Jumat, 19 September 2014

Sate Sapi Pak Kempleng


Walaupun sudah tancap gas, tapi rupanya jalan tidak memungkinkan kami datang lebih awal. Masuk Ungaran sudah jam tujuh petang, padahal mau rapat jam setengah delapan di daerah kota Semarang jadi harus masuk tol.  Tapi, perut sudah tak tahan, keroncongan, maka saya sarankan untuk berhenti makan dulu kepada sopir dan satu orang teman seperjalanan. Saya tawarkan makan sate sapi pak Kempleng yang kelewatan sebelum masuk tol Ungaran. 

Rupanya, mereka belum pernah makan sate sapi, sehingga mereka serempak menyetujuinya. Saya sendiri pernah diajak seorang teman makan di tempat ini, tapi lupa dengan ukuran porsinya. Maka, ketika penjualnya bertanya, saya jawab tiga porsi, pakai nasi. Namun begitu sajian keluar, kami agak pucat, merasa kenyang sebelum makan. Setiap porsinya terdiri dari sepuluh tusuk daging sapi yang ukurannya raksasa. Kalau dua porsi untuk bertiga, mungkin baru ideal.

Apa boleh buat, kami masing-masing membulatkan tekad untuk berjuang menghabiskannya. Jadi, nasi yang saya kalahkan, karena nasi di rumah banyak sedangkan sate sapi hanya di sini. Tapi si sopir kelihatannya lebih suka nasi ketimbang dagingnya sehingga nasi diembat duluan. Sambil terengah-engah dan menggelengkan kepala, dia menyerah, padahal masih tersisa tiga tusuk lagi. Mubazir, kata orang.

Hati-hati kalau melakukan hal mubazir di Jerman. Pengalaman orang Indonesia ketika berlibur di sana, malah berbuntut malu. Seperti kita ketahui, bahwa Jerman adalah sebuah negara industri terkemuka. Sebagai negara maju, banyak orang mengira bahwa warga yang tinggal di sana hidupnya mewah dan suka berfoya-foya.  Tapi ternyata tidak demikian, cara makan mereka sangat terukur, tidak membuang sisa makanan. 

Suatu ketika, rombongan orang kita masuk ke sebuah restoran hendak makan bersama. Meja kursi restoran itu banyak yang kosong, hanya tampak sepasang anak muda yang sedang makan di sudut dan sekelompok wanita tua di meja lainnya. Di hadapan pasangan anak muda itu cuma ada dua piring makanan dan dua gelas bir. Begitu simpel hidangan yang mereka santap.

Sedangkan di meja yang lain, tampak para wanita tua sedang menghabiskan makanan pesanannya sampai bersih, tak tersisa. Rombongan pemuda Indonesia pun segera mengambil tempat di sebelah meja mereka lalu memesan makanan cukup banyak. Karena tidak menduga dengan ukuran porsi makanan, mereka benar-benar tak sanggup menghabiskannya, sehingga masih tersisa sepertiga.

Diam-diam para wanita tua itu memperhatikan, dan berbicara sesama mereka dalam bahasa Inggris, kelihatan tidak senang karena ada orang memubazirkan makanan. Kalau di Indonesia tentu tidak ada yang mempersoalkan hal itu. Maka, salah satu pemuda itu merasa tidak terima, kemudian berkata, “ Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian berapa banyak makanan kami tersisa.”

Wanita tua itu meradang, salah seorang segera mengeluarkan handphone dan menelpon seseorang. Tak lama kemudian, datang seorang lelaki berseragam sosial sekurity. Setelah mendengar sumber persoalannya, maka ia menerbitkan surat denda kepada pemuda tadi sebesar 50 euro, kurang lebih 750 ribu uang kita. Bukan soal uang, tapi soal dipermalukan di negeri orang.

Bahkan petugas itu berpesan dengan suara galak,” Pesanlah hanya yang sanggup Anda makan, uang itu milikmu, tapi sumber daya alam ini milik bersama. Ada banyak orang lain yang kekurangan. Kalian tidak punya alasan untuk mensia-siakan sumber daya alam tersebut.” Padahal, kita sering memesan makanan lebih banyak dari kebutuhan hanya untuk menyelamatkan muka.

Tiga tusuk sate sapi yang kukira akan mubazir, ternyata tidak, karena akhirnya diselesaikan dengan baik oleh sopirku. Bukan karena mendengar kisah tadi, tapi karena tahu bahwa satu tusuk harganya empat ribu rupiah. "Eman-eman", katanya sambil garuk-garuk kepala.


Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. Luar Biasa Pak,hehe

    saya jadi tahu adat-istiadat di jerman,

    memang terkadang kita manusia keinginan'nya yang terlalu berlebih-lebihan biasanya dalam hal makanan tanpa menyadari kapasitas isi perutnya yang hanyalah satu piring tetapi dia memesan'nya malahan tiga piring,hehe...(◠‿◠)...

    Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemborosan juga, mas...sumber daya alam berlimpah, tapi jadi negara miskin.

      Salam sukses, hidup luar biasa.

      Hapus