Di sebuah
perkampungan yang dilanda kelaparan, ada seorang pemuda yang menemukan sejumlah
biji gandum. Lalu, ia memanggil para tetangganya, dan berkata, “Jika kita menanam biji
gandum ini kita akan punya roti untuk dimakan. Siapa yang mau membantuku
menanamnya ?”
“Bukan aku,” jawab si A.
“Bukan aku,” jawab si B.
“Bukan aku,” jawab si C.
“Dan juga bukan aku,” tukas si D.
“Baiklah, biar aku saja,” kata si pemuda itu, kemudian
menanamnya.
Berjalannya waktu, gandumpun tumbuh tinggi dan matang berwarna
keemasan.
“ Sekarang siapa yang mau membantuku memanen gandum ?” tanya si pemuda.
“ Bukan aku,” jawab si A.
“ Oh, itu diluar kemampuanku,” jawab si B.
“ Aku tidak bisa,” jawab si C.
“ Saya takut gatal, karena alergie,” jawab si D.
“ Ya sudah, biar aku saja,” kata si pemuda dan melakukannya
sendirian.
Dan akhirnya tibalah saatnya membuat roti. “ Siapa yang mau
membantuku membuat roti, ?” tanya sang pemuda lagi.
“ Itu pasti membuatku lembur,” jawab si A.
“ Aku sedang tidak enak badan,” jawab si B.
“ Kalau hanya aku yang bantu, namanya diskriminasi,” si C
pun berdalih.
“ Baiklah, kalau tidak ada yang mau, aku kerjakan sendiri,”
kata si pemuda.
Ia pun memanggang 5 keping roti dan mengangkatnya agar bisa
dilihat para tetangganya. Mereka melihat
dan semua ingin mendapat bagian. Atau lebih tepatnya mereka menuntut diberi
bagian. Tapi si pemuda berkata,” oh tidak, aku sendiri bisa menghabiskan semua
roti ini ! ”
Sahabat-sahabatku yang luar biasa,
Kejadian seperti diatas sering terjadi didalam kehidupan,
didalam organisasi atau perusahaan, dimana pekerja yang malas menuntut kesamaan
hak dengan pekerja yang produktif. Karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu para pengambil gaji atau para pembuat gaji. Golongan pengambil gaji,
memberi kontribusi sesedikit mungkin, lalu mengambil gaji. Golongan pembuat
gaji, mengerahkan segenap kemampuannya untuk memberikan kontribusi yang
melebihi gaji mereka, sehingga mereka layak mendapatkan penghargaan, layak
mendapatkan tempat yang lebih baik, layak untuk sukses.
Marilah
kita menjadi Golongan pembuat gaji.
Setuju ?
Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA
Ini terjadi di hampir semua elemen masyarakat baik secara organisasi maupun individual. Saya yakin dan mampu untuk menjadi golongan "Pembuat Gaji".
BalasHapusKalau sebutin nama, maka kita semua bisa lebih menjadi sahabat. Matur nuwun.
HapusSANGAT SETUJU SEKALI karena SUKSES atau gagal, kita semua sama dalam memiliki waktu 24 jam dalam 1 hari. Yang membedakan adalah cara kita mengisi dan mengaturnya mka jadilah PEMBUAT jgn hanya penikmat......
BalasHapusTETAP LUAR BIASA ......
Edi Santoso
bertindaklah lebih berani untuk mengambil setiap resiko dalam pekerjaan kita,walaupun para pengritik berada di sekitar kita...
BalasHapusSelamat bergabung, mas Edi dan mas Hamim. Jangan kalah sama Dafa, putrane mas Hamim yang luar biasa, hehehe....
HapusSetuju bgt pak kita harus menjadi pembuat gaji
BalasHapusHebat ....Luaaaaar Biasa
BalasHapus"Jika selamanya Kita adalah A, B , C teeruuus,,,,Kapan Kita akan jadi pemenang????
"Pak Han,teruslah menjadi petunjuk".
"Sahabat2Ku yang hebat,,,,saatnya berubah adalah dua puluh tahun yang lalu atau detik ini juga"
"HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA"
Hebat,,,,,,Luar Biasa..
BalasHapus"Andai selamanya Kita adalah A atau B atau C ...teeeruuus,,,,,kapan Kita jadi pemenang????
"Sahabat2ku yang hebat,,,saatnya berubah adalah dua puluh tahun yang lalu atau detik ini juga,tidak ada kata terlambat"
"Pak Han.....teruslah jadi petunjuk"
"HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA"
Sungguh LUAR BIASA...Memang betul Pak,.di dalam suatu Organisasi harus ada orang yg punya rasa tanggung jawab yg tinggi,semua itu untuk tujuan yg terbaik. "HIDUP HANYA SEKALI,HIDUPLAH DENGAN LUAR BIASA" (dari SS SPBU :44-531-05 Wangon)
BalasHapus