. Setelah menikah rencananya juga akan pindah ke rumahnya sendiri, sehingga bakalan tambah sepi.

Kucing ini entah jenis apa, anggora atau persia saya sendiri tidak terlalu memikirkannya. Yang saya tahu kucing ini jantan, sangat gagah, berwarna putih dan tidak mau sembarang makanan. Makannya beda sama kucing kampung yang apa saja dimakan. Bahkan makanan kesukaannya harus dibawakan dari Amerika. Maka, adik ipar yang pulang dari sana setiap tiga bulan sekali, punya kewajiban bawa makanan itu.

Dengan adanya kucing ini maka saya punya kegiatan baru, dan tanggung jawab baru. Melepaskannya keluar kandang pada jam tertentu, memberi makan dan mengajaknya bermain. Awalnya memang sulit memahami kucing, tapi dia menangkap dengan seksama persahabatan yang kuulurkan dengan setulus hati. Makin lama semakin penurut, kemana saya berjalan ia selalu ingin mengikuti.

Bukankah kami berada di bawah langit yang sama ? Dia sebatangkara di sini, sedangkan aku memiliki keluarga. Pendek kata, dengan komunikasi dari hati itulah maka kucing itu akhirnya menjadi anggota keluargaku. Setiap aku makan, dia akan sabar menunggu di bawah kakiku. Setelah makan, gantian aku yang memberinya makan. Saat aku tidur sore, dia ikut tidur di kolong bawah tempat tidurku.

Setiap kali melihat kelebat bayanganku dia akan mengeong menyapaku kecuali kalau aku memakai sepatu akan ke kantor. Seolah dia mengerti dengan kesibukanku. Saat aku berada di rumah sering kubiarkan bebas di halaman asalkan pintu-pintu yang punya akses ke jalan ditutup. Maka dia pun hanya berkeliaran di sekitar itu tidak kemana-mana sehingga membuat hatiku tenang.

Tapi kebiasaan melepaskannya bebas di halaman ternyata tidak selalu menenangkan. Suatu ketika ada kucing kampung liar yang masuk dan kepergok dengan kucingku. Keduanya diam berhadapan kemudian saling menggeram. Aku sendiri tidak mengerti kenapa mereka bertengkar, apakah karena jenis mereka berbeda atau mungkin naluri kucingku sebagai pemilik wilayah ?

Yang pasti, ketika kucing-kucing bertengkar kita akan kerepotan dibuatnya. Jangankan dipisahkan dengan hardikan, disiram air pun tidak akan peduli apabila mereka sudah dibalut oleh kemurkaan. Mungkin perlu sedikit tendangan keras, atau sebuah batu untuk membubarkannya. Tapi aku sedikit bangga karena kucing liar itu dibuatnya tunggang langgang. Kucingku selalu jadi pemenangnya.

Sejak itu, aku lebih memasang mata bila ada kucing liar yang memasuki halaman rumahku, agar kejadian itu tidak terulang. Tapi dasar kucing, sudah kuawasi sedemikian rupa suatu hari kudapati kucing itu sedang mendekapi seekor burung gereja yang sudah sekarat karena digigitnya. Kucing itu ternyata mampu menangkap burung-burung itu ketika mereka lengah di tanah mencari makan.

Meskipun kucing itu sudah memakai kalung kliningan yang sengaja kupasang agar mudah kupantau gerakannya, sama sekali tidak menghalangi kehebatannya dalam menangkap mangsa. Bahkan, aku sudah memergoki kucing itu menangkap burung gereja sebanyak tiga kali. Sama sekali bukan untuk dimakan, seolah hanya untuk menunjukkan kepadaku bahwa dirinya adalah seekor pemenang walau dengan hambatan kliningan di lehernya.

Jadi, sejatinya tak ada pihak yang benar-benar lemah kalau ada umpan melintas di depan mata. Jika kucing saja mampu mengeluarkan potensi terbaiknya ketika umpan tiba, apalagi manusia. Tapi, ada manusia yang justru hanya berdiam diri saja walaupun disodori umpan setiap kali di depan hidung mereka. Termasuk diriku, pada suatu ketika ada sebuah keadaan dimana kedudukanku lebih rendah daripada kucing.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
1 Comments

1 komentar:

  1. Guruh Kurniawan @Kebumen ne ? .9 September 2014 pukul 11.09

    Mengamati ...

    Mencermati ...

    Dan ...

    Aku harus jadi pemenang sejati ...




    Salam Hidup Luar Biasa .

    BalasHapus