Pernah seorang pemuda pengangguran yang mengecat hijau rambutnya meminta pekerjaan kepada saya. Bekerja apa saja, katanya. Ketika kulihat surat lamarannya ternyata cuma tamatan smp, segera aku menolaknya. Sebetulnya bukan soal tamatannya yang membuatku enggan menerimanya. Terus terang karena aku tidak suka dengan warna rambutnya.
Pegawaiku
yang lulusan smp juga ada beberapa dan mereka baik-baik saja dalam bekerja.
Bahkan ada yang karirnya cukup baik. Memang tidak serta merta mendapatkan
posisi yang nyaman. Harus mengawali pekerjaan dengan yang paling sederhana,
misalkan petugas kebersihan. Tapi jika bekerja baik, tekun dan mau belajar,
tidak tertutup kemungkinan untuk naik jabatan. Jadi, yang membuatku menolak,
lebih karena prasangkaku tentang kelakuan pemuda itu.
Rambut
warna hijau seperti pohon yang saya ketahui adalah meniru tokoh zetsu pada
anime naruto cerita Jepang. Menurut saya lebih cocok untuk anak orang kaya,
mungkin seorang mahasiswa atau orang-orang yang bergerak di dunia seni, bukan
pemuda luntang lantung. Apalagi cuma lulusan smp, yang pasti tidak bermutu dan
cuma bergaya ikut-ikutan.
Seperti
terhadap pembantu rumah tangga, jika engkau seorang perempuan, sebaiknya jangan
terlalu bersih dan cantik. Bisa membuat orang keliru mengenali, mana pembantu
mana majikan. Pembantu cantik bisa merupakan kesalahan. Engkau bisa jadi
rebutan antara sopir dan majikan. Kecantikan itu seolah tak layak kau sandang,
sebab seorang pembantu seharusnya bodoh dan buruk rupa.
Terhadap
orang lain, ternyata saya menetapkan banyak keharusan. Jika engkau hendak
berhutang, lagakmu juga harus sopan sempurna. Jangan mengajak berdebat, jangan
membuat gara-gara. Kalau aku sedikit menceramahimu, terimalah dan kalau aku
sedikit mengomelimu, sabarlah. Daripada aku menjadi orang yang tega kepadamu.
Kalau
bisa jangan memakai perhiasan, karena aku akan berpikir kenapa engkau lebih
suka berhutang ketimbang menjual perhiasanmu. Jadi, jangan sekali-kali pamer
harta, sama sekali tak sesuai dengan keperluanmu. Wajahmu harus tampak murung
bukan gembira, karena bisa membuatku salah sangka kalau engkau cuma sekadar
bergurau.
Rambut
hijaunya menurutku cuma sebuah kekeliruan, karena seorang pengangguran
seharusnya mampu menarik simpati orang yang akan memberinya pekerjaan. Bukan
malah membuat khawatir menerimanya. Paling tidak, rambut harus rapi, penampilan
baik dan sopan agar mudah dipercaya. Pokoknya, harus tahu diri dan menyadari
kedudukannya sebagai pihak yang butuh pekerjaan.
Maka,
ketika ada seorang pemuda lulusan smp yang lain tapi sangat sopan, setiap kali
papasan selalu membungkukkan badan, aku terpikat. Aku memberinya pekerjaan
karena sesuai dengan keharusan yang kutetapkan. Apalagi ayahnya juga sudah
bekerja sebagai petugas kebersihan di tempatku dan yang jelas rambutnya tidak
berwarna hijau. Tidak hanya boleh bekerja, bahkan kupercayai untuk ikut tinggal
bersamaku.
Diam-diam
aku sering memuji dan membanggakan pemuda ini, karena kerajinan dan kesopanannya.
Sempat pula kutawari supaya melanjutkan sekolahnya, paling tidak punya ijasah
sma. Berapa bulan kemudian, tiba-tiba pemuda ini menghilang, pergi tanpa pamit
sambil membawa kabur uang kantor. Penilaianku ternyata keliru dan aku merasa
bersalah dengan keharusan yang kutetapkan sendiri. Jadi, ‘keharusan yang
kutetapkan’ terhadap orang lain sebenarnya cuma karena sudut pandangku, sama
sekali tidak menjamin kelakuan, apalagi mutu hidup manusia.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
"Jangan menilai buku dari sampulnya"
BalasHapusmungkin itu pesannya.
Sukses, salam Hidup Luar Biasa
Pesan tulisan di atas tergantung apa yang Anda tangkap itu yang Anda dapatkan. Sebenarnya tidak sekedar itu pesannya. Coba sharing dengan pembaca lain yang mungkin dapat menyimpulkan dari sisi yang lain. Semoga bermanfaat.
HapusSalam sukses, hidup luar biasa.
Kenapa disekolah ga ada pelajaran ahlak dan budi pekerti ya Pak .... he he he
BalasHapus