Ketika putranya masih kecil,
suami perempuan itu meninggal dunia dan ia mengambil alih bisnisnya, dengan
harapan menjalankannya hingga si anak menjadi dewasa untuk memegang bisnis ini.
Namun ketika putranya cukup dewasa, ia tidak ingin terlibat dalam bisnis ini.
Sebaliknya, si anak ingin kuliah dan pergi ke kota lain. Perempuan itu akhirnya
mendatangi adik laki-lakinya yang kebetulan amat dekat dengan anaknya, untuk
mencari tahu mengapa putranya bersikap demikian.
Beberapa hari kemudian si anak
mendatangi rumah pamannya dan menjelaskan bahwa ibunya yang menyuruhnya datang.
“Saya sangat menyayangi ibu”
jelasnya, “tapi, saya tidak pernah memberitahunya alasan saya pergi dari rumah.
Saya tidak memiliki keberanian untuk itu dan saya tidak ingin ibu bersedih.
Begini Paman, saya tidak ingin mengambil alih bisnis yang dirintis oleh ayah.
Saya ingin berhasil dengan usaha saya sendiri” pemuda itu menjelaskan.
“Itu sangat terpuji” kata sang
paman, “tapi apa yang membuatmu menentang kehendak ibu?”
“Ayah saya adalah pria yang baik
dan senang bekerja keras, tetapi sepertinya saya membencinya” kata si pemuda.
“Ayah saya membangun bisnisnya dengan kerja keras dan merasa ia pun harus
bersikap keras terhadap saya. Sepertinya ia ingin membangun kemandirian dalam
diri saya atau semacam itu. Ketika ayah masih ada dan saya masih anak-anak, ia
tidak pernah memberi dorongan semangat. Saya ingat, kami sering bermain tangkap
bola di halaman, kami bermain untuk melihat apakah saya bisa menangkap sepuluh
bola berturut-turut, tapi ia tidak pernah membiarkan saya menangkap bola yang
kesepuluh…! Ia melemparkan bola kesepuluh setinggi-tingginya atau serendah-rendahnya
atau ketempat manapun yang sulit saya jangkau.”
Si pemuda berhenti sejenak,
kemudian ia melanjutkan “ia tidak pernah membiarkan saya menangkap bola yang
kesepuluh, sama sekali tidak pernah! Jadi saya rasa, saya harus meninggalkan
rumah ini dan bisnis yang ia rintis agar saya bisa bekerja sendiri atau buka
usaha sendiri nantinya. Karena entah bagaimana saya ingin sekali menangkap bola
yang kesepuluh itu…!”
Sahabat-sahabatku yang Luar
Biasa…
Kurangnya dorongan semangat dapat
menghalangi seseorang untuk hidup yang baik dan produktif. Ada yang menyebutnya
sebagai oksigen bagi jiwa. Kritik memang melakukan banyak hal tetapi dorongan
semangat bagaikan sinar mentari setelah hujan. William A. Ward pernah
mengungkapkan perasaannya, saat itu ia
berujar “Sanjunglah saya dan mungkin saya tidak akan percaya. Kritiklah saya
dan mungkin saya tidak akan menyukai Anda. Abaikan saya dan mungkin saya tidak
akan memaafkan Anda. Berilah saya dorongan semangat dan saya tidak akan
melupakan Anda.”
Berikanlah dorongan semangat
untuk anak buah Anda, untuk rekan-rekan Anda, untuk anak-anak Anda dan untuk
orang lain yang membutuhkannya…
Maukah Anda?
Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA
" KIta tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai kita menyukai apa yang sedang kita kerjakan " ( Dale Carnegie )
BalasHapus