Selasa, 16 September 2014

Rasa Penat Itu ...


Semua orang tahu, untuk memperoleh sesuatu pasti ada harga yang dibayar. Harga yang dimaksud di sini tentu bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi adalah pengorbanan, perjuangan dan kegigihan kita dalam meraihnya. Seluruh perolehan kita sekarang adalah sesuatu yang sudah kita bayar. Maka, barang siapa memperoleh tanpa membayar, ia adalah pihak yang berhutang. 

Teori ini mengajari saya untuk mempertanyakan baik setiap penerimaan maupun setiap kehilangan yang saya alami. Sehingga saya jadi cenderung lebih mudah berdamai dengan keadaan. Perdamaian ini penting karena tidak setiap kenyataan selalu soal-soal yang menyenangkan atau soal yang kita inginkan. Bahkan kadang-kadang justru soal-soal yang ingin kita hindari.

Seperti misalnya, seorang pegawai pompa bensin pulang bekerja dalam keadaan penat berat dengan hati yang jengkel. Penat karena kebetulan pomnya ramai orang mengantri tiada henti sehingga tak memberinya waktu sedikitpun untuk sekadar mengendorkan uratnya. Sedangkan jengkel menerpa karena hari itu ia harus nombok akibat uang hasil penjualan tidak sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan ke kantor.

Kelebihan dan kekurangan uang hasil penjualan adalah kejadian sehari-hari. Kelebihan bisa diperoleh karena banyak pembeli yang berbaik hati memberikan uang lebih, sedangkan kekurangan mungkin karena kesalahan memberikan uang kembalian atau ada sesama teman yang mengambil sebagian uang itu. Bekerja di pom bensin memang harus bekerja saling percaya, untung rugi juga ditanggung bersama.

Jadi, hari itu ia menderita dua kehilangan, kalau rasa penat juga boleh dianggap sebagai kehilangan. Kehilangan yang pertama adalah soal uang yang kurang. Jika sering terjadi, ini tentu soal yang serius sehingga harus dicari solusinya. Jangan cuma mengeluh habis-habisan sampai aku bisa membacanya di  facebook. Tapi saat mendapat rejeki kelebihan, kita anggap hal biasa dan aku tidak membacanya. 

Memang penat itu tak akan hilang, tapi pasti akan jauh berkurang jika kita bisa memaknai pekerjaan. Saya pernah menyimpan pengalaman dahsyat dengan penat dan kemiskinan, menanggung hidup ibu dan tiga orang adik yang masih kecil ketika jadi nelayan. Mencari nafkah di laut sangat tak menentu hasilnya, kadang berhasil dapat tangkapan, tapi kadang nihil sama sekali.

Untuk makan kami sehari-hari yang mengandalkan hasil tangkapan, tentu tidak mudah, kerap harus menanggung lapar. Bagi orang yang dewasa mungkin paham dan bisa maklum sulitnya hidup seperti itu. Penat dan laparku melaut jadi sama sekali tak berharga, ketika melihat sorot mata adik-adik yang menunggu kepulanganku. Ada suatu saat mereka amat menantikanku karena mereka semua belum makan. Melihat mereka bisa makan saja, rasa penatku berubah menjadi amat bermakna.

Kalau rasa penat itu terasa berat, coba bayangkan penerimaan sebagai imbalannya. Ada yang hilang, tapi ada yang diterima. Bekerja memang berat, tapi dengan bekerja kita bisa menyekolahkan anak dan membangun keluarga. Rasa penat jadi remeh, tidak terasa, jika dibandingkan dengan manfaat dan perasaan berharga bagi keluarga.

Maka, ada jenis penat yang indah, penat yang bergairah sebagai gantinya. Penat pulang kerja, tapi bahagia seolah mengguyur seluruh tubuh karena perasaan berharga. Penat yang setara dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi seluruh penghuni rumah kita. Jadi, sesungguhnya rasa penat itu tidak pernah sia-sia. Sesuai dengan teori di atas, kita harus membayar untuk memperoleh segala sesuatunya, termasuk kebahagiaan itu sendiri.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
4 Comments

4 komentar:

  1. nawainruK huruG @Kebumen ne ? .16 September 2014 pukul 09.31

    Setiap individu pasti mempunyai rasa penat dengan bergabai macam fariasinya ... sebagai pribadi saya juga mengalaminya tapi ketika bertemu dengan anak istri yang sudah seminggu menanti kepulangan saya, rasa penat itu seakan sirna dan berubah menjadi kebahagiaan, dan setiap kali saya akan tidur sejenak saya luangkan waktu untuk playback apa yang saya lakukan dalam kurun waktu tertentu mudah mudahan esok jadi lebih baik.

    Istri dan anak anak ku tetaplah jadi semangat hidup ku ....


    Salam hidup Luar Biasa .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Guruh, kalau pulang ke rumah tidak membahagiakan berarti ada yang dipertanyakan. Kerinduan yang menggunung selama seminggu juga merupakan berkah tersendiri selama kita bisa menyikapinya dengan positif. Tetap semangat untuk meraih tujuan dengan memberikan yang terbaik, yang membanggakan orang-orang yang kita cintai.

      Salam sukses, hidup luar biasa !

      Hapus
  2. Luar Biasa Pak, terima-kasih atas ilmu'nya,...

    tidak ada yang gratis, saya setuju Pak !!!,

    bahkan nafas ini,udara ini, yang diberikan oleh ALLAH yang kata oranglain adalah GRATIS ternyata ada bayaran'nya yaitu kita harus BERSYUKUR,

    penat tentu akan selalu ada,
    sebetulnya bukan capek badan tetapi capek mental,

    bekerja yang IKHLAS memang tidaklah mudah,
    karena kita harus melakukan-nya karena kita mencintai'nya, bukan karena kita mengharapkan imbalan,

    kadang orang sulit untuk bahagia karena dia tidak mau bersyukur,

    karena bukan bahagia yang membuat kita bersyukur,
    tetapi bersyukur yang membuat kita bahagia,(◠‿◠)

    Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sulit jadi orang yang selalu bersyukur, tapi kita belajar sama-sama yuuk...

      Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

      Hapus