Selasa, 08 Oktober 2013

Kisah Pembuat Roti (Part 1)

Di sebuah perkampungan yang dilanda kelaparan, ada seorang pemuda yang menemukan sejumlah biji gandum. Lalu, ia memanggil para tetangganya, dan berkata, “Jika kita menanam biji gandum ini kita akan punya roti untuk dimakan. Siapa yang mau membantuku menanamnya ?”

“Bukan aku,” jawab si A.

“Bukan aku,” jawab si B.

“Bukan aku,” jawab si C.

“Dan juga bukan aku,” tukas si D.

“Baiklah, biar aku saja,” kata si pemuda itu, kemudian menanamnya.

Berjalannya waktu, gandumpun tumbuh tinggi dan matang berwarna keemasan.

“ Sekarang siapa yang mau membantuku memanen gandum ?” tanya si pemuda.

“ Bukan aku,” jawab si A.

“ Oh, itu diluar kemampuanku,” jawab si B.

“ Aku tidak bisa,” jawab si C.

“ Saya takut gatal, karena alergie,” jawab si D.

“ Ya sudah, biar aku saja,” kata si pemuda dan melakukannya sendirian.

Dan akhirnya tibalah saatnya membuat roti. “ Siapa yang mau membantuku membuat roti, ?” tanya sang pemuda lagi.

“ Itu pasti membuatku lembur,” jawab si A.

“ Aku sedang tidak enak badan,” jawab si B.

“ Kalau hanya aku yang bantu, namanya diskriminasi,” si C pun berdalih.

“ Baiklah, kalau tidak ada yang mau, aku kerjakan sendiri,” kata si pemuda.

Roti Motivasi
Ia pun memanggang 5 keping roti dan mengangkatnya agar bisa dilihat para tetangganya.  Mereka melihat dan semua ingin mendapat bagian. Atau lebih tepatnya mereka menuntut diberi bagian. Tapi si pemuda berkata,” oh tidak, aku sendiri bisa menghabiskan semua roti ini !


Sahabat-sahabatku yang luar biasa,

Kejadian seperti diatas sering terjadi didalam kehidupan, didalam organisasi atau perusahaan, dimana pekerja yang malas menuntut kesamaan hak dengan pekerja yang produktif. Karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu para pengambil gaji atau para pembuat gaji. Golongan pengambil gaji, memberi kontribusi sesedikit mungkin, lalu mengambil gaji. Golongan pembuat gaji, mengerahkan segenap kemampuannya untuk memberikan kontribusi yang melebihi gaji mereka, sehingga mereka layak mendapatkan penghargaan, layak mendapatkan tempat yang lebih baik, layak untuk sukses.


Marilah kita menjadi Golongan pembuat gaji.

Setuju ?

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA
Comments
9 Comments

9 komentar:

  1. Ini terjadi di hampir semua elemen masyarakat baik secara organisasi maupun individual. Saya yakin dan mampu untuk menjadi golongan "Pembuat Gaji".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sebutin nama, maka kita semua bisa lebih menjadi sahabat. Matur nuwun.

      Hapus
  2. SANGAT SETUJU SEKALI karena SUKSES atau gagal, kita semua sama dalam memiliki waktu 24 jam dalam 1 hari. Yang membedakan adalah cara kita mengisi dan mengaturnya mka jadilah PEMBUAT jgn hanya penikmat......

    TETAP LUAR BIASA ......

    Edi Santoso

    BalasHapus
  3. bertindaklah lebih berani untuk mengambil setiap resiko dalam pekerjaan kita,walaupun para pengritik berada di sekitar kita...


    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat bergabung, mas Edi dan mas Hamim. Jangan kalah sama Dafa, putrane mas Hamim yang luar biasa, hehehe....

      Hapus
  4. Setuju bgt pak kita harus menjadi pembuat gaji

    BalasHapus
  5. Hebat ....Luaaaaar Biasa

    "Jika selamanya Kita adalah A, B , C teeruuus,,,,Kapan Kita akan jadi pemenang????

    "Pak Han,teruslah menjadi petunjuk".

    "Sahabat2Ku yang hebat,,,,saatnya berubah adalah dua puluh tahun yang lalu atau detik ini juga"

    "HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA"

    BalasHapus
  6. Hebat,,,,,,Luar Biasa..

    "Andai selamanya Kita adalah A atau B atau C ...teeeruuus,,,,,kapan Kita jadi pemenang????

    "Sahabat2ku yang hebat,,,saatnya berubah adalah dua puluh tahun yang lalu atau detik ini juga,tidak ada kata terlambat"

    "Pak Han.....teruslah jadi petunjuk"

    "HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA"

    BalasHapus
  7. Sungguh LUAR BIASA...Memang betul Pak,.di dalam suatu Organisasi harus ada orang yg punya rasa tanggung jawab yg tinggi,semua itu untuk tujuan yg terbaik. "HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA" (dari SS SPBU :44-531-05 Wangon)

    BalasHapus