Malam
itu saya ditelpon teman yang meminta bantuan mencarikan sebuah mobil Alphard
sewaan. Dia butuh menyewa sehari , katanya untuk digunakan seorang pejabat dari
pusat. Karena sulit mendapatkan sewaan Alphard di kotaku, maka saya tawari
mobil Fortuner saja, yang sewanya lebih murah. Ternyata pejabat itu tidak
berkenan kalau pakai mobil yang tidak sesuai derajatnya.
Orang-orang
yang sudah merasa masuk derajat mulia sering kali bertambah rewel hidupnya.
Jika ia hidup di kampung, mungkin merasa hina untuk jaga malam, nongkrong di
pos ronda atau kerja bakti bersama warga kampungnya. Bagi orang ini, perlawanan
terhadap aturan rukun tetangganya sebagai bukti kelebihannya. Apalagi bila
tidak ada orang yang berani menentang aksinya.
Jika
orang itu adalah seorang yang cukup uang, ia akan memandang sekelilingnya
sebagai pihak yang kekurangan, bukan hendak dibantu tapi sekadar merendahkan.
Enggan bergaul dengan mereka yang bukan levelnya, sudah pasti. Kalaupun mau
bergaul dan memberikan santunan, lalu merasa berhak menasihati dan merasa
unggul. Orang yang dapat santuan mungkin memilih diam sambil dalam hati
menertawakan.
Jika
orang itu adalah seorang artis, banyak panitia mengeluh betapa sulitnya
melayani artis yang satu ini. Banyak tuntutan dan permintaan yang harus
dipenuhi, bikin panitia kalang kabut. Kamar hotel, mobil jemputan , makanan,
harus berkualitas tertentu sesuai dengan keinginannya. Kalaupun semua terpaksa
dituruti oleh panitia, tapi pasti sumpah serapah merajalela dalam hati mereka.
Jika ia
seorang penceramah, telinganya sensitif mengkritisi dan meremehkan penceramah
lain. Jika ada orang lain memiliki keterampilan berbicara seperti dirinya,
dianggapnya sebagai lawan. Jika tidak ada pihak yang meminta diceramahi, ia
akan tersinggung dan cepat-cepat angkat kaki dengan muka gelap.
Jika ia
adalah seorang bawahan, hanya di depan bosnya tampak rajin, dengan pura-pura
membantu rekan yang lain. Tapi ketika bos tidak ada, melihat rekannya
kesulitan, tidak mau membantu malah meremehkan. Selalu pilih-pilih pekerjaan
sudah menjadi kebiasaanya, kalau bisa yang paling mudah dan yang ringan. Lebih
suka menuntut hak tapi lupa kewajiban.
Jika ia
seorang atasan, predikat sok kuasa dan gila hormat pasti akan disandangnya.
Miskin pujian, dan lebih banyak menyalahkan. Yang berkenan akan mendapat
perhatian, yang lain akan terabaikan. Hanya bawahan yang pandai cari muka yang
dapat mendekat dan memanfaatkan kelemahannya. Yang ia lakukan semata-mata pasti
untuk lebih pada menghormati dirinya sendiri.
Saya
pun tidak luput dari kerewelan. Soal undangan saja kalau salah bisa jadi
persoalan besar. Ketika diundang teman mantu lewat sms, tidak mau datang,
padahal ia sudah minta maaf karena kehabisan undangan. Apalagi kalau di
undangan hanya tertulis nama istri saya, alamat saya tidak mau datang. Kan
bukan aku yang diundang, walaupun sebenarnya juga kenal.
Maka,
ketika orang mulai rewel dalam hidupnya amat perlu diwaspadai. Jangan-jangan
kita sedang terkena penyakit sok mulia dan merasa diri kita super. Dan
sesungguhnya ketika seseorang merasa dirinya super, tanpa setahu dia ternyata
sedang jadi bahan tertawaan atau dapat sumpah serapah dari mereka yang
diam.
Jadi,
banyak pihak yang merasa mulia sangat mungkin berisi orang-orang yang hidupnya
sama sekali jauh dari mulia. Kalau daftar orang-orang itu masih bisa ditambah
lagi, salah satu dari daftar itu pasti ada kita di dalamnya.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Terima Kasih Pak sudah mengingatkan,...
BalasHapusKelihatan-nya penyakit ini seperti sebuah Program NEGATIF yang bisa ter-install didalam diri siapapun, mungkin salah satu cara untuk mengantisipasi-nya adalah dengan memasukan hal-hal yang Positif kedalam FIKIRAN kita; . . . bisa membaca (Blog Positif) . . . mendengar (Nasihat Positif) . . . dan memasuk-kan Hal-hal Positif Lain-nya.
Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Manusiawi, mas Nuzul. Asalkan kita sadar rasanya sudah cukup untuk membuat kita lebih baik, tidak harus menjadi orang yang sungguh-sungguh mulia. Terima kasih atas komentar-komentarnya.
HapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.