Jumat, 05 September 2014

Kenangan Yang Tidak Membanggakan


Ketika kebingungan mau menulis apa, terpaksa saya mengeksplorasi kenangan demi kenangan baik yang indah maupun yang sama sekali tidak membanggakan. Kadang penuh aib, kebodohan bahkan kecerobohan. Dulu  saya tidak menyadari bahwa itu adalah aib ataulah kecerobohan. Sekarang baru merasa bahwa betapa tidak perlunya melakukan hal-hal semacam itu.

Hidup yang sekarang tentu tidak dibentuk hanya dari kebenaran dan kemuliaan belaka. Diantaranya pasti tersusun dengan aib, kebodohan dan kekeliruan. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa nilai daripada aib dan kesalahan kurang lebih sama dibandingkan dengan kebenaran dan keberhasilan. Semuanya sama-sama menjadi pembentuk kerangka pondasi hidup saya.

Malam ini, saya mencoba mengingatnya kembali satu per satu hanya dengan tujuan merefleksi diri seperti apa saya dulu dan sekarang. Saya yang sekarang memandang hina anak-anak berseragam sma yang nongkrong di depan warung pinggir jalan dekat sekolah sambil merokok pada jam-jam pelajaran, ternyata itu yang kulakukan setiap hari di masa lalu.

Meninggalkan pelajaran adalah kebiasaanku yang keliru karena bergaul dengan teman-teman yang suka membolos. Meskipun banyak membolos, saya tetap dapat mengikuti dan mendapat nilai yang bagus pada saat ulangan. Tapi rupanya, perilakuku membuat kepala sekolah sangat berang sehingga raporku diberi nilai merah semua agar tidak naik kelas. 

Perasaan saya waktu itu merasa terhina dan sangat terzalimi. Semua hasil ulanganku bagus nilainya, tidak satupun yang dibawah tujuh. Karena itulah ayah mau membelaku dengan menghadap kepala sekolah untuk menanyakan soal nilai merah di raporku. Kepala sekolahku bersikeras dan berkata, “ Sekolah kami tidak mendidik murid menjadi pandai tapi tidak berbudi pekerti.” Kata-kata inilah yang ingin kukenang karena menentukan nasibku waktu itu.

Melihat anak sekolah naik motor seperti kesetanan, selalu membuatku memendam sumpah serapah yang tidak ada habisnya. Padahal seperti itu pula kelakuanku pada saat  itu. Malu rasanya naik motor pelan, kalau bisa lari sekencang-kencangnya dan tanpa rem. Kalau di tengah malam gelap gulita, lampu malah harus dimatikan, biar tambah menyeramkan. Malu memakai spion menghadap ke atas karena dikatakan seperti sedang berdoa, kuganti dengan spion terkecil di dunia.

Kalau menikung harus dengan kemiringan penuh seperti seorang pembalap, lutut menyentuh aspal, baru jagoan. Sejak asyik dengan sepeda motor, tentu prestasi sekolah bukan membaik tapi tambah menurun. Hanya karena ingin bangga disebut jagoan, berbuah banyak kekeliruan. Jatuh kecelakaan dari motor sudah menjadi santapan. Tidak heran, bila banyak bekas luka dari ujung kaki saya hingga kepala.

Lihatlah daftar kesalahan yang saya alami dalam kurun waktu yang singkat, hanya semasa sma saja sudah cukup untuk menjadi aib yang berat, apalagi kalau ditambah dengan kekeliruan-keliruan lain sepanjang hidup saya. Mungkin tidak cukup hanya sehalaman kolom ini untuk memuatnya, bisa jadi perlu buku yang tebal untuk menuliskannya. 

Beruntung saya masih hidup walau sudah tujuh kali kecelakaan motor yang cukup parah. Membolos, kebut-kebutan, ugal-ugalan, merokok dan membandel semasa remaja adalah kenangan buruk yang sebetulnya tidak perlu saya ingat-ingat. Tapi justru selalu mengingatkan saya bahwa pelajaran utama untuk sukses sebagai manusia adalah kemampuan kita melihat kesalahan diri sendiri !


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar