Semua orang tahu, untuk memperoleh sesuatu pasti ada harga yang dibayar. Harga yang dimaksud di sini tentu bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi adalah pengorbanan, perjuangan dan kegigihan kita dalam meraihnya. Seluruh perolehan kita sekarang adalah sesuatu yang sudah kita bayar. Maka, barang siapa memperoleh tanpa membayar, ia adalah pihak yang berhutang.
Teori
ini mengajari saya untuk mempertanyakan baik setiap penerimaan maupun setiap
kehilangan yang saya alami. Sehingga saya jadi cenderung lebih mudah berdamai
dengan keadaan. Perdamaian ini penting karena tidak setiap kenyataan selalu
soal-soal yang menyenangkan atau soal yang kita inginkan. Bahkan kadang-kadang
justru soal-soal yang ingin kita hindari.
Seperti
misalnya, seorang pegawai pompa bensin pulang bekerja dalam keadaan penat berat
dengan hati yang jengkel. Penat karena kebetulan pomnya ramai orang mengantri
tiada henti sehingga tak memberinya waktu sedikitpun untuk sekadar mengendorkan
uratnya. Sedangkan jengkel menerpa karena hari itu ia harus nombok akibat uang
hasil penjualan tidak sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan ke kantor.
Kelebihan
dan kekurangan uang hasil penjualan adalah kejadian sehari-hari. Kelebihan bisa
diperoleh karena banyak pembeli yang berbaik hati memberikan uang lebih,
sedangkan kekurangan mungkin karena kesalahan memberikan uang kembalian atau
ada sesama teman yang mengambil sebagian uang itu. Bekerja di pom bensin memang
harus bekerja saling percaya, untung rugi juga ditanggung bersama.
Jadi,
hari itu ia menderita dua kehilangan, kalau rasa penat juga boleh dianggap
sebagai kehilangan. Kehilangan yang pertama adalah soal uang yang kurang. Jika
sering terjadi, ini tentu soal yang serius sehingga harus dicari solusinya.
Jangan cuma mengeluh habis-habisan sampai aku bisa membacanya di facebook. Tapi saat mendapat
rejeki kelebihan, kita anggap hal biasa dan aku tidak membacanya.
Memang
penat itu tak akan hilang, tapi pasti akan jauh berkurang jika kita bisa
memaknai pekerjaan. Saya pernah menyimpan pengalaman dahsyat dengan penat dan
kemiskinan, menanggung hidup ibu dan tiga orang adik yang masih kecil ketika
jadi nelayan. Mencari nafkah di laut sangat tak menentu hasilnya, kadang
berhasil dapat tangkapan, tapi kadang nihil sama sekali.
Untuk
makan kami sehari-hari yang mengandalkan hasil tangkapan, tentu tidak mudah,
kerap harus menanggung lapar. Bagi orang yang dewasa mungkin paham dan bisa
maklum sulitnya hidup seperti itu. Penat dan laparku melaut jadi sama sekali
tak berharga, ketika melihat sorot mata adik-adik yang menunggu kepulanganku.
Ada suatu saat mereka amat menantikanku karena mereka semua belum makan.
Melihat mereka bisa makan saja, rasa penatku berubah menjadi amat bermakna.
Kalau
rasa penat itu terasa berat, coba bayangkan penerimaan sebagai imbalannya. Ada
yang hilang, tapi ada yang diterima. Bekerja memang berat, tapi dengan bekerja
kita bisa menyekolahkan anak dan membangun keluarga. Rasa penat jadi remeh,
tidak terasa, jika dibandingkan dengan manfaat dan perasaan berharga bagi
keluarga.
Maka,
ada jenis penat yang indah, penat yang bergairah sebagai gantinya. Penat pulang
kerja, tapi bahagia seolah mengguyur seluruh tubuh karena perasaan berharga.
Penat yang setara dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi seluruh penghuni rumah
kita. Jadi, sesungguhnya rasa penat itu tidak pernah sia-sia. Sesuai dengan
teori di atas, kita harus membayar untuk memperoleh segala sesuatunya, termasuk
kebahagiaan itu sendiri.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Setiap individu pasti mempunyai rasa penat dengan bergabai macam fariasinya ... sebagai pribadi saya juga mengalaminya tapi ketika bertemu dengan anak istri yang sudah seminggu menanti kepulangan saya, rasa penat itu seakan sirna dan berubah menjadi kebahagiaan, dan setiap kali saya akan tidur sejenak saya luangkan waktu untuk playback apa yang saya lakukan dalam kurun waktu tertentu mudah mudahan esok jadi lebih baik.
BalasHapusIstri dan anak anak ku tetaplah jadi semangat hidup ku ....
Salam hidup Luar Biasa .
Mas Guruh, kalau pulang ke rumah tidak membahagiakan berarti ada yang dipertanyakan. Kerinduan yang menggunung selama seminggu juga merupakan berkah tersendiri selama kita bisa menyikapinya dengan positif. Tetap semangat untuk meraih tujuan dengan memberikan yang terbaik, yang membanggakan orang-orang yang kita cintai.
HapusSalam sukses, hidup luar biasa !
Luar Biasa Pak, terima-kasih atas ilmu'nya,...
BalasHapustidak ada yang gratis, saya setuju Pak !!!,
bahkan nafas ini,udara ini, yang diberikan oleh ALLAH yang kata oranglain adalah GRATIS ternyata ada bayaran'nya yaitu kita harus BERSYUKUR,
penat tentu akan selalu ada,
sebetulnya bukan capek badan tetapi capek mental,
bekerja yang IKHLAS memang tidaklah mudah,
karena kita harus melakukan-nya karena kita mencintai'nya, bukan karena kita mengharapkan imbalan,
kadang orang sulit untuk bahagia karena dia tidak mau bersyukur,
karena bukan bahagia yang membuat kita bersyukur,
tetapi bersyukur yang membuat kita bahagia,(◠‿◠)
Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.
Memang sulit jadi orang yang selalu bersyukur, tapi kita belajar sama-sama yuuk...
HapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.