Walaupun sudah tancap gas, tapi rupanya jalan tidak memungkinkan kami datang lebih awal. Masuk Ungaran sudah jam tujuh petang, padahal mau rapat jam setengah delapan di daerah kota Semarang jadi harus masuk tol. Tapi, perut sudah tak tahan, keroncongan, maka saya sarankan untuk berhenti makan dulu kepada sopir dan satu orang teman seperjalanan. Saya tawarkan makan sate sapi pak Kempleng yang kelewatan sebelum masuk tol Ungaran.
Rupanya,
mereka belum pernah makan sate sapi, sehingga mereka serempak menyetujuinya.
Saya sendiri pernah diajak seorang teman makan di tempat ini, tapi lupa dengan
ukuran porsinya. Maka, ketika penjualnya bertanya, saya jawab tiga porsi, pakai
nasi. Namun begitu sajian keluar, kami agak pucat, merasa kenyang sebelum
makan. Setiap porsinya terdiri dari sepuluh tusuk daging sapi yang ukurannya
raksasa. Kalau dua porsi untuk bertiga, mungkin baru ideal.
Apa
boleh buat, kami masing-masing membulatkan tekad untuk berjuang
menghabiskannya. Jadi, nasi yang saya kalahkan, karena nasi di rumah banyak
sedangkan sate sapi hanya di sini. Tapi si sopir kelihatannya lebih suka nasi
ketimbang dagingnya sehingga nasi diembat duluan. Sambil terengah-engah dan
menggelengkan kepala, dia menyerah, padahal masih tersisa tiga tusuk lagi.
Mubazir, kata orang.
Hati-hati
kalau melakukan hal mubazir di Jerman. Pengalaman orang Indonesia ketika
berlibur di sana, malah berbuntut malu. Seperti kita ketahui, bahwa Jerman
adalah sebuah negara industri terkemuka. Sebagai negara maju, banyak orang
mengira bahwa warga yang tinggal di sana hidupnya mewah dan suka
berfoya-foya. Tapi ternyata
tidak demikian, cara makan mereka sangat terukur, tidak membuang sisa
makanan.
Suatu
ketika, rombongan orang kita masuk ke sebuah restoran hendak makan bersama.
Meja kursi restoran itu banyak yang kosong, hanya tampak sepasang anak muda
yang sedang makan di sudut dan sekelompok wanita tua di meja lainnya. Di
hadapan pasangan anak muda itu cuma ada dua piring makanan dan dua gelas bir.
Begitu simpel hidangan yang mereka santap.
Sedangkan
di meja yang lain, tampak para wanita tua sedang menghabiskan makanan
pesanannya sampai bersih, tak tersisa. Rombongan pemuda Indonesia pun segera
mengambil tempat di sebelah meja mereka lalu memesan makanan cukup banyak.
Karena tidak menduga dengan ukuran porsi makanan, mereka benar-benar tak
sanggup menghabiskannya, sehingga masih tersisa sepertiga.
Diam-diam
para wanita tua itu memperhatikan, dan berbicara sesama mereka dalam bahasa
Inggris, kelihatan tidak senang karena ada orang memubazirkan makanan. Kalau di
Indonesia tentu tidak ada yang mempersoalkan hal itu. Maka, salah satu pemuda
itu merasa tidak terima, kemudian berkata, “ Kami yang bayar kok, bukan urusan
kalian berapa banyak makanan kami tersisa.”
Wanita
tua itu meradang, salah seorang segera mengeluarkan handphone dan menelpon
seseorang. Tak lama kemudian, datang seorang lelaki berseragam sosial sekurity.
Setelah mendengar sumber persoalannya, maka ia menerbitkan surat denda kepada
pemuda tadi sebesar 50 euro, kurang lebih 750 ribu uang kita. Bukan soal uang,
tapi soal dipermalukan di negeri orang.
Bahkan
petugas itu berpesan dengan suara galak,” Pesanlah hanya yang sanggup Anda
makan, uang itu milikmu, tapi sumber daya alam ini milik bersama. Ada banyak
orang lain yang kekurangan. Kalian tidak punya alasan untuk mensia-siakan
sumber daya alam tersebut.” Padahal, kita sering memesan makanan lebih banyak
dari kebutuhan hanya untuk menyelamatkan muka.
Tiga
tusuk sate sapi yang kukira akan mubazir, ternyata tidak, karena akhirnya
diselesaikan dengan baik oleh sopirku. Bukan karena mendengar kisah tadi, tapi
karena tahu bahwa satu tusuk harganya empat ribu rupiah. "Eman-eman",
katanya sambil garuk-garuk kepala.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Luar Biasa Pak,hehe
BalasHapussaya jadi tahu adat-istiadat di jerman,
memang terkadang kita manusia keinginan'nya yang terlalu berlebih-lebihan biasanya dalam hal makanan tanpa menyadari kapasitas isi perutnya yang hanyalah satu piring tetapi dia memesan'nya malahan tiga piring,hehe...(◠‿◠)...
Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.
Pemborosan juga, mas...sumber daya alam berlimpah, tapi jadi negara miskin.
HapusSalam sukses, hidup luar biasa.