Kamis, 24 Oktober 2013

Hindari Bahasa Korban

Saat berbicara tentang sesuatu yang menghambat kita menjadi sosok yang kita inginkan, kita harus berurusan dengan perasaan bersalah, gagal dan tidak layak. Semua perasaan ini mampu menghancurkan impian kita meraih kesuksesan dan kebahagiaan apabila kita tidak mau mempelajari cara-cara mengusirnya.

Rasa bersalah sebetulnya adalah hasil pembelajaran, karena anak kecil tidak dilahirkan dengan membawa perasaan bersalah. Hal ini diperoleh dari hasil pembelajaran saat anak tumbuh menjadi dewasa. Sesuatu yang dipelajari, maka juga boleh tidak dipelajari. Perasaan bersalah akan membuat seseorang menjadi “korban” dari kehidupan, keadaan, takdir, masyarakat, dan berbagai faktor lainnya.

Dalam pekerjaan dan hubungan pribadi, mereka mengatakan, “ Saya akan mencoba,” atau “Saya akan berusaha sebaik mungkin,” yang sebenarnya adalah alasan karena kegagalan yang mereka lakukan sebelumnya. Setiap kali ada orang yang mengatakan kalimat itu, kita tahu bahwa mereka kebanyakan akan gagal dan kecewa. Pesan saya, “Lakukan atau jangan lakukan, tidak ada istilah mencoba.”



Begitu seseorang dilanda oleh perasaan bersalah, gagal, tidak layak dan rendah diri, mereka akan membuat perasaan itu semakin kuat dengan menggunakan bahasa korban. Mereka yang merasa sebagai korban, selalu membuat berbagai alasan. Dengan menganggap diri mereka sebagai korban, seakan mereka adalah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Dalam hukum sebab dan akibat, korban adalah akibat. Jadilah penyebab, maka Anda akan menjadi pengendali hidup Anda.

Berikut ini adalah empat langkah yang dapat kita lakukan untuk menyingkirkan perasaan bersalah yang bisa jadi telah tertanam sejak usia muda :

Pertama, mulai saat ini jangan mengkritik diri sendiri karena apapun. Kata-kata terbaik yang dapat diucapkan adalah kata-kata positif dan bersemangat.  Afirmasikan atau lakukan penegasan berulang-ulang kali dengan kata-kata terbaik seperti, “ Saya suka pada diri saya sendiri,” “ Saya pasti bisa,” “Saya bertanggung jawab !”

Kedua, Jangan mengkritik siapapun. Tumbuhkan kebiasaan untuk selalu menemukan hal-hal positif pada diri orang lain dan berikanlah pujian. Jadilah sosok yang tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang mengecilkan hati. Dengan membuat sesuatunya positif, niscaya kita pun akan ikut menjadi positif, kepercayaan diri kita juga akan semakin meningkat.

Ketiga, jangan manfaatkan perasaan bersalah pada diri orang lain. Jangan pernah berusaha membuat orang lain merasa bersalah atas sesuatu yang mereka lakukan atau tidak mereka lakukan. Yang Anda perlu lakukan hanya memuji, menerima atau paling tidak menutup mulut. Hadiah terbesar yang dapat Anda berikan untuk orang lain adalah kasih tanpa syarat dan penerimaan.

Keempat, jangan biarkan diri Anda dimanipulasi oleh perasaan bersalah yang disebabkan oleh orang lain.  Sejak hari ini dan seterusnya, tolak semua upaya untuk membuat Anda merasa bersalah atau gagal karena alasan apapun. Menghapus segala jenis emosi negatif harus menjadi tujuan utama Anda.

Sahabat-sahabatku yang luar biasa,

Sembilan puluh lima persen dari cara kita berpikir dan perasaan tentang diri kita sendiri, ditentukan oleh cara kita berbicara dengan diri sendiri. Dialog batin dari orang yang dilanda perasaan bersalah, gagal atau tidak layak yang memandang diri mereka sebagai korban, biasanya dipenuhi keluhan, kritikan, dan tuduhan terhadap orang lain. Lakukan empat langkah secara konsisten untuk menyingkirkan hambatan-hambatan kita. Tentukan apa yang membuat kita merasa nyaman secara emosional dan secara fisik dalam interaksi kita dengan orang lain. Ucapkan selamat tinggal pada hal-hal negatif dan perasaan menjadi korban. Jadilah sosok yang Anda inginkan karena Anda pasti bisa !

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. Benar sekali artikel yang Pak Han tulis ini, ucapan yang keluar dari mulut Kita adalah sebuah sugesti yang akan mempengaruhi pikiran kita.

    "Saya adalah produk dari pikiran Saya sendiri"

    Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.

    Aziz - Ngasinan

    BalasHapus
  2. Benar dan setuju sekali, pepatah mengatakan "mulutmu adalah harimaumu" artinya bahwa ucapan kita bagian dari doa kita makanya setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita harus kata-kata yang indah, kata-kata yang membangun dan kata-kata yang menjadikan kita semangat.
    Coba kita melihat, para pemenang pasti kata-katanya santun, enak didengar dan mudah dipahami serta dimengerti. Contoh motifator kita yang handal Pak Handojo Wibowo.
    Lidah memang tak bertulang tetapi tajamnya melebihi pedang maupun bom atom ataupun nuklir...
    Jagalah ucapan kita dan bermanfaatlah bagi sesama umat manusia dan berikanlah motifasi pada diri kita sendiri dan orang lain hingga cita-cita orang tersebut sampai berhasil. Tentunya kita ikut bangga dan berbahagia melihat keberhasilan orang lain dengan kita membantu kata-kata yang keluar dari diri kita.
    Siapkan dari sekarang kata-kata yang indah kata-kata yang membuat orang lain berhasil dan lebih maju yang keluar dari hati nurani kita.

    Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.

    RAJIMAN ANTOKO

    BalasHapus