Selasa, 22 April 2014

Kesombongan


Belum lama berselang saya ketemu seorang teman lama. Saya hampir tidak mengenalnya karena sudah lama tidak bertemu. Dia sempat berkata, “ Wah, sekarang sudah sukses, jadi sombong.” Saya tersentak, ada perasaan khawatir menyelinap dalam hati, benarkah saya sekarang berubah menjadi sombong ? Tuhan, jauhkanlah saya dari kesombongan.

Kata-katanya merasuk pikiran saya, mungkinkah saya terkena penyakit kesombongan tanpa saya sadari ? Kesombongan sering kali terkesan indah dibungkus kebaikan. Mungkin saya telah merasa menjadi orang yang hebat karena telah menjadi seorang motivator, penulis blog, banyak dimintai pendapat dan banyak memberi nasihat pada orang lain.

Sombong adalah penyakit hati yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya tumbuh tanpa kita sadari. Di level terendah, sombong sering disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih sukses, lebih cantik, lebih berkelas dibandingkan orang lain.

Di level berikutnya, sombong sering disebabkan karena kecerdasan. Kita merasa lebih cerdas, lebih intelek, lebih berilmu, lebih berwawasan dan lebih bijaksana daripada orang lain. Akibatnya kita sering menganggap remeh dan merendahkan orang lain.

Di level ketiga, sombong disebabkan karena faktor kebaikan. Sering kali kita merasa lebih berakhlak, lebih bermoral, lebih beriman, lebih pemurah dan lebih tulus dibandingkan orang lain. Akar dari kesombongan adalah ego kita yang berlebihan, yang tidak pada tempatnya.

Sombong karena materi akan sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan dan kebaikan akan sulit dideteksi karena benih-benihnya sangat halus di dalam hati kita dan terselubung oleh perbuatan yang tampak mulia. 

Pada tataran yang wajar, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri dan kepercayaan diri. Tapi begitu kedua hal itu berubah menjadi suatu kebanggaan, Anda sudah berada dekat sekali dengan kesombongan. Bahkan batas antara bangga dan sombong hanya berbeda tipis.

Ketika petinju Mohammad Ali sedang di puncak ketenarannya, ia bepergian dengan naik pesawat. Ketika pesawat hendak lepas landas, seorang pramugari mengingatkannya untuk mengenakan sabuk pengaman. Ali menjawab dengan lantang dan sombong, “ Superman tidak perlu memakai sabuk pengaman.” Dengan cepat sang pramugari menjawab, “ Superman juga tidak perlu menggunakan pesawat terbang.” Kemudian Ali pun segera mengenakan sabuk pengaman.

Marilah kita menjaga hati agar tidak terjebak dalam kesombongan, ketika perusahaan kita sedang berjaya, ketika prestasi kita sedang menjadi perbincangan orang, ketika jabatan kita sedang promosi, ketika banyak orang menyampaikan kekagumannya kepada kita. Karena amat mudahnya orang yang memiliki kelebihan untuk terperangkap dalam kesombongan.

Kita lahir tanpa membawa apa-apa, kita mati pun tanpa membawa apa-apa. Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat siapa pun sebagai manusia yang sama dan sudah pasti akan menjauhkan kita dari kesombongan. Kita hanya perlu sadar bahwa apa pun yang sedang kita lakukan untuk orang lain, sejatinya juga untuk diri kita sendiri. Setiap kali kita berbuat baik pada orang lain, sesungguhnya kita sedang berbuat baik untuk diri sendiri. Kalau begitu, apalagi yang perlu kita sombongkan ?

Salam SUKSES, HIDUP LUAR BIASA.


Comments
5 Comments

5 komentar:

  1. Wah Luar biasa sekali Pak Han.., tentang Artikel kesombongan di atas tadi, saya pun jadi lebih hati2 dg sikap saya yg tanpa di sadari, oleh orang lain akan menganggap diri kita sombong. Padahal kita pun tahu Kesombongan akan sangat merugikan kita tp kalau kita tidak hati2 kita bisa terjerumus ke yg satu ini yaitu penyakit yg namanya sombong, tp saya yakin temanya Pak Han.., keliru kalau menganggap Pak Han.. Sombong, Menurut Penilaian kita tdk ada Karakter atau Kriteria Pak Han Sombong. Mana mungkin kl Sombong mau Membagi-bagikan ILMUNYA pd kita semua dan memberikan Petunjuk pd yg memintanya.
    Terima Kasih Pak Han.., Semoga Tuhan selalu memberkati, Amin.
    Salam Sukses, dan Hidup Luar Biasa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mawas diri akan lebih bagus, pak Rajiman. Jangan sungkan tegur saya apabila sudah ada tanda-tanda penyakit yang satu ini, karena kadang tidak terasa. Terima kasih, atas dukungan dan doanya.

      Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

      Hapus
  2. Apakah uraian yang Bpk Handoyo sama dengan yg dinamakan GRANDIOSITY SYNDROME....Dimana kebanyakan orang2 sukses mengalami syndrome tersebut...?dan hal itu kadang tidak dirasakan oleh orang2 yg melakukannya....Saya jadi takut juga dengan kepercayaan diri yg lebih membuat orang lain suatu waktu akan menganggap sy kena Grandiosity Syndrome...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak seekstrim itu, mas Michelle. Kalau saya bilang, malah yang menderita seperti biasanya yang suksesnya mungkin karbitan atau terlampau cepat atau istilahnya OKB Orang Kaya Baru. Semuanya bersumber dari bagaimana kesadaran kita. Makanya ada pepatah kejawen yang sampai detik ini saya pegang supaya bisa tetap menjadi pemimpin yang humble, yaitu "Eling", maknanya dalam. Tidak usah takut untuk menjadi besar, apabila sesuai dengan kehendak-Nya.Hidup hanya sekali, hiduplah dengan luarbiasa.

      Salam Sukses, Hidup Luar Biasa.

      Hapus
  3. Terima kasih Motivasinya Pak....
    Motivasi yang mengingatkan kepada kita semua supaya jangan menjadi orang yang sombong. Terima kasih

    Salam Sukses ,Hidup luar Biasa

    BalasHapus