Ada sebuah komentar yang menarik di blog saya dari seorang pembaca yang paling aktif menulis komentar. Selain pujian, ada kalimat dorongan semangat yang diungkapkan dengan jelas agar saya tetap fokus untuk terus menulis, meskipun saat-saat sekarang ini orang-orang belum tergerak hatinya untuk membaca artikel bapak, tapi mungkin besok, minggu depan, bulan depan atau tahun depan akan banyak orang yang berkunjung ke blog ini.
Kalau
melihat jarangnya komentar yang menghiasi tulisan-tulisanku setiap harinya,
pasti timbul pertanyaan apakah blogku benar-benar bermanfaat. Aku sering
membandingkan dengan tulisan orang lain yang sukses sebagai penulis blog,
mereka banyak mendapatkan komentar dari berbagai kalangan. Kalau ceritanya
bagus, komentarnya juga semakin banyak sehingga bisa digunakan sebagai
feedback.
Kalau
memonitor dari jumlah ip addres, berdasarkan jumlah komputer atau alat yang
dipakai untuk membuka blogku, sekitar 20 sampai 30 an setiap hari. Memang
kadang ada rasa cemburu atau tidak puas menguasai hatiku. Jika membandingkan
dengan jumlah seluruh karyawanku, tanpa orang luar hanya berkisar 3 sampai 5
persen saja. Kesimpulannya, sebagian besar karyawanku tidak pernah membukanya.
Ada
banyak orang memang melebihi bakatku, ada banyak keberuntungan juga bukan
milikku. Ketika menyadari hal itu, semakin mengecilkan hatiku. Tetapi ketika
mengetahui bahwa penulis-penulis lain ternyata sudah menulis selama
bertahun-tahun, bahkan ada yang puluhan tahun, maka bangkit lagi semangatku. Pada akhir september ini, aku
menulis baru mau genap setahun !
Temanku
memberi masukan, mungkin kurang tepat kalau Anda memonitor pembaca berdasarkan
banyaknya jumlah komentar. Banyak pembaca yang mungkin kesulitan dengan iptek,
atau memang dasarnya pendiam sehingga membaca tapi tidak berkomentar. Mungkin
tujuannya bukan sekadar membesarkan hatiku, tapi ada benarnya juga.
Tujuanku
semula untuk berbagi melalui tulisan-tulisan ini ternyata telah bergeser
gara-gara cemburu pada komentar pembaca. Namanya sharing juga suka rela, tidak
mengandung unsur memaksa, jadi tanpa harus memaksa orang lain untuk membaca.
Seharusnya sharing juga bikin gembira, baik diriku maupun orang lain karena
bisa bermanfaat.
Bukannya
aku semakin bijak dan matang, eh malah jadi kekanak-kanakan. Ada rasa cemburu
yang tidak lelahnya mengikuti kemana pun aku pergi. Dugaanku salah, bukan setia
mengikutiku, tapi aku yang selalu setia mengajaknya. Makanya, cemburu selalu
dekat dengan hidupku. Ketika mereka yang kubantu sukses tanpa menyebutkan
namaku, bisa jadi kuanggap sebagai penghinaan karena melupakan jasa-jasaku.
Ternyata
inilah yang jadi pokok persoalannya, ketika aku berpindah tempat aku selalu
mengajaknya serta. Sehingga hal yang sepele tiba-tiba menjadi soal serius,
seolah-olah jadi soal yang mendesak untuk segera diurus. Wajah yang semula enak
dipandang, menjadi gelap seketika karena dibakar oleh rasa cemburu.
Dan
ketika cemburu kutinggalkan paksa, baru aku tersadar bahwa setidaknya ada
beberapa orang yang setia untuk membaca tulisan-tulisanku, walaupun tidak
berkomentar. Tak peduli berapapun jumlahnya, ternyata selalu ada yang membaca
tulisanku.
Salam
SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Setuju pak Han ... jujur saya pribadi juga demikian tiap tulisan Pak Han selalu saya baca tapi tidak selalu berkomentar tetapi manfaat motivasi akan selalu saya terapkan di hidup saya dan keluarga saya . ini yang selalu jadi kebanggaan kami seorang pemimpin bahkan pemilik sudi meluangkan waktu untuk terus memotivasi kami karyawan kecil .... PT GELORA GRUOP ... PASTI JAYA .
BalasHapusSalam Hidup Luar Biasa.
di Majenang juga ada yang tetap setia membuka dan membaca artikel di blog Bapak, so keep excited
BalasHapusTerima kasih, mas Guruh dan mas Anto. Anda berdua termasuk yang membuat saya terus menulis walaupun berat karena Anda selalu meringankannya.
BalasHapusSalam Sukses, Hidup Luar Biasa.